Lima Fakta Metamorfosa Dewi Sandra

Dewi Sandra
Sumber :
  • Wardah Cosmetic
VIVAlife - "Ku akui hati ini jadi hilang kendali, ku terbuai bayangmu, ku akui hati ini jadi hilang kendali ku ingin bersamamu selalu..."
Yen Amblas ke Level Terendah dalam 34 Tahun, Menkeu Jepang Bakal Ambil Tindakan

Anda mungkin ingat lagu berjudul Ku Akui ini dinyanyikan lantang dan penuh percaya diri dalam satu video klip. Terlihat jelas bagaimana sang pemilik suara seksi ini meliukkan setiap anggota tubuh dengan enerjik.
Pernah Anulir Vonis Mati Sambo, Kabar Majunya Suharto jadi Wakil Ketua MA Dikritisi

Rambut ikal terurai, dan wajah sarat riasan eksotik. Bahunya terbuka dengan kulit berkilat, serta tangan penuh rentengan gelang. Lekuk pinggulnya terlihat sempurna. Plus gerakan kaki rancak.
Prof Yudan dan Pejabat BPIP Melayat ke Rumah Kayla Peserta Seleksi Paskibraka Sukabumi

Dia adalah Dewi Sandra. Penyanyi beraliran R&B ini berani mengenakan busana minim dalam video klip itu. Atasan terbuka berwarna merah hati dengan hanya panjang sebatas dada. Pakaian inipun sudah tentu mengekspos bagian perut. Punggungnya pun terbuka. Hanya ada dua tali yang tertaut agar pakaian ini tak lepas. 

Ini penampilan Dewi di lagu andalan album keempat-nya. Sebenarnya penampilan seksi seperti ini sudah lekat sejak wanita berdarah Brazil-Betawi itu menelurkan album pertama pada 1998. Disusul lima album selanjutnya. 

Baik dalam video klip ataupun penampilan panggung Dewi seakan mempunyai mantra sendiri membuat penonton histeris. Goyangan seksi, pakaian seksi, suara seksi, mata seksi, bibir seksi. Semuanya serba seksi. 

Di penampilan single albumnya bersama Olla Ramlan tahun 2011, Dewi juga masih tetap seksi. Duet ini bahkan bisa dibilang sebagai duet maut penyanyi seksi. Meski keduanya berpakaian tertutup, namun lekukan tubuh mereka tak dapat disembunyikan. 

Tapi itu dulu. Kini, setelah beberapa waktu menghilang Dewi muncul kembali. Penampilannya sangat berbeda. Layaknya kupu-kupu yang bermetamorfosis, ia membuat orang terpana dengan keanggunan dan kedewasaannya.

Ia tampil mengejutkan dengan hijab di hadapan publik, saat datang ke pernikahan Olla Ramlan, 20 Desember 2012 lalu. Dewi menerangkan, saat itu dirinya baru tiga hari berhijab.
 
Aktris bernama lengkap Dewi Sandra Killick ini mengatakan hidupnya seperti memasuki lembaran baru. Beberapa waktu lalu VIVAlife sempat berbincang santai dengan penyanyi penerima penghargaan Anugerah Musik Award tahun 2001 ini. Sambil menikmati kesegaran udara resor di kawasan Bandung, berikut lima fakta menarik ihwal Dewi bermetamorfosis soal penampilan itu. 

Tak Perlu Alasan

Dewi tak bisa mengungkapkan dengan kata. Ia hanya kebingungan saat ditanya soal alasannya mendadak berjilbab. Yang jelas saat ini wanita bermata cokelat ini sudah "hijrah". 

Sepanjang tahun 2012, ia mengaku cukup dekat dengan komunitas muslim dan muslimah. Ia mengaku terhipnotis. Kagum dengan tampilan wanita-wanita berhijab. 

"Untuk menjalankan hijab itu tidak mudah, juga tidak sesulit yang dibayangkan,"paparnya. Membayangkan betapa ribet harus mengenakan hijab, ia menarik nafas panjang dan sempat ragu. Namun Dewi menyadari betul jika ia tidak mencoba, ia tak akan bisa.

Sampai pada titik puncak, tanpa banyak bicara aktris yang mengawali karier sebagai model ini mencoba membungkus kepalanya dengan sehelai kain. Ia lantas memberitahu manajemen yang menangani segala kegiatan keartisannya.

"I’m ready. That’s it, no turning back. Niatnya lillahi ta’ala, ingin memperbaiki diri," ujarnya penyanyi yang sempat berpose untuk majalah pria dewasa ini.
 
Tak memungkiri, banyak pihak yang ragu dengan keputusannya. Bahkan juga suaminya, Agus Rachmat, yang sangat mengerti benar sifat Dewi. Sangat ekspresif dan mencintai fesyen. 

Agus khawatir hijab akan melumpuhkan sisi Dewi yang ini. Atau hijab ini hanya angin-anginan semata. "Jadi dia bilang, kalau saya nggak yakin mending nanti dulu," imbuh Dewi menirukan ucapan suaminya.
 
Tapi Dewi berhasil mematahkan keraguan Agus. Sang suami pun mendukung seratus persen niat istrinya. "Tapi jangan main-main karena tanggung jawabnya besar’," lanjut Dewi masih menirukan.

Mantan guest VJ MTV itu mengakui, sebelum berhijab ia telah melalui pergolakan batin. "Sekitar satu tahun. Itu pun maju mundur. Di dalam saya mulai bergejolak, tarik ulurnya luar biasa," ungkapnya.

Dewi menyebut godaan terberatnya adalah saat ia melihat rok mini atau baju-baju seksi yang sesuai kepribadiannya. Niatnya menciut.
 
Apalagi, ia masih ditawari desainer untuk ikut melenggang memamerkan baju-baju karya mereka. Perlahan, Dewi belajar tampil tertutup. Setiap memakai baju mini, ia juga menambahkan stocking yang warnanya senada dengan kulit.
 
Adaptasi Fesyen

Soal penampilan ini memang paling sulit bagi Dewi. Ia merasa dunia seolah berubah total saat harus meninggalkan pakaian-pakaian trendi untuk merapikan penampilan menjadi lebih santun dan tertutup. 

Dewi langsung membongkar isi lemari. Memisahkan baju-baju yang sudah tak mungkin lagi ia kenakan. "Kalau lama-lama dilihat bikin galau," ujarnya sambil bercanda. Ini cara jitu agar niatnya tak tergoyah.

Tapi tak semua yang berbau seksi disingkirkan. Dalam hatinya masih menginginkan. Menjembatani pergolakannya, Dewi lantas memadukan beberapa pakaian seksinya untuk tetap layak dipakai. Yang tak pantas dihibahkan pada orang yang membutuhkan.

Sayang memang, namun itu konsekuensi untuk sebuah komitmen. Pelan namun pasti, Dewi mulai memahami bahwa berhijab tidak boleh memakai baju menerawang, baju minim, dan baju ketat yang menonjolkan lekuk tubuh. 

"Saya banyak belajar, banyak bertanya, dan banyak tertusuk jarum pentul juga," katanya.

Dewi belajar berhijab secara otodidak. Ia mengumpulkan buku-buku panduan berhijab, menonton video tutorial dari YouTube, dan mencoba sendiri di depan cermin. Kadang ia juga jenuh saat satu gaya hijab tak berhasi ditiru. Tapi ia bertekat tak mundur. Terus mencoba.

"Ini soal menikmati pelajaran. Yang penting tahu konsep berhijab itu menutup aurat dari mana sampai mana," tegasnya. 

Wanita yang sempat nyemplung ke dunia sinetron inipun mengaku lebih suka memilih gaya pribadi. Dewi menyebut dirinya sebagai moslem swag. "To look cool. I do like depend on mood. Kalau formal ya formal. Tapi kalau sehari-hari yang nyaman aja," sebutnya.
 
Padu padan menjadi trik wanita berkulit putih ini agar tak bosan dengan baju yang itu-itu saja. Meski demikian Dewi masih dibatasi seorang fashion police. Suaminya sendiri. "Terlalu ketat, ganti. Atau terlalu menerawang, ganti," ujarnya menirukan wanti-wanti sang suami.

Dewi tak keberatan atau risih dengan sensor ini. Ia sadar betul suaminya memang lebih memahami soal agama dan penampilan yang seharusnya. 

"Dulu saya fashion guru, don’t talk to me about fashion karena saya tahu yang harus dilakukan. Tapi sekarang saya kok masih salah terus pakai bajunya ya," selorohnya sambil tertawa. 

Pernah suatu kali, ia memesan kostum ke desainer untuk sebuah acara panggung. Menurutnya konsep bajunya sudah hijab dan sangat keren. Namun saat baju sudah jadi, suaminya berkomentar bajunya terlalu ketat.
 
Sontak ia tak terima. Namun dengan alasan yang masuk akal ia berani mengubah keputusan di detik-detik terakhir menjelang acara.

Dari situ, Dewi mulai membuka mata dan melihat banyak hijabers modern yang bisa memadukan komitmen menutup aurat dengan tren. Ia bersemangat lagi. Tak lagi menagis saat keinginannya tak tersampaikan. 
 
Bukan hanya perubahan cara berbusana, beberapa kebiasaan dandan Dewi pun berubah setelah dirinya berhijab. Waktu dandannya lebih lama. Kalau biasanya ia sudah bisa siap dalam lima menit, kini butuh waktu panjang untuk masih mencocokkan gaya hijab dengan pakaian. 

Keluar rumah sebentar saja, ia masih harus menyesuaikan dalaman hijab, jilab, dan bajunya. Sebagai pemuja fesyen, Dewi tak mau asal comot.
 
Tak hanya soal fesyen, soal pekerjaan pun Dewi mulai membatasi. Kalau dulu ia masih sering manggung di kafe hingga larut malam, kini pekerjaan seperti itu dihindari. Alasannya: tak etis.

"Kalau ada yang anggap kok Dewi udah nggak asyik lagi, buat saya nggak apa-apa. Itu komitmen," katanya meyakinkan diri.
 
Beruntung, dengan berbagai penjelasan yang berikan, wanita yang juga pernah bermain film lebar ini tak sampai kehilangan teman. Kegiatan ngumpul malam, dialihkan ke acara makan siang. "I’m still Dewi, I love music, I love hanging out with my friends. Dengan jilbab, saya bukan mau menghilangkan itu semua," tuturnya.
 
Menurutnya, hijab bukan lantas mengubah kepribadian orang yang bersangkutan. Ia mengaku tetap menjadi seorang yang nyablak dan suka menonton konser. "Hijab adalah identitas diri yang saya jadikan penyemangat diri."

Cacing Kepanasan

Komitmen seperti ini memang berat. Berat bagi orang yang tak punya energi cukup untuk melakukannya. Pun dengan Dewi, pemilik tubuh 165 cm ini bahkan berani menolak pekerjaan yang tak lagi sesuai prinsip. Ia sadar betul kariernya tak sebebas dulu. 

Penampilannya di atas panggung, tak lagi sama. Meski tetap menari, tapi gerakannya lebih sopan.

"Dance-nya masih Dewi Sandra, tapi disesuaikan. Kita belum mencari formula yang tepat sih. Yang jelas gerakan yang kayak cacing kepanasan sudah nggak bakal ada. Gaya yang mengundang juga dihilangkan."
 
Bintang iklan ini juga tak lagi memilih lagu dengan suara-suara mendesah di panggung. Singkatnya, jika ada pekerjaan yang tak bisa menghargai penampilan barunya, Dewi memilih mundur. Tak peduli honor tinggi yang ditawarkan. Komitmen tetaplah komitmen.

"Saya percaya rejeki bisa datang dari mana saja. Tidak selalu berupa materi pula. Bisa keluarga, kesehatan yang baik. Jangan konotasinya selalu nominal," kata Dewi.
 
Baru sekitar lima bulan berhijab, Dewi belum merasa sebagai sosok ahli yang layak berbicara atau memotivasi perempuan lain untuk menutup aurat. Bahkan secara emosi, ia belum bisa menyebut dirinya stabil. 

Setelah berhijab secara fisik, ia menuju fase berikutnya. Hijab hati. Demikian ia menyebut. 

Untuk itu, Dewi terus membekali diri dengan belajar agama. "Saya suka belajar agama kalau yang menjelaskan bisa logis, karena saya sangat kritis," komentarnya.
 
Setiap Sabtu, ia juga datang ke acara ceramah agama untuk anak-anak. Ia merasa masih nol hingga harus memulai pelajaran setingkat anak-anak. 

Berkumpul dengan anak-anak tak membuatnya minder. Ia justru merasa terpecut untuk belajar lebih dalam. Setiap ustad melontarkan pertanyaan, sementara anak-anak kecil menjawab, Dewi dengan rajin mencatatnya. "Dengan begitu saya jadi tahu lebih banyak." 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya