Whulandary: Dari Pariaman ke Panggung Miss Universe

Whulandary Herman, Puteri Indonesia 2013
Sumber :
  • facebook Whulandary Herman
VIVAlife -Moskow, Rusia. Lampu sorot di panggung melantunkan wajah-wajah cantik para kontestan ratu sejagad. Semuanya tak henti menebar senyum, meski jantung mereka berdebar menanti nama negaranya disebut. Tapi semua kegelisahan itu seperti mengendap di balik pakaian gemerlap. Enam belas besar finalis akan diumumkan, malam itu (9/11).
Daftar Tempat Charging Mobil Listrik di Tol Trans Jawa saat Mudik Lebaran 2024

“Indonesia …!” terdengar suara pembawa acara memanggil.
Meet Nicole Shanahan, VP Candidate of the United States

Suara sorak sorai dari sekitar dua ratus pendukung Indonesia di Crocus City Hall pun membahana. Meski lebih kecil jumlahnya--para kontestan lain membawa ribuan pendukung, semangat mereka tetap menyala. Suara tabuhan perkusi terdengar ramai. Mereka bangga. Soalnya wakil Indonesia, Whulandary Herman, masuk dalam daftar prestisius itu.
Kembali Lagi ke Jakarta Setelah 5 Tahun, TVXQ: Akhirnya Bertemu Kembali

Ini kali kedua, Indonesia berhasil mencantumkan nama pada 16 besar ajang Miss Universe. Whulan, begitu panggilannya, mengulang kesuksesan Artika Sari Devi tahun 2005 lalu.

“Ketika nama saya dipanggil, hanya saya dan Tuhan yang tahu rasanya,” ujarnya.
Gadis berkulit cokelat itu akhirnya bisa berdiri membelakangi kontestan lainnya. Ia bersama perwakilan Costa Rica, Ukraina, China, Equador, Britania Raya, Venezuela, Republik Dominika, Puerto Rico, Spanyol, USA, Nicaragua, Swiss, India, Brazil dan Filipina berdiri di barisan depan.

Berangkat dari Tanah Air, tekadnya sudah bulat untuk bisa menoreh sejarah. Di benaknya ia tanamkan bahwa kontestan dari ke-86 negara punya kesempatan menang yang sama. Jiwa kompetisi membara pada dirinya, ia optimis untuk menang dan percaya bahwa setiap kata adalah doa.
"Aku ingin membuktikan bahwa anak desa juga bisa ke Rusia, dan berada di panggung, sama seperti yang lainnya".
 
Whulan memang hanya sampai pada babak ini, tapi kostum nasional Reog Ponorogo yang dibawakannya berhasil merebut hati para juri. Mereka adalah para tokoh selebriti dunia: vokalis Aerosmith Steven Tyler, model dan aktris Carol Alt, supermodel Anne V, dan skater Olimpiade Tara Lipinski.

Kostum itu menempatkan dirinya pada posisi empat dari lima terpilih. "Aku memang tidak membawa pulang mahkota, tapi setidaknya aku sudah berhasil memenangkan ketakutanku sendiri. Tidak semua orang bisa berdiri di panggung itu," tambahnya.

Soal bagaimana ia bisa menembus posisi itu, Whulan membagikannya pada VIVAlife. 

Andalkan Google 

Persiapan menuju Miss Universe 2013 sudah dilakukan sejak Februari. Beberapa hari setelah dirinya menyandang gelar Puteri Indonesia 2013. Mahasiswi Universitas Paramadina ini pun rajin mengikuti kelas kepribadian, pengetahuan umum, bahasa Inggris dan Rusia. 

"Bahasa Rusia sebenarnya nggak wajib, tapi Whulan merasa itu perlu untuk mendekatkan hati saat berada di sana," ujar dia.

Di bawah bimbingan Yayasan Puteri Indonesia dan mentornya Artika Sari Devi, ia dijejali berbagai materi untuk bekal diri. Mentalnya pun ditempa. Ia juga diberi trik khusus untuk bisa menembus babak demi babak.

Setiap hari selama enam bulan, gadis asal Pariaman ini pun menelusuri kontestan-kontestan lain lewat Google. Mencaritahu kekuatan dan kelemahan pesaingnya. Tak hanya itu, ia juga memastikan soal hobi para kontestan lain.

