Gangguan Otak, Penyakit Rentan Penggemar Bola

Real Madrid VS Borussia Dortmund
Sumber :
  • REUTERS/Juan Medina
VIVAlife - Olahraga merupakan pilihan cerdas untuk menjaga kesehatan tubuh. Entah itu aktivitas di pusat kebugaran, lari pagi, aerobic, berenang, atau jenis olahraga lainnya. Namun, ini tidak berlaku bagi kegiatan sepak bola yang dilakukan secara ekstrem. Kerap menyundul bola dengan kepala.
Cup Bra Terlalu Besar Picu Gangguan Kesehatan

Gerakan ini disebut sebagai pemicu kerusakan otak. Demikian menurut penelitian yang dilakukan para ilmuwan di University of Texas. Para ilmuwan mengatakan, jika para pemain sepak bola atau orang-orang muda yang gemar bermain sepak bola, dan kerap melakukan gerakan tersebut, diperkirakan kurang mampu menyelesaikan tugas yang membutuhkan keterampilan berpikir. 
Jurus Turunkan Berat Badan Pakai Protein

Dalam serangkaian tes yang dilakukan secara komputerisasi, para ilmuwan ini mengadu mereka dengan siswa sekolah yang tidak melakukan kegiatan sepak bola sama sekali. Dan, hasil menunjukkan jika para pemain secara signifikan bekerja lebih lambat dalam menyelesaikan tugasnya. Bahkan, jauh dari waktu yang dicapai siswa yang bukan pemain sepak bola.
Misteri 'Bak Mandi Tuhan' Berusia 7.000 Tahun
 
Penulis studi Dr Anne Serrano pun mengatakan, "Tugas yang dikerjakan melibatkan respons. Kami berpikir bahwa benturan kuat pada kepala dapat menyebabkan perubahan fungsi kognitif tertentu."

Namun, tidak semua pemain sepak bola memiliki hasil uji yang buruk. Sebagian dari mereka juga mampu menyelesaikan tugas sesuai target yang ditentukan. Serrano menambahkan, penelitian ini merupakan cara identifikasi gangguan saraf yang mungkin disebabkan oleh jenis olahraga tertentu. 

Penelitian ini dilakukan menyusul studi ekstensif yang dilakukan Boston University School of Medicine pada pemain sepak bola Amerika yang menunjukkan adanya tanda-tanda kerusakan otak akibat cedera berulang pada bagian kepala. Dilansir Daily Mail, penyakit akibat cedera kepala yang sangat mungkin terjadi adalah kehilangan memori, demensia, dan depresi. (art)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya