- corbis.com
VIVAnews - Memiliki bokong kencang terangkat bukan hanya impian wanita, tapi juga sejumlah pria. Merespons kebutuhan ini, sebuah perusahaan pakaian dalam asal Kanada pun meluncurkan 'BottomsUp', celana dalam khusus pria yang dilengkapi bantalan bokong.
Dengan slogan 'building a better bottom', celana dalam itu mampu membuat pria berbokong rata tampil lebih percaya diri. Celana berlapis busa itu akan menyempurnakan bentuk bokong pria.
Dijual seharga US$39,99 atau sekitar Rp360 ribu, BottomsUp memiliki ukuran bantalan busa bervariasi. Mulai seperempat, setengah, dan full. Pakaian dalam ini juga didesain untuk dapat menambahkan volume di bagian depan agar terlihat lebih berisi.
"Awalnya, pembeli akan membeli ButtomsUp dengan ukuran bantalan seperempat, hanya untuk mencoba. Setelah merasa puas, mereka akan menaikan level bantalan pada BottomsUp mereka," kata pemilik perusahaan, Rick Mucha, kepada AolNews.
Mucha yang telah menggeluti pakaian dalam pria selama 10 tahun menjamin bahwa celana dalam itu terlihat sangat natural saat dikenakan. Yang membuatnya terlihat natural adalah jahitan yang mampu memisahkan bantalan.
Ide pakaian dalam ini muncul setelah Mucha bertemu temannya yang mengidap Aids. "Struktur ototnya berantakan dan dia tidak nyaman duduk. Jadi, saya mencoba menciptakan sesuatu untuknya," ujarnya.
Demi merealisasikan idenya, Mucha kemudian berkeliling melakukan survei untuk mencari bentuk bokong pria yang sempurna.
Pemasaran celana dalam itu pun segera populer di kalangan orang dengan Aids, veteran perang yang memiliki cedera otot, dan komplikasi fisik di daerah bokong. "Pakaian dalam ini meningkatkan kepercayaan diri mereka."
Belakangan, Mucha mulai menyasar penjualan ke para pilot dan orang-orang yang suka travelling. Ia juga berkreasi menciptakan pakaian dalam untuk menyempurnakan bentuk tubuh wanita.
Baca juga: Festival Berkereta Tanpa Celana
Bukan Hanya Palestina, Ini 9 Negara yang Belum Diakui Keanggotannya oleh PBB
PBB memiliki anggota sekitar 193 negara. Namun, di luar jajaran negara-negara tersebut, terdapat setidaknya 9 negara yang belum mendapat pengakuan sebagai anggota PBB.
