Alternatif Cerdas, Liburan Tanpa ke Mall

Manusia Batu Kota Tua
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAlife - Di tengah kejamnya macet lalu lintas Jakarta, siapakah yang Anda percaya buat mendapat tumpangan? Di jejaring sosial twitter, kerap muncul pesan seperti ini:
Top Trending: Sosok di Balik Gambar Khong Guan Hingga Seorang Wanita Terancam Denda Puluhan Miliar!

"@agus: PGC-Univ Budi Mulia/ today jam 08.00/ via kemang-kebayoran-cipulir/1 seat motor helm/share perasaan #BeriTebengan."
Terpopuler: Tips Padu Padan Shimmer Dress, hingga Waspadai Infeksi Saluran Kemih Mengintai Wanita

Itu bukan sekadar kicauan biasa. Si pengirim sedang menawarkan tumpangan buat siapa saja yang ingin duduk di boncengan motornya. Tentu, informasi itu menjadi penyelamat bagi yang tercekik oleh jam-jam macet di Ibukota. Lalu apa maksudnya "share perasaan" itu? Jangan salah duga. Itu artinya Anda bisa menumpang gratis. Yang penting ngobrol, dan saling berbagi cerita.
Makna Lebaran Bagi Bos Persib Bandung

Inilah keajaiban twitter. Bagi warga urban yang sibuk, dan nyaris tak sempat bersosialisasi dengan sesama, lalu media sosial itu menjadi penyelamat tali silaturahmi. Dari sekadar curhat, media sosial telah jadi piranti ampuh buat berbagi info penting dengan sesama. 

Sosiolog Roby Muhamad, mengatakan media sosial berhasil mempopulerkan tradisi warga sejak zaman dulu: bergaul akrab dengan kerabat atau kenalan. "Teknologi itu sifatnya mempermudah kehidupan," ujar Roby. Maka, media sosial di Internet pun menjadi ajang  memperketat relasi sosial. 

Dengan kemudahan akses lewat teknologi informasi itu maka terbentuklah beragam kerumunan: komunitas dari orang-orang yang berbagi kesamaan pandangan, atau minat. "Intinya adalah ngumpul. Sama seperti jaman dulu biasanya orang ngumpul di warung kopi kemudian membuat perkumpulan," ujar Roby.

Di tengah kegersangan silaturahmi antar warga perkotaan, maka komunitas di jejaring sosial menjadi sebuah kebutuhan. Dengan cerdik mereka menyiasati aneka keterbatasan ruang serta fasilitas kota. Dari soal mencari dan menawarkan tumpangan, sampai berkumpul untuk olahraga bersama. Atau sekadar mencari alternatif aktivitas bermutu di akhir pekan.

Simak kisah sejumlah komunitas cerdik di twitter, yang berujung pada aksi nyata: cari tebengan gaya @nebengers, Yoga gembira @SocialYogaClub, dan kegiatan akhir pekan @wikentanpamall. 

[Bagian ke 3 dari tiga tulisan. Baca artikel sebelumnya:, dan ]

Bosan ke Mall: @wikentanpamall

Satu lagi gerakan yang juga terlahir lewat media sosial. Wiken Tanpa ke Mall (WTM) dengan akun twitter @wikentanpamall. Gerakan ini aktif mengajak masyarakat untuk memiliki akhir pekan kreatif, edukatif dan menyenangkan tanpa harus mengisinya dengan berkunjung ke pusat perbelanjaan. 

Sebagai alternatif, mereka membagikan informasi mengenai kegiatan wisata akhir pekan yang diselenggarakan di berbagai tempat di Jakarta. Sebut saja museum, taman bermain, dan tempat bersejarah lainnya.

Umi Akhdadiyah, salah satu pengurus gerakan ini mengatakan: Ia dan teman-temannya melakukan karena merasakan minimnya informasi soal akses dan keberadaan tempat-tempat berlibur itu. Pendek kata, tempat-tempat itu seolah invinsible bagi sebagian  masyarakat Jakarta.

"Kami lebih memilih disebut Gerakan Wiken Tanpa ke Mall dibandingkan komunitas karena kami memang mengajak masyarakat untuk menggali potensi wisata Jakarta dan sekitarnya yang lebih bermanfaat seperti museum," ujar Umi. 

Menurutnya, tempat wisata seperti museum memiliki program dan paket yang menarik untuk pengunjung. Biayanya pun jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk jalan-jalan, belanja atau sekedar nongkrong di pusat perbelanjaan.

Gerakan yang terbentuk tahun 2009 ini tidak hanya berkutat seputar mengajak masyarakat melakukan wisata alternatif, tapi juga mengajak masyarakat melakukan kegiatan yang meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
 
Beberapa kegiatan yang pernah diadakan antara lain berwisata ke Ragunan, Kampung Budaya Betawi Setu Babakan dan bangunan-bangunan tua di Cikini. 
Selain itu ada pula kegiatan belajar membuat keramik di Museum Seni Rupa dan Keramik. Atau, ini juga menarik, membuat sajak bersama penyair legendaris Sapardi Djoko Damono. (np)

Baca juga:

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya