Help! Saya Butuh Mak Comblang

Cinta jarak jauh
Sumber :
  • dok. Corbis

VIVAlife - Sekar Arum sudah tiga bulan melajang. Gadis 25 tahun ini mulai merasakan tak enaknya hidup tanpa pasangan. Di tengah kesibukan sebagai digital business representative perusahaan iklan, ia tergoda mencari informasi biro jodoh profesional.

Ia butuh mak comblang. Dengan hasrat bergejolak, jarinya memainkan sejumlah kata kunci di mesin pencari Google. Mengantarnya ke sebuah situs menarik: The DateRace.

Pada akhir 2011, ia memutuskan bergabung. "Saya mengikuti program kencan ini karena saya sudah terlalu sibuk dengan lingkungan pekerjaan, tak punya banyak waktu bersosialisasi," kata Sekar saat bertemu dengan VIVAnews.

Ia lalu hadir di salah satu program bulanan: speed dating atau kencan kilat. Ada 20 peserta di sana. 10 wanita dan 10 pria. Masing-masing duduk berhadapan. Aturannya, hanya boleh mengobrol dengan peserta di hadapannya.

Permainan dimulai begitu bunyi bel terdengar. Masing-masing bisa langsung mengobrol tentang apapun. Setiap lima menit bel akan kembali terdengar. Dan, saat itu, peserta pria harus bergeser satu kursi ke samping. Segera memulai obrolan lagi dengan peserta lain.

Permainan baru berakhir setelah 10 kali bunyi bel. Artinya, peserta pria telah 10 kali bergeser tempat duduk dan terlibat obrolan dengan 10 peserta wanita yang berbeda. "Sangat menyenangkan," kata Sekar.

Jelas menyenangkan. Lewat kencan kilat  itu, Sekar berhasil menemukan kekasih idamannya. "Kami mulai pacaran Februari, dua bulan setelahnya. Saya menemukan kecocokan ketika bersamanya," ujarnya. 

Tak hanya berhasil menyudahi masa jomblo, kencan kilat itu juga memperluas jaringan pertemanannya. "Banyak hal yang didapatkan selain pasangan. Sekarang saya berhubungan dengan anggota-anggota Date Race lainnya untuk bisnis."

The DateRace memang tak sekadar menawarkan jasa mak comblang. Pengelola membuka kesempatan bagi semua yang ingin bersosialisasi dengan lingkungan baru. “Masing-masing memiliki alasan bergabung. Jika ada yang berhasil mendapat jodoh, anggap saja itu bonus,” kata Nataya Naia, salah satu penggagas.

Cerita bahagia bukan cuma milik Sekar. Frida, pengusaha muda dan pelatih cheerleader di sekolah internasional juga merasakan kemudahan bertemu jodoh melalui jasa mak comblang profesional. Ia mengikuti casual matchmaking di sebuah situs kencan online.

Berkenalan dengan pria Perancis. Memulai perbincangan ringan. Saling mengenal. Membuat janji bertemu. Semua itu mengantarnya merasakan kedekatan emosional. Usai beberapa kali kencan, pria Perancis itu bahkan rela meninggalkan negaranya. Pindah ke Jakarta.
 
“Niat saya tidak macam-macam ketika saya memulai online dating service ini. Saya tidak punya trik-trik apapun karena saya berusaha apa adanya saja, dan saya memang ingin hubungan yang serius."

Ratih Ibrahim, seorang psikolog asmara, melihat semakin banyak kalangan profesional yang melibatkan biro jodoh. Sah-sah saja. Asal, jeli memilih yang terbaik. "Untuk beberapa orang, biro jodoh memang dianggap menghemat waktu dan energi," katanya. (adi)

Remaja yang Viral Keroyok Pelajar SMP di Makassar Ditangkap, Ada 5 Pelaku Masih Dibawah Umur

Baca juga: Bisnis Menggiurkan Biro Jodoh

Demonstran Kembali Bentrok Dengan Aparat di Depan Gedung DPR

Amnesty International Sebut Pelanggaran HAM di RI Semakin Buruk, Aparat Paling Banyak Terlibat

Amnesty International menyoroti beberapa hal yang menunjukkan semakin buruknya situasi HAM di Indonesia, di mana represi atas kebebasan sipil sering terjadi.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024