Uchu Riza, Provokasi Ibu Walikota Kidzania

Uchu Riza
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAlife - Uchu Riza sedang asyik berbincang dengan seorang bocah saat kami menjumpainya di Chiropractic Center Kidzania di Pasific Place. Tatapannya lekat menyimak aksi si bocah yang berlagak menjadi seorang Chiropractor atau terapis tulang belakang.

"Semua permainan di sini tidak asal-asalan, tapi menjadi sarana edukasi yang tak membebani anak-anak, membuat anak-anak enjoy," ujarnya. "Kami ingin anak-anak memiliki niat berkembang dan memiliki ruang kebebasan mengejar cita-cita."

Tak lama kami di sana. Uchu yang menjabat sebagai Walikota Kidzania itu segera mengajak kami berkeliling melihat-lihat kota rekaannya.

Ada restoran. Toko kue. Pengadilan. Pusat pemadam kebakaran. Rumah sakit. Bank. Apotek. Laboratorium. Deretan pabrik. Salon. Minimarket. Stasiun Radio. Studio televisi. Penerbitan surat kabar. Bengkel. Tempat cuci mobil. SPBU. Pusat pemesanan taksi. Bandara. 

Semua terbangun menyerupai replika sebuah kota lengkap dengan jalan raya dan kendaraan yang berjalan di sekeliling kota. Tampak sungguhan walau dalam ukuran anak-anak.

"Mau jadi dokter, pilot, jaksa, koki, pemadam kebakaran, sopir taksi, pembalap. Anak-anak bebas bermain peran. Ada beragam profesi yang bisa mereka mainkan lengkap dengan alat peraga dan pemandu yang siap membimbing anak-anak menjalani profesinya dengan benar."

Provokatif

Sekjen Golkar Tegaskan Munas Tak Bisa Dimajukan Sebelum Desember 2024

Uchu langsung tertarik ketika seorang sahabat memperkenalkan Kidzania sekitar lima tahun silam. Sebuah pusat rekreasi waralaba asal Meksiko yang menyajikan konsep bermain sambil belajar bagi anak-anak usia taman kanak-kanak sampai sekolah dasar.

Ia tak segan terbang ke Meksiko demi mempelajari detail konsepnya. "Saya melihat konsepnya bagus dan belum banyak dipakai. Bukan jenis permainan yang sekadar hiburan dan membangun mimpi semacam rollercoaster, tapi permainan edukatif yang menghadapkan anak-anak pada suatu kondisi yang real."

Keyakinannya bulat. Ia segera menandatangani kontrak kerja sama untuk meluncurkan Kidzania di Indonesia pada November 2007. Menjadi Kidzania pertama di Asia Tenggara. Yang kedua di luar Meksiko setelah Jepang.

Dalam tempo lima tahun, Kidzania memiliki 72 wahana dengan lebih 100 profesi yang bisa dimainkan anak-anak. "Kami bekerja sama dengan lebih 40 perusahaan lokal maupun multinasional yang memiliki misi dan visi sama di dunia pendidikan," ujarnya.

Lewat Kidzania, ia ingin memprovokasi masyarakat dan pemerintah untuk peduli menciptakan sarana pendidikan yang menyenangkan bagi anak-anak. Ia ingin kemunculan Kidzania memancing tumbuhnya pusat-pusat rekreasi yang juga menyajikan konsep permainan edukatif yang membangun.

"Saya ingin menyadarkan bahwa anak-anak itu ada. Butuh tempat bermain yang berarti, bermutu, dan maju. Saya melihat sarana bermain yang edukatif sangat kurang, padahal anak-anak itu kan aset pembangunan bangsa," ujarnya.

Pendidikan

Kidzania hanya satu dari setumpuk obsesi Uchu di dunia pendidikan. Tiga tahun sebelumnya, ia lebih dulu merintis sekolah Al Jabr, yang menurutnya adalah sekolah Islam pertama di Indonesia yang mengacu pada sistem International Baccaulerate (IB).

Niat mendirikan sekolah itu sebenarnya sederhana. Ia melihat anak-anak di panti asuhan keluarganya mulai tumbuh besar dan butuh sekolah. "Saya suka mencari hal-hal baru yang inovatif, makanya saya juga tak mau mendirikan sekolah asal-asalan," ujarnya.

Sistem IB menjadi pilihannya. Ia ingin mengolaborasikan sistem pendidikan internasional dengan Islam dan Indonesia.

"Yang khas dari sistem pendidikan ini adalah cara belajar dengan penyelidikan. Jadi, anak diberi pertanyaan supaya mereka mencari tahu dengan menyelidikinya," ujar wanita yang beberapa bulan sekali rajin mengajak guru-guru mengikuti workshop IB di berbagai kota dunia.

Mendedikasikan hidup untuk pendidikan, Uchu memiliki mobilitas cukup tinggi. Satu minggu di Jakarta untuk mengurusi Kidzania dan Al Jabr. Satu minggu berikutnya beredar di Singapura. Sudah lebih 10 tahun ia menjadi volunteer atau pemandu di Singapore Art Museum & History. Ia sangat menikmati karena merasa museum adalah bagian dari pusat pendidikan.

Selain rajin mengikuti seminar pendidikan di berbagai negara, Uchu juga kerap menghadiri workshop, coaching, atau pertemuan-pertemuan terkait pendidikan di berbagai pelosok negeri. "Saya kerap diminta memberikan training tentang leadership, komunikasi, sekaligus membangkitkan pemikiran bahwa pendidikan itu penting," ujarnya.

Keseimbangan Hidup

Hasbi Hasan Dituntut 13 Tahun Bui, Pengacara: Tak Rasional, Seperti Balas Dendam

Uchu mengaku begitu menikmati kehidupannya. Acara seminar ke luar negeri atau memberi trainning ke pelosok menjadi sesuatu yang asyik karena bisa sekaligus melampiaskan kegemarannya travelling dan melihat tempat-tempat baru.

Botanical garden, museum, dan kebun binatang adalah tiga hal yang menjadi incarannya setiap kali datang ke suatu tempat baru. "Anda akan mendapat banyak energi kembali ketika berada di sekeliling alam," ujar pemilik nama asli Roestriana Adrianti Riza itu.

Ketika sedang tidak bepergian, Uchu biasanya pergi ke toko buku dan mencari aktivitas baru yang menyenangkan sebagai terapi jiwa. "Belakangan ini saya sedang suka melukis, watercolor dan chinese brush paintings. Melukis menjadi art therapy bagi saya," ujarnya.

Uchu merasa sedikit berbeda dengan wanita umumnya. Ia sangat pilih-pilih dengan aktivitas sehari-hari. Yang biasanya hanya berkutat seputar pendidikan, alam, dan anak-anak. Ia paling alergi dengan aktivitas yang monoton dan tak memiliki manfaat.

"Saya sangat visionary, saya pilih-pilih menggunakan waktu, saya hanya mau melakukan hal yang memiliki manfaat," ujar wanita yang sudah 14 tahun berdomisili di Singapura itu. "Saya juga berusaha menyeimbangkan hidup dengan mengangkat anak asuh dan kerja sosial."

Di akhir perbincangan, Uchu pun mencoba menggambarkan skema hidupnya: membangun pendidikan di level keluarga dengan dua anak, membuat panti asuhan dengan 16 anak, mendirikan sekolah dengan sekitar 500 siswa, lalu meluncurkan Kidzania yang bisa mengedukasi ribuan anak-anak.

Wanita kelahiran 13 Maret 1963 itu masih memendam mimpi untuk mengkreasikan saran pendidikan yang mampu mewadahi lebih banyak anak-anak. Ia ingin membuat media edukatif yang khusus untuk anak-anak. Entah itu berbasis televisi, radio, atau website.

Hidupnya memang penuh dengan tantangan untuk mengkreasikan ide-ide segar yang membangun bangsa. Ia sama sekali tak tertarik membuat sesuatu yang sama hanya demi bisnis. "I am not an entrepreneur, I am an educator," ujarnya sambil tersenyum. (ren)

Kawasan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)

Lippo Karawaci Cetak Pendapatan Rp 17 Triliun di 2023, Kantongi Laba Bersih Rp 50 Miliar

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 15 persen year on year (YoY) menjadi Rp17 triliun pada 2023.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024