Berburu Tas Branded Bekas Berharga Miring

Tas Birkin Hermes
Sumber :
  • Jones Magazine

VIVAlife - Bagi sebagian orang, memilih tas tak hanya berdasarkan asas kegunaan. Kini, ia menjadi salah satu penunjang penampilan sekaligus penentu status sosial. Tas juga dijadikan simbol kemewahan.

Tegaskan Hubungan dengan Syifa Hadju Baik-baik Saja, Rizky Nazar: Tidak Ada Orang Ketiga

Tak heran, ada kelompok masyarakat yang rela merogoh kocek puluhan hingga ratusan juta demi membeli tas bermerek. Bisa menenteng Hermes, Chanel, Prada, Louis Vuitton, Furla, atau Gucci tentu menjadi kebanggaan tersendiri. Terlihat lebih mewah, elegan.

Perlu dimaklumi jika harga tas-tas itu sangat melambung tinggi. Pembuatannya memang eksklusif. Bahan-bahannya berkualitas tinggi. Tangan-tangan pembuatnya pun profesional.

Setengah Penjualan Suzuki Berasal dari Mobil Ini

Namun, jika harga yang selangit menjadi persoalan serius, kini ada solusinya. Beli saja tas bekas. Bisnis ini mulai banyak dilakoni para fashionista yang bosan dengan koleksi tasnya. Nama-nama berikut menjual tas-tas bermerek dengan tujuan berbeda-beda.

Maisara Mourad

Doa Ibunda untuk Ernando Ari dan Indonesia U-23

Berawal dari iseng, wanita 35 tahun ini mulai serius menggeluti bisnis berjualan tas baru dan bekas. Sesungguhnya, ia seorang pecinta fashion. Demi membeli tas bermerek idaman, ia rela ke Eropa.

“Ada tax refund. Kalau beli di Asia justru jatuhnya lebih mahal,” katanya pada VIVAlife, Rabu, 9 Oktober 2013.

Setelah dipakai sekitar dua tahun, Sara sering merasa bosan. Ia juga mudah jatuh hati pada tas lain yang modelnya lebih baru. Daripada terbuang, ia memutuskan menjual tas bekasnya. Dijamin asli, dan masih bagus karena selalu dirawat secara khusus.

Dari situlah, ide bisnisnya bermula. Ia juga sering menampung tas bekas teman-temannya untuk dijual kembali. Sara menegaskan, bisnis itu tak membuatnya merasa rugi. Pasalnya, ia menjual tas mengikuti harga pasaran. Satu atau dua tahun harga tasnya bisa menyamai harga baru, bahkan lebih tinggi.

“Makanya ada yang bilang beli tas itu aset, investasi,” ujarnya. “Apalagi kalau belinya di sana. Lebih murah, jual di sini malah untung. Euro kan lagi tinggi,” ia melanjutkan.

Sara membuka ‘lapaknya’ di Facebook, Instagram, dan melalui Blackberry Messenger. Jika ada yang pesan, ia tinggal mengirim kurir dan menerima transfer. Kliennya kebanyakan wanita metropolitan dengan status sosial menengah ke atas.

Karena berawal dari hobi, hasil berjualan tas biasanya digunakan Sara untuk membeli tas baru. Harga jual yang ia tawarkan, berkisar belasan juta rupiah.

Rosy Riyadi

Istri pemilik grup bisnis Mayapada ini merupakan penggagas h2h Outlet. Itu merupakan tempat berjualan barang bermerek bekas di lantai lower ground Permata Bank Tower, Sudirman, Jakarta. Tak hanya tas, tetapi juga busana, boneka, dan aksesoris.

Menariknya, semua dijual dengan harga sangat terjangkau. Mulai dari Rp50 ribu sampai ratusan ribu. Rosy memang tidak menganggap kegiatannya ini sebagai bisnis. Tujuannya berderma. Ia menerima sumbangan barang-barang bermerek dari berbagai kalangan, lalu menjualnya.

Hasilnya, ia sumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Ia menamakan gerakan itu h2h (helping 2nd hand). “Banyak orang yang punya pakaian bekas bertumpuk di lemari dan gudang, sementara ada orang lain yang membutuhkan. Kita hanya menggugah,” ujarnya.

Gerakannya itu mendapat sambutan positif. Sumbangan yang diberikan padanya makin melimpah. Artinya, makin banyak pula jumlah yang bisa disumbangkan.

Khairiyyah Sari

Yang ditawarkan Sari bukan sekadar barang-barang bekas bermerek. Sepatu, tas, busana, sampai aksesoris yang dijualnya merupakan bekas pakai para selebriti. Koleksi milik Shanty, Sandra Dewi, Marissa Nasution, dan lain-lain bisa didapatkan dengan mudah.

Ide itu dicetuskan Sari sejak 2011. Mulanya, ia hobi berbelanja di Ebay. Banyak akun milik selebriti dunia di sana. Mereka menemukan begitu banyak penggemar. “Gue termasuk salah satunya yang pernah beli,” Sari mengaku pada VIVAlife.

Dari situ, ia menggandeng Dewi Rezer untuk bekerja sama. Kebetulan, sebagai fashion editor Sari kerap berhubungan dengan selebriti untuk pemotretan. Bersama Dewi, ia lantas memanfaatkan link yang sudah ada.

“Kenapa enggak, gue bikin foto barangnya di studio dan pemiliknya artis. Kan belum ada di Indonesia,” ujarnya. Tujuannya, membuat para penggemar merasa lebih dekat dengan artis idolanya.

Pertama muncul, ada lima selebriti yang rela barangnya dijual kembali: Alya Rohali, Shanty, Andara Early, Koming (model), dan Rini (model). Ternyata, peminat ide Sari itu membludak. Tak hanya dari daerah, tetapi juga masyarakat Jakarta.

“Ada ibu asal Jakarta, yang enam bulan pertama sudah beli 10 tas,” lanjutnya.

Demi memenuhi keinginan pelanggannya, Sari mendatangi sendiri rumah para artis. Ia melihat kondisi tas, serta tahun dan cara pemakaian. Kemudian menawar harga.

Dari harga itu, ia hanya mengambil sedikit untung saat menjual kembali. Harga jualnya berkisar pada belasan juta rupiah. Keuntungan ia gunakan untuk membiayai maintenance, foto studio, shipping, wrapping, dan pengiriman ucapan terima kasih. (sj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya