Bubur Suruh, Tradisi Unik Ramadan di Tuban

tradisi bubur suruh
Sumber :
VIVAlife - Ada yang berbeda dengan suasana Ramadan di kawasan wisata makam Sunan Bonang, Tuban, Jawa timur. Di sore hari menjelang buka, banyak warga berkumpul sambil membawa wadah berupa piring, baskom, rantang, timba kecil, dan peralatan makan lainnya.
DPP Berani Ungkap Indonesia sedang Dilanda Krisis Paling Berbahaya

Mereka antre menunggu pembagian bubur suruh. Bubur yang tentu saja bukan bubur biasa. Cita rasa yang membedakan: sedikit pedas bercampur gurih. Ala masakan Arab atau India seperti kari. Bubur suruh ini sepintas mirip bubur jagung. Berwarna kuning kecokelatan. Bahan pembuatnya, tepung beras, santan kelapa, bumbu gurih, kayu manis, balungan (tulang sapi dengan sedikit daging), dan lemak. 
Prediksi Semifinal Piala FA: Coventry City vs Manchester United

Tradisi temurun ini dilakukan masyarakat Tuban setiap tahun, sejak awal hingga berakhirnya Ramadan. Tetapi pada Ramadan kali ini, penduduk lokal baru bisa melaksanakannya di hari kedua. Mereka tidak hanya memasak untuk kalangan sendiri, tapi juga membagikannya pada siapa saja yang datang, termasuk wisatawan.
Rumah di Bangkalan Hancur Usai Petasan Meledak, 3 Orang Jadi Korban

Biasanya, penduduk setempat sudah memasak bubur sejak siang. Selepas shalat dzuhur. Menggunakan wajan besi berukuran besar yang cukup menampung beras sebanyak 12 kg, 3 kg balungan dan bahan-bahan lainnya.

Yang memasak adalah dua orang wanita dengan dibantu seorang pria. Proses memasaknya memakan waktu sekitar dua jam. Lumayan lama dibanding saat pembagian yang hanya perlu waktu kurang dari 20 menit untuk menghabiskan tanpa sisa. 

Bagi mereka membawa bubur untuk dimakan di rumah, mereka tidak mendapatkan tambahan kurma. Sedangkan mereka yang berbuka di tempat, mendapat bonus dua biji kurma, buah, dan segelas teh atau kopi.

Tak jelas entah sejak kapan tradisi bubur suruh ini mulai diadakan di Makam Sunan Bonang. Yang jelas, tradisi itu sudah ada sejak lama. Meniru tradisi konsumsi bubur berasa gurih, yang biasa dilakukan di negara-negara Jazirah Arab. Di sana bubur semacam ini disebut dengan bubur harizah.

Menurut Gus Mbeling, salah seorang pengurus lapangan di makam Sunan Bonang, dulu tradisi bubur suruh ini pernah diganti dengan membuat dan membagikan nasi. Namun, beberapa saat setelah mengganti bubur suruh itu dengan nasi, ada salah seorang pengurus yang merasa disabet kibasan ekor kuda gaib di salah satu sudut kawasan makam Sunan Bonang. Akibatnya, penggantian dengan nasi itupun tidak diteruskan, dan kembali mengadakan tradisi bubur buruh seperti semula.

Nama bubur suruh itu pun diambil dari waktu pembagian bubur menjelang senja. Dalam bahasa Jawa disebut dengan surup, yang kemudian menjadikan bubur ini disebut dengan bubur surup.

Frase bubur surup, seiring dengan berjalannya waktu kemudian berganti karena warga lebih mudah menyebutnya dengan nama bubur suruh. Apapun itu, yang jelas tradisi Bubur Suruh ini menjadi salah satu khazanah tentang jenis dan ragam bubur di nusantara.

Oleh: agunxagoenx
Artikel ini diikut sertakan dalam Lomba Tulis Ramadan Unik kanal U-Report.

Ingin mendapat gadget canggih? Kirimkan tulisan tentang tradisi ramadan Anda melalui link berikut.   
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya