'Tusuk Konde' Sensual dan Dramatis

Tusuk Konde Garin Nugroho
Sumber :
  • FOTO ANTARA/Teresia May

VIVAnews - Kisah cinta segitiga antara Rama, Sinta dan Rahwana menjadi benang merah dalam pementasan 'Tusuk Konde' yang disutradarai Garin Nugroho. Bagian kedua dari trilogi Opera Jawa itu dipentaskan selama dua hari berturut-turut, mulai tanggal 3-4 November 2010 di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.

Garin Nugroho memang susah ditebak. Begitu pula dengan karya yang ia hasilkan di setiap pementasannya. Kali ini, sutradara berbakat itu membebaskan penonton untuk menafsirkan cerita 'Tusuk Konde' yang disuguhkannya.

Tusuk Konde secara harafiah bisa diartikan sebagai penghias rambut wanita Jawa. Si Tusuk Konde dalam pementasannya, muncul di awal dan akhir cerita.

Sinta, pemakai tusuk konde, adalah wanita yang memakai baju kemben dengan pembawaan yang lembut gemulai di atas panggung. Rambut panjangnya digelung, parasnya ayu khas wanita Jawa.

Ketika ia dipersunting Rama, Sinta pun memberikan tusuk kondenya pada Rama sebagai simbol kesetiaan. Sementara Rahwana memiliki sebuah bakul padi sebagai simbol pegunungan dan dominasi kehidupan.

Rama harus bekerja dan meninggalkan Sinta. Dia kemudian menggambar simbol lingkaran di sekeliling Sinta agar wanita itu terhindar dari marabahaya. Rama juga tidak mengizinkan istrinya keluar rumah selama ia pergi.

Rahwana yang mengincar Sinta mengerahkan segala bujuk rayu hingga pemaksaan, demi mendapatkan Sinta. Meski awalnya tak bergeming, toh rasa kesepian mulai menggoyahkan hati Sinta. Wanita itupun akhirnya luluh pada keperkasaan Rahwana.

Wajib Tahu, 150 Lebih Nama Makanan dari Berbagai Daerah Indonesia

Rama mengetahui itu dan marah sejadi-jadinya, ia ingin Sinta kembali padanya. Sifat bijak dan tenang yang biasanya dimiliki Rama pun hilang. Dikuasai amarah, Rama akhirnya membunuh Rahwana. Ia juga tak percaya lagi dengan kesetiaan istrinya. Dengan tusuk konde pemberian Sinta, laki-laki itu membunuh istrinya.

Tusuk Konde' adalah sebuah karya penggabungan seni-seni pertunjukkan seperti wayang, ketoprak, teater modern hingga upacara-upacara. Jawa multikultur yang diusung Garin adalah Jawa yang bertemu Sunda, Minang, Nias hingga kontemporer sekaligus. Karena itulah 'Tusuk Konde' tampil begitu semarak. Garin menggunakan banyak cara untuk bisa membawa budaya Jawa seutuhnya ke dalam Opera Jawa.

Kolaborasi dengan komposer  Rahayu Supanggah juga mampu menghasilkan musik yang mengalun syahdu. Seniman yang pernah menjabat sebagai rektor ISI Surakarta itu menggabungkan instrumen-instrumen gamelan dengan sinden dan lagu-lagu rakyat.

Polres Jakbar Gagalkan Peredaran Ratusan Kg Ganja, Dicegat di Bekasi

Sementara gerak tubuh Eko Supriyanto makin melengkapi pementasan 'Tusuk Konde'. Lakon Rahwana yang ia mainkan tak hanya menaklukkan Sinta, tapi juga mampu membuat penonton terpana.

"Saya sengaja memakai jeans dan menghilangkan kain saat Rahwana berlakon seolah meminta restu pada ibunya. Saya ingin gerakan Tanjak-nya tetap terlihat," kata Eko Supriyanto saat ditemui di Taman Ismail Marzuki.

Mengenai pementasan yang terlihat berbeda dalam 'Tusuk Konde', koreografer yang pernah menjadi salah satu dancer Madonna itu, mengaku bahwa Garin memang lebih sensitif dalam pementasan tersebut. Saat ditanya mengapa harus 'Tusuk Konde', sutradara andal itu hanya menanggapi dengan tawa.

"Saya itu kalau bikin judul praktis. Yang jelas, 'Tusuk Konde' itu upaya menghidupkan kembali tradisi lewat penari-penari yang sekaligus nembang. Di Indonesia sangat sulit sekali menemukan penari-penari yang sekaligus pinter nembang," kata Garin.

Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan.

Luhut: 13,6 Juta Warga Jawa-Bali Belum Disuntik Vaksin COVID-19

Luhut meminta kepada pemerintah daerah baik Kabupaten, Kota dan Provinsi yang dosis vaksinnya masih di bawah 50 persen agar vaksinasi dapat dikebut.

img_title
VIVA.co.id
11 Januari 2022