Langkah Pemulihan Trauma Pascabencana

Ilustrasi wanita.
Sumber :
  • Pixabay/unsplash

VIVA.co.id – Siapapun yang menghadapi bencana akan mengalami guncangan hebat yang bisa berpengaruh pada psikologisnya. Disinilah dukungan serta pemulihan trauma dibutuhkan bagi para korban bencana.

Idap Gangguan Identitas Integritas Tubuh, Pria Ini Minta Dokter Potong 2 Jarinya yang Sehat

Menurut psikolog dari InterSpy Angesty Putri, dalam memberikan pemulihan trauma pada korban bencana yang pertama perlu diketahui adalah mengenali gejalanya.

"Karena bencana efeknya banyak. Dalam psikologi trauma itu memiliki tiga tanda utama. Pertama ingatan yg berulang-ulang muncul misalnya sering mimpi buruk, kedua ada reaksi fisik yang muncul seperti deg-degan, keringat dingin, dan kaget, ketiga ada usaha menghindari sesuatu yang berkaitan dengan bencana," ujar psikolog yang akrab disapa Anes ini saat ditemui VIVA.co.id beberapa waktu lalu.

Biar Gak Semakin Hancur, Pakar Kesehatan Mental Sarankan Ini pada Sandra Dewi

Kemudian, lanjut Anes, setelah gejala itu dikenali, yang harus dilakukan adalah memaklumi gejala itu. Jangan memaksa mereka untuk melupakan kejadian tersebut, sebaliknya kita harus ikut memahami apa yang mereka rasakan.

"Sebaiknya apa yang korban rasakan dan ceritakan harus kita respons dengan menerimanya. Kalau kita bilang lupakan saja supaya mereka bisa move on itu secara psikologis artinya menolak perasaan mereka. Mereka akan merasa tidak dipahami,” kata Anes menjelaskan.

Review Film the First Omen: Penemuan Jati Diri Biarawati yang Mengerikan

Tahap selanjutnya adalah normalisasi. Setelah menerima apa yang mereka rasakan dan menganggap itu wajar, ada batas waktu untuk itu. Biasanya waktu yang diberikan adalah satu bulan. Dalam satu bulan pertama gejala itu akan dianggap wajar karena korban masih merasa takut, kaget, dan terus terbayang.

Anes menjelaskan, setiap manusia memiliki mekanisme pemulihan diri sendiri dimana tanpa melakukan konseling pun mereka bisa melupakan dengan sendirinya. Mekanisme pemulihan diri inilah yang berlangsung selama satu bulan itu.

Namun, jika sudah melewati masa satu bulan tapi gejala itu masih berlangsung, artinya dia perlu mendapat perhatian dan berkonsultasi dengan ahli.

Meski sudah menjalani terapi pemulihan trauma, Anes mengingatkan, korban bencana tidak bisa sepenuhnya melupakan kejadian buruk itu.

Karena, bencana traumatis yang menyebabkan benturan kencang akan masuk ke dalam memori.

"Kita bantu sampai gejala itu hilang. Terkadang mereka masih mengingat, ingatan itu muncul tapi mereka sudah bisa menerima. Berdamai dengan keadaan," ucapnya.

Terapi yang diberikan pada setiap korban bencana pun tidak bisa disama ratakan. Tergantung kasus yang muncul pada individu itu. Ada yang berdampak pada perilaku, seperti takut mengunjungi lokasi bencana, pada kondisi ini diberikan terapi perilaku.

"Kalau yang berefek pada pikiranya, merasa takut setengah mati setelah bencana kita berikan terapi restrukturisasi pikiran. Kalau perasaan sedih dia tinggal sendiri, keluarganya semua meninggal, atau dia ada cacat, kita berikan treatment mengatasi rasa sedihnya," kata Anes.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya