Kisah Empat Bersaudara Lumpuh & Kandang Babi

Vaksin Kanker Serviks
Sumber :
  • doc Corbis

VIVAlife - Peltu Sahirun bingung begitu memasuki usia pensiun. Tak lagi memiliki uang cukup, ia terpaksa memboyong istri dan empat anaknya ke sebuah ruang bekas kandang babi. Menjadikan kandang semi permanen itu sebagai rumah tinggal.

Mulanya kehidupan berjalan normal. Meski pahit, senyum Sahirun tetap mengembang melihat sang pemilik kandang tak keberatan. Ia masih bisa bersyukur memiliki tempat berteduh untuk keluarganya.

Namun, senyum itu terkikis begitu memasuki tahun 2005. Pria setengah baya itu tak bisa membendung lelehan air mata melihat empat anaknya mendadak lumpuh. Yang mulanya menjadi harapan masa depan keluarga, tiba-tiba tak bisa berbuat apa-apa.

Musiaroh, yang kini berusia 36 tahun, sehari-hari hanya tergolek lemah di karpet ruang keluarga. Anak kedua, Amin Muntoha, 35 tahun, tak berdaya di kursi roda. Musinah, 27 tahun, hanya bisa merangkak. Sedangkan Riyatin, 25, baru bisa berjalan jika ada yang memapah.

Mereka tak bisa berbuat banyak untuk membantu perekonomian keluarga. Tinggal di rumah bantuan Polda Jawa Tengah, mereka kini menggantungkan hidup pada satu-satunya saudara yang masih sehat, yakni Kiswanto.

Apa Penyebabnya?
Pengalaman tinggal di bekas kandang babi menjadi sorotan. Apalagi melihat Kiswanto yang diasuh keluarga lain tak mengalami lumpuh.

Dr Hindra Irawan Satari, SpA (K), dokter spesialis infeksi tropis dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menduga empat bersaudara itu mengalami meningitis, atau radang selaput otak. Di mana penyakit ini berpotensi menular melalui sejumlah hewan, termasuk babi.

"Jika peternakan tidak memenuhi syarat kebersihan seperti membuang limbah babi dengan tepat, babi tidak mendapat vaksinasi, maka akan dengan mudah bakteri berpindah ke manusia," ujarnya kepada VIVAnews.
 
Radang selaput otak itu biasanya terjadi akibat paparan bakteri Neisseria Meningitidis yang mengontaminasi udara. Dengan gejala awal demam, penyakit ini tak hanya sanggu membuat penderita mengalami kelumpuhan, tapi juga kematian.

"Sebersih apapun tempat bekas peternakan babi itu dibersihkan, tidak akan menghilangkan bakteri yang melekat di daerah tersebut," ujarnya. "Hanya ada satu cara untuk mematikan bakteri-bakteri tersebut, yaitu dengan disinfektan high level. Dibunuh dengan menggunakan zat kimia agar kuman mati."

Drama 4 Gol Lawan Madura United, Dewa United Jaga Asa Tembus Championship Series

Semangat

Meski bergantung pada orang lain, empat kakak beradik ini tak patah semangat. Anak kedua, Amin Muntoha (35), setiap hari membuat kerajinan wayang dari kardus bekas. Caranya, ia membuat pola dari cetakan wayang di atas kardus, lalu digunting. Wayang kardus itu lantas dijepit dengan bambu. Bentuknya sangat sederhana tanpa hiasan apapun.  "Ini dijual di SD, hasilnya ada meski sedikit," kata dia.

Nasib 5 Polisi yang Ditangkap Terkait Narkoba di Depok

Amin berangan-angan suatu saat nanti ia bisa membuka warung di rumahnya. Untuk aktivitas dan memenuhi kebutuhan keluarga. "Saya nggak mau terus bergantung pada orang lain. Kalau ada yang memberi pelatihan, saya siap untuk belajar."

Tiga saudari perempuannya -- Musiaroh, Musinah, dan Riyatin -- yang juga lumpuh juga tak mau kalah. Untuk mengisi waktu dan mengusir jenuh mereka membuat sulaman atau kruistik. Hasilnya bisa dijual meski tak maksimal.(umi)

Simulasi Makan Siang di Tangerang, Menko Airlangga Hartarto

Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran Butuh 6,7 Juta Ton Beras per Tahun

Program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diperkirakan membutuhkan 6,7 juta ton beras per tahunnya.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024