Waspada, Sindrom Patah Hati Bisa Sebabkan Kematian

Ilustrasi patah hati
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Gunakan Wi-Fi Gratisan? Ini yang Harus Anda Waspadai
- 'Patah hati' ternyata bukan sekedar ungkapan. Menurut sebuah studi yang dilakukan belum lama ini, jantung seseorang benar-benar bisa sakit. Kondisi tersebut dinamakan broken-heart syndrome atau sindrom patah hati atau dalam hal ini jantung, yang bahkan sebanding dengan sindrom arteri koroner akut.

Marak Aksi Teror, Bandara Ngurah Rai Berstatus Waspada
Dilansir dari Fox News, sindrom patah hati atau takotsubo cardiomyopathy menyebabkan kontraktur abnormal pada jantung. 'Takotsobo' sendiri adalah kata dalam bahasa Jepang yang artinya 'perangkap gurita'. Itu karena ketika jantung berkontraksi dengan cara yang telah disebutkan di atas, bentuknya menyerupai perangkap gurita.

Caleg Demokrat Fathi Lolos ke Senayan Bareng Melly Goeslaw dari Dapil Jabar I
Studi yang telah diterbitkan di New England Journal of Medicine ini meneliti 1.750 pasien di Amerika dan Eropa yang terdaftar dalam International Takotsubo Registry. Peneliti menemukan, wanita berisiko menderita kondisi tersebut sembilan kali lipat lebih tinggi dibandingkan pria.

Sebagai informasi, kasus takotsubo pertama dilaporkan terjadi pada tahun 1990. Kondisi tersebut diyakini merupakan gangguan sementara yang umumnya diderita oleh wanita dewasa dengan usia yang lebih tua. Peneliti mengatakan, pemicunya adalah peristiwa yang membuat depresi seperti pasangan yang meninggal dunia.

"Studi kami bertujuan memerluas spektrum karakteristik penyakit. Sebagian besar masih merupakan gangguan dari wanita postmenopause yang menderita stres emosional. Tetapi kami juga mengidentifikasi pasien jenis kelamin pria yang usianya lebih muda. Faktor stres fisik, seperti penyakit neurologis umumnya menjadi pemicunya," ujar Ghadri, salah seorang peneliti.

Para peneliti juga menemukan, pasien yang menderita kondisi ini juga memiliki 9.9 persen risiko mengalami penyakit jantung dan stroke serta 5,6 persen risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan orang normal lainnya. Gangguan tersebut juga sering salah didiagnosis karena gejalanya yang mirip dengan sindrom koroner akut, seperti nyeri dada dan sesak napas.

Untuk mengidentifikasi ventrikel kiri bentuk karakteristik khas dari takotsubo cardiomyopathy, dokter harus melihat angiografi koroner. Takotsubo umumnya diobati dengan beta blocker, ACE inhibitor dan diuretik. Namun, hingga saat ini tidak ada rekomendasi resmi mengenai pengobatannya.

"Karena ini adalah studi retrospektif, kami tidak yakin apa penyebab kondisi ini. Studi prospektif diperlukan untuk mengetahui lebih banyak mengenai pengobatan yang optimal untuk gangguan ini," ujar Ghadri.

(mus)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya