Icip Lezatnya Ubi Bakar Batu, Ritual Unik Papua

Ilustrasi ubi
Sumber :
VIVAlife - Berkesempatan menyaksikan upacara panen raya di Provinsi Papua adalah pengalaman wisata paling menarik. Sebagai ucapan terima kasih terhadap Sang Pencipta, umumnya komunitas keluarga besar di Papua mengadakan ritual memasak ubi dengan cara bakar batu. Dan ternyata, ubi adalah makanan yang menempati kasta tinggi.
Rusia Telah Menangkap Pemodal Teroris Serangan Moskow, Ternyata Dikirim Melalui Ukraina

Jangan bayangkan akan ada wajan dan kompor besar untuk memasak ratusan kilo ubi itu. Semua dilakukan sangat alami tanpa alat masak. Salah satu keluarga besar Suku Lanny di Kampung Yonggime, Distrik Pyramid, Wamena, Papua, memulai ritual memasak ubi dengan menyiapkan kayu dan batu.
Terungkap, Alasan Rizky Irmansyah Sukses Curi Perhatian Nikita Mirzani

Puluhan laki-laki menyusun kayu dan batu secara berseling. Selanjutnya, tanpa menggunakan minyak tanah, mereka membakar batu selama satu jam.
Top Trending: Suami Sandra Dewi Punya Saham Triliunan, Ramalan Jayabaya Soal Masa Depan Indonesia
Sambil menunggu batu panas, mereka menggali tanah dan membentuknya seperti wajan. Cekungan tanah inilah yang nantinya akan menjadi tempat mereka mengukus ubi. Ini letak keunikannya: mengukus menggunakan batu panas.

Matahari sudah sedikit mendongak ketika kaum perempuan tiba di komplek honai, rumah khas Papua. Di kepala kaum perempuan yang berselempang noken (tas rajut khas Papua), ada puluhan kilo ubi siap untuk dikukus.

Setelah istirahat sejenak dan batu sudah dirasa panas, para perempuan itu langsung mengukus ubi. Cara mengukusnya tak serampangan. Mereka masukkan terlebih dulu batu panas ke dalam lubang. Mengalasi batu dengan rumput dan ilalang. Baru setelah itu ubi dimasukkan. Begitu seterusnya sampai lubang terisi penuh hingga setinggi pinggang.

Agar bisa terkukus sempurna, tumpukan batu, ubi dan ilalang ditutup dengan jerami hasil mengukus ubi sebelumnya. "Itu sudah menjadi bagian dari cara kami memasak," ujar Petrus Wenda (70 tahun), kepala keluarga di keluarga besar itu.

Jerami yang sedikit basah itu kemudian diikat dengan tali agar tak terurai. Cara ini mereka sebut 'menangkap asap'. Yang membuat ubi seukuran kepala orang dewasa itu matang merata dalam dua hingga tiga jam.

Bagaimana rasa ubinya? Dipastikan, akan selalu tertancap dalam ingatan. Begitu ikatan jerami dibuka, aroma ubi, rumput-rumputan, ilalang dan jerami menyatu. Saat ubi dibelah, kandungan airnya juga tak melimpah. 

Begitu masuk ke mulut, Anda akan menemukan rasa yang sama sekali berbeda dari ubi bakar atau ubi kukus. Apalagi sambil melihat deretan gunung dan merasakan udara dingin di area itu. Tertarik mencicipi?
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya