- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews - Tak dapat dipungkiri kalau Indonesia memiliki kekayaan akan kain tradisional yang tak pernah habis untuk dieksplorasi. Namun, hal ini tak lantas membuat para desainer pasrah dengan kesan tua yang kerap ditampilkan kain-kain tradisional tersebut.
Di hari keempat Indonesia Fashion Week, Anda dapat merasakan perubahan atmosfir dari hari- hari sebelunya. Kali ini lebih kental dengan budaya tradisional yang lebih modern. Ke- 16 desainer yang tampil dalam satu panggung ini, mengemas karya mereka dalam tajuk “Ethnic Psychedelic”.
Permainan motif
Membawakan tema rancangan 'Panen', Agnes Budhisurya menampilkan beragam jenis pakaian termasuk jumpsuit, midi dan maxi dress. Selain ciri khas motif flora yang sudah melekat, ada keunikan dari rancangan Agnes, Ia menambahkan aksen-aksen juntaian padi dari payet di hampir setiap busana. Payet ini juga digunakan Gregorius Vici untuk memberikan detil pada rancangannya. Jika Agnes dan Dana Rahardja menampilkan bunga, Handy Hartono lebih menonjolkan motif naga . Sedangkan Pinky Hendarto justru menggabungkan motif flora dan fauna untuk mewarnai busana- busananya.
Tenun tradisional
Sedangkan Wignyo Rahadi dengan tema 'Swarnadwipa' membawakan beragam kreasi tenun yang dirancangan dengan kesan feminin dan romantis. Teknik sulam benang putus, salur bintik, full bintik, dan motif dari tenun Siika, NTT, dan Papua membuat kain tenun ini tampil tidak biasa. Fomalhaut Zamel dan David adalah desainer lain yang juga mengandalkan tenun pada peragaan kali ini.
Beda lagi cerita dari Lia Mustafa yang terinspirasi dari anak-anak tuna netra. Melalui rancangannya yang bertema 'Lumiere 2' Ia menampilkan pakaian-pakaian yang colorfull yang berani menabrakkan warna dan juga motif sarung dan tenun yang digunakan sebagai material utama.
Neo batik
Dengan cutting yang sederhana, Afif Syakur dalam rancangan yang bertema Simply Versatile mencoba membawa desain cocktail dress batik untuk pakaian yang lebih kasual. Sedangkan Tedjo Laksono menghadirkan kombinasi batik dengan brokat. Elemen see trough dari bahan brokat menambah kesan romantis dan seksi pada keseluruhan penampilan.
- Garis Modern
Ternyata, tak hanya batik dan tenun yang dapat diolah menjadi pakaian siap pakai. Ariani Pradjasaputra bahkan berani mengolah bahan tikar dan goni untuk dijadikan pakaian-pakaian yang sarat akan kesan playfull. Tekstur tikar yang sedikit kaku memberikan siluet lebih konstruktif sebagai aksen pada bagian bahu. Demikian juga dengan Melia Wijaya yang juga menonjolkan cutting unik sebagai aksen pada bahu, selain lipatan- lipatan geometris yang kuat. Tidak hanya busana struktural yang mengesankan moderenitas, Oki Wong menyuguhkan busana berbahan transparan untuk kesan seksi.
- Perkawinan dua budaya
Beberapa desainer tampak memadukan kain tradisional dengan sentuhan luar. Seperti Estrelita yang memodifikasi kebaya dengan bias etnik Spanyol. Atau rancangan Poppy Dharsono yang terlihat elegan bergaya Eropa. Ia menyulap tenun menjadi jubah dan menambahkan aksen fur.
Rancangan ini patut mendapat acungan jempol. Untuk lebih lengkapnya, klik di sini.