Tips Menjaga Keutuhan Rumah Tangga

VIVAnews - Pernikahan adalah pekerjaan berat, tapi bisa  menjadi pengalaman hidup yang paling berharga. Bila anda tak ingin menjadi bagian dari 43 persen pasangan yang mengakhiri pernikahannya dengan perpisahan atau perceraian dalam 15 tahun terakhir, maka anda harus mempertimbangkan tindakan pencegahan yanag disarankan oleh Lorna Jorgenson Wendt, pendiri sekaligus presiden dari Equality in Marriage.

Kalau Mau Damai, Atalarik Syach Kasih Syarat Ini ke Tsania Marwa

Sebuah organisasi nirlaba yang menyediakan informasi dna dukungan bagi pria dan wanita, sehingga mereka bisa menjaga kemitraan setara.
Wendt menggambarkan 50-50 pernikahan sebagai satu kesatuan, dimana keduanya, si pria dan si wanita merasa berharga.

Equality in Marriage terlahir saat suami Wendt selama 32 tahun, mantan CEO General Electric Capital Gary Wendt, menginginkan perceraian.  Wendt yakin bahwa dia adalah mitra setara dalam hubungan itu dan memutuskan melawan ketika hanya ditawari 10 persen dari aset pasangan ini.

Gokar Listrik Hadir di Indonesia, Lengkap dengan Sirkuit

Wendt menang dan mendapatkan lebih banyak, kemenangannya menjadi simbol perjuangan wanita senasib. Sekarang Wendt menjadikan ini sebagai pekerjaan, memberikan saran pada pasangan lain dan membantu mereka belajar dari kesalahannya. Jauh sebelum bercerai di pengadilan menjadi pilihan.

Berikut lima cara dari Wendt untuk menjaga keutuhan pernikahan :

Sekjen PDIP Koreksi Otto Hasibuan soal Permohonan Megawati sebagai Amicus Curiae di MK

1. Kenali diri sendiri. Setiap wanita perlu waktu berkualitas untuk dirinya sendiri. Anda haru tahu kesenangan, tujuan dan mimpi-mimpi di setiap wilayah, termasuk potfolio keuangan.

“Wanita harus bisa berkata, saya sanggup sendirian di dunia ini dan akan baik-baik saja,” kata Wendt. Bahkan meski anda sudah menikah, hanya tak sepenuhnya siap menjadi bagian dari pasangan, kecuali anda mandiri dan bisa menjaga diri sendiri. Anda juga perlu tahu apa yang diinginkan, sehingga bisa mengkomunikasikan itu kepada suami anda.

2. Jangan sepelekan pasangan anda. Hangatkan selalu hubungan anda. Manusia perlu merasa dibutuhkan. Suami anda ingin tahu apakah dia penting dalam pernikahan anda, dan anda juga butuh merasakan hal yang saa mengenai diri anda.

Anda berdua harus saling mengatakan dan menunjukkan pada pasangan apa yang anda rasakan dan apa yang anda butuhkan. “Sesederhana itu, “ kata Wendt. Ciuman hangat tanpa alasan, atau surat cinta yang sentimental  bisa dilakukan sebagai cara menghangatkan hubungan.

3. Bicaralah. Satu tujuan utama Equality in Marriage adalah menciptakan dialog antara pasangan, membuat mereka mulai berdiskusi segala sesuatu dari urusan memiliki anak hingga mengurus rekening  bank bersama, terutama sebelum menuju pelaminan. Meskipun demikian tak ada kata terlambat, bagi pasangan yang menikah masih bisa  meningkatkan kualitas komunikasi anda.

Saran Wendt, bicarakan secara terbuka dan jujur soal masalah sehari-hari yang muncul dalam hidup bersama anda dan pasangan. Berapa anak yang ingin dimiliki, apakah salaah satu dari anda akan tinggal di rumah mengurus anak-anak. Bila iya, siapa ? Apa filosofi masing-masing soal uang? Dan daftar panjang masalah sehari-hari lainnya.

4. Buatlah perjanjian pra nikah. Untuk mereka yang mengatakan ini sama sekali tidak romantis dan pesimis, Wendt tidak setuju. “Anda tak akan membuat atap baru di rumah anda tanpa kontrak, bukan ?,” kata Wendt.

Wendt berpendapat  membuat perjanjian pra nikah sebelum menikah atau perjanjian setelah memasuki pernikahan, justru untuk melindungi pernikahan dan memberi kesempatan bagi pernikahan anda peluang bertahan.

Belajar lah soal hukum yang diperlukan untuk pernikahan masa kini, saran Wendt. Menurut survey terbaru Equality in Marriage, 70 persen pasangan menikah melaporkan tak tahu soal hukum pernikahan dan perceraian di negara bagian mereka.

Fakta yang menurut Wendt cukup mengerikan. Lakukan riset saat semua orang sedang dalam keadaan baik. Anda mungkin akan membutuhkannya kelak.

5. Jagalah keintiman tetap hidup meski telah menjadi orang tua. Suami atau istri kadang kehilangan fokus pada pasangannya saat mereka sudah memiliki anak.

Tapi Wendt mengatakan secara tegas bahwa suami dan istri perlu memaksakan diri untuk memiliki waktu berdua. Mereka perlu melanjutkan diskusi soal hubungan, menjalaninya lebih baik dan menikmatinya satu sama lain.

Dengan kata lain, pergilah berkencan, ciptakan suasana intim berdua, dan pastikan jadwal untuk bersenang-senang. Karena, keintiman ini adalah lem perekat yang membuat suami dan istri tetap bertahan dalam pernikahan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya