VIDEO: 'Kembaran Jokowi': Saya Ini Kuli Bangunan

Mirip Jokowi, Mr Bean, Rhoma Irama
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAlife - Di taman ini biasanya ia melepas lelah. Menghabiskan satu dua batang rokok sambil bercengkerama dengan anak-anak yang kebetulan bermain. Tak jarang ia juga ngobrol ngalor-ngidul dengan para penjaja makanan dan minuman. Sekadar memenuhi kebutuhan bersosialisasi. Maklum istri dan kedua anaknya berada jauh di kampung. Di Purwokerto, Jawa Tengah.
Bikin 2 Gol ke Gawang Korsel, Begini Kata Rafael Struick

Taman Situlembang, taman yang berada tepat di depan proyek bangunan tempatnya bekerja. Di tempat ini juga empat tahun sudah ia melewati hidupnya sebagai petugas logistik. Jabatan yang terbilang lumayan untuk bidang proyek bangunan. Dua tingkat lebih tinggi dari kuli bangunan. Lelaki bertubuh kurus ini bernama Reza Srimulyadi atau lebih sering dipanggil Doyok.
Anies Buka Peluang Maju Pilgub Jakarta: Saya Baru Satu Periode

Beberapa waktu lalu, saat bursa pemilihan calon Gubernur Jakarta diramaikan oleh nama Joko Widodo atau Jokowi, sosoknya juga muncul mengekor. Ia disebut memiliki kemiripan fisik dengan mantan Walikota Solo itu. Akibat kemiripan ini, sekarang ia menyandang nama beken dari masyarakat. Jokowow. 
Mengenali Tanda-Tanda Tantrum Tidak Normal pada Anak, Orang Tua Harus Merespons dengan Cermat

Bagaiman ia menjadi terkenal? Disela-sela pekerjaannya itu, lelaki kelahiran Cirebon ini menyempatkan berbincang dengan VIVAlife. 

Kok bisa mirip Jokowi?

Saya memang pengagum pak Jokowi. Waktu itu sempat nadzar, kalau pak Jokowi menang saya akan mencukur kumis saya. Ternyata pak Jokowi menang, jadilah saya mencukur habis kumis. Kata orang-orang saya malah jadi mirip pak Jokowi. 

Awalnya ngak percaya, saya merasa jauh beda. Tapi orang-orang bilang mirip. Kalau saya lagi di proyek atau nongkrong di taman, anak-anak kecil malah minta foto bareng. Disangka Jokowi. Pernah waktu itu ada bule salaman minta foto juga. Hanya mungkin Pak Jokowi lebih putih karena sudah kena spa, ke salon, hehehe....

Pernah ketemu Pak Jokowi?

Pernah. Waktu itu kebetulan ada acara di Taman Situlembang. Saya bilang, saya mau ketemu abang saya dulu ah….Waktu itu Pak Jokowi cuma sempat tanya, saya dari mana.

Bagaimana Anda jadi terkenal?

Rejeki wajah. Waktu itu kawan saya, namanya Aris Perdana meminta foto pas saya pakai kemeja kotak-kotak. Duduk lesehan membawa mangkuk. Lokasinya di depan proyek rumah Situlembang itu. Aris bergaya seperti sedang foto bersama orang penting.
 
Foto itu disebar melalui facebook, twitter, dan BBM (Blackberry Messenger). Saya bilang silakan saja, bagi saya nggak rugi. Sekitar dua sampai tiga bulan setelah foto itu tersebar, saya mulai dicari orang. Susah memang, mencari foto tanpa alamat. Pas ketemu tukeran nomor telepon. Sepuluh hari kemudian saya disuruh foto dalam berbagai pose lalu dikirim ke sebuah kampus. Diajak syuting iklan.

Cerita syutingnya seru?

Namanya juga pengalaman pertama. Nervous. Apalagi dilihat banyak orang. Sampai harus ganti baju dua atau tiga kali. Keringetan. Semalaman, saya harus belajar menghafal dialog dan menirukan dialek. Beliau kan Jawa, sedangkan saya Sunda. Jadinya malah logat Tegal.

Syutingnya, dari pukul 10.00 sampai 12.00 siang. Kebetulan hari itu Jumat.  Kira-kira diulang 20 sampai 30 kali take. Ya harap maklum, namanya belum pernah syuting.

Setelah iklan tayang, apa tanggapan orang-orang dekat?

Awalnya istri saya tidak setuju saya jadi artis. Khawatir lupa keluarga dan menikah lagi, alasannya. Aku bilang, doanya jangan gitu. Doakan saja siapa tahu bisa bangun rumah. Anak saya malah bangga melihat wajah ayahnya di televisi. Setiap ada iklan saya dia mengeraskan volume televisi. Mak, ada Bapak Oyok!

Ada yang berubah setelah jadi bintang iklan?

Nggak ada yang berubah. Kalau waktunya makan teri, duduk lesehan, ya dilakoni. Dandanan saya juga gak berubah. Saya ini kuli bangunan. Tetap menjadi kuli. Kalau ada kru televisi atau media yang ingin wawancara, tinggal ke proyek saja.

Kalau ada undangan televisi, saya ijin bos saya. Kalau full jadwal, banyak yang mau pakai jadi artis ya izin. Tapi kalau sudah nggak dipakai lagi ya nanti saya kerja nguli lagi bagian logistik. Memastikan persediaan bahan bangunan tersedia. Kalau ada yang kurang, saya telepon untuk memesan tambahan pasir, semen, dan yang lainnya.

Honor saya jadi binta iklan saya pakai untuk beli handphone dan tambahan mengirim ke rumah. Alhamdulillah.

Apa yang membuat betah jadi kuli bangunan?

Saya tidak perlu kos atau mengontrak rumah. Makan, mandi, tidur bisa di proyek yang sedang dibangun. Gajinya juga lumayan buat ditransfer ke anak istri di Purwokerto. Saya sudah punya sepetak tanah di kampung. 

Sebelumnya Anda berprofesi sebagai apa? 

Pertama kali ke Jakarta saya dagang bubur kacang. Sekitar tahun 1980an, harga barang pokok tak semencekik sekarang. Tapi terus-terusan berjualan bubur tak cukup. Saya beralih profesi jadi nelayan. Pernah hanyut di laut juga. Terus pernah juga jadi penjual kopi dan rokok keliling. Hampir seluruh tanah Jakarta sudah pernah saya jajaki.

Akhirnya saya jadi kuli. Saya betah menjalani pekerjaan ini. Sudah sepuluh tahun belakangan. Awalnya saya kuli, lalu diangkat menjadi bagian logistik. Kira-kira sudah empat proyek saya ikuti. Satu proyek bisa dua sampai tiga tahun.

Lihat video wawancaranya






 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya