Trauma Politik, Alasan Etnis Tionghoa Dagang

Jelang Tahun Baru Warga Tionghoa Melakukan Doa Akhir Tahun
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Hermawi Taslim, seorang perwakilan dari Komunitas Glodok, mengatakan, saat ini banyak orang keturunan Tionghoa memilih menjadi seorang pedagang karena takut dalam berpolitik.

"Karena itu tidak ada pilihan lain. Berdagang kan tidak ada aturannya," kata Taslim dalam diskusi Polemik Sindo Radio di Jakarta, Sabtu, 21 Januari 2012.

Menurut Ketua Yayasan Solidaritas Nusa Bangsa, Ester Yusuf, ada trauma besar yang dialami oleh orang Tionghoa dalam berpolitik. Banyak etnis Tionghoa yang berpolitik, tiba-tiba hilang.

"Orang-orang yang dekat dengan PKI itu habis. Seperti peringatan kepada mereka untuk tidak berpolitik di masa depan. Sampai saat ini, banyak orang tua yang melarang anaknya masuk politik," kata dia.

Sejarawan JJ Rizal, menjelaskan alasan mengapa banyak orang Tionghoa yang berprofesi sebagai pedagang adalah karena pada saat masa kolonial, pemerintah memposisikan etnis Tionghoa sebagai perantara.

"Posisinya memang dibuat seperti itu, mereka disebut hantu uang," ujar Rizal.

Seperti pada 1740 terjadi pembantaian besar-besaran kepada orang Tionghoa. Hal ini karena adanya ketakutan pemerintah pada perekonomian orang Tionghoa yang mulai meluas dan berkembang.

Pembantaian itulah, kata Rizal, salah satu penyebab orang Tionghoa takut untuk berpolitik. Selain itu, adanya Undang-Undang, saat itu orang Tionghoa memang diposisikan sebagai sapi perah.

"Saat itu pemerintah harus menggaji PNS, dari mana uang itu? Mereka memeras orang Tionghoa. Mesin ekonominya itu yang akan dicari, yaitu masyarakat minoritas yang menjadi perantara," ucapnya.

Sisterhood Modest Bazaar, Berburu Baju Lebaran Hingga Menu Berbuka
Kepala BNPT Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel

Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme

Guru Besar Fakultas Psikologi UI Prof. Dr. Mirra Noor Milla, sepakat bahwa perempuan, anak-anak, dan remaja rentan terpapar radikalisme, seperti paparan BNPT

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024