"Aku cari tahu tentang Miss Puerto Rico, ternyata dia suka yoga. Jadi waktu ketemu aku sapa 'Hai Miss Puerto Rico will you do yoga with me?”. Baginya, pembicaraan soal hobi adalah cara mujarab mendekatkan diri dengan orang lain. 

Pengalaman tak terlupakan hadir ketika Whulan baru saja tiba di karantina. Ia benar-benar bisa duduk berhadapan dengan kontestan lain, yang sebelumnya hanya dilihat dari internet. Ia harus bisa menghargai berbagai perbedaan yang hadir mewarnai karantina.

Hasil pencariannya di dunia maya juga menyebutkan, kontestan latin punya gaya berbeda. Mereka sangat percaya diri, lantaran negaranya jadi langganan mahkota Miss Universe. 

"Whulan pernah baca, dengan duduk di antara latinas saja sudah merasa diintimidasi. Mungkin mereka tak bermaksud begitu, tapi dengan gaya duduknya saja pasti kita sudah merasakan demikian," dia melanjutkan.

Ia bisa mengalahkan itu. Ia menata hati untuk tetap percaya diri, menikmati sarapan pagi di antara wanita-wanita latin itu. Padahal tak ada satupun kontestan Asia yang berani duduk bersama mereka. Ia ingin membuktikan bahwa wanita Asia juga tak kalah pamor.

Kembali ia menyebut sebaris mantera: "Semua kontestan punya kesempatan yang sama untuk memenangkan mahkota". [Lihat videonya melalui

Berani beda

Trik lain yang ia ungkapkan adalah keberaniannya tampil beda. Dari Indonesia ia membawa delapan koper. Satu koper berisi makanan. Tujuh lainnya berisi pakaian yang masing-masing sudah dipadankan dengan aksesori, termasuk sepatu dan tas.

Sengaja ia bawa banyak supaya bisa gonta-ganti.

Di mana ada kamera, di situlah ia harus berganti busana. Baju yang digunakan ketika sarapan akan berbeda dengan baju setelah sarapan. Ketika berganti pakaian untuk melanjutkan kegiatan, Whulan mengintip dulu dari balik jendela, mencari tahu busana yang dikenakan kontestan lain. 

"Usahakan pakai pakaian beda," katanya merujuk pada trik yang diberikan seniornya Artika Sari Devi.

Pakaian-pakaian warna mencolok pun dibawanya serta untuk mengundang perhatian. Atas usahanya ini, ia mendapat julukan 'Miss Diva' dari kontestan lain. (Lihat ).

"Makanya waktu itu mereka pakai jeans, aku pakai celana bahan kulit dan sepatu bling-bling, banyak yang bilang aneh, tapi waktu itu penampilanku malah jadi headline di majalah fesyen Russia".

Tampil beda ini juga terjadi di ruang penjurian. Tak ada ketentuan berbusana ketika itu, tapi entah, semua kontestan tampil office look kecuali Whulan. Ia kenakan gaun tertutup berwarna hijau neon. Tak pelak salah satu juri pun mengomentari warna gaunnya yang menyilaukan. 

"OMG your dress is killing my eyes".

Dijawabnya dalam hati, "Terima kasih, kamu pasti tak bisa berhenti menatap saya".

Whulan pun dengan bangga membalut tubuhnya dengan batik. Ini juga berhasil menarik perhatian. Malah baju-baju batiknya itu lalu dibeli oleh kontestan lain yang sudah naksir berat. Alhasil, ia pun membuka lapak dagangan. 

"Haha jiwa dagangku tetep. Selain dapat penghasilan, penjualan baju juga meringankan beban koper Whulan ke Jakarta," katanya sambil terkekeh.

Berbagi makanan 

Segudang kegiatan pun memenuhi hari-hari karantina sejak 20 Oktober hingga 8 November 2013. Ini adalah tahapan wajib menuju malam Grand Final. Selama karantina itu juga ia membuka kopernya yang berisi makanan. 

"Aku bawa rice cooker untuk masak nasi, bawa beras juga, rendang, cabe merah, bawang merah, dan bawang putih," kata wanita kelahiran Padang, Sumatera Barat, 26 Juni 1987 ini.

Lidahnya masih tetap Padang, meski ia sudah "menggauli" Ibukota selama lima tahun. Ia juga sudah menyambangi berbagai belahan dunia atas hobi travelling-nya. Whulan mengaku tak bisa meninggalkan beras dari sawah Padang dan juga rendang.

"Untung teman sekamarku baik, dia bisa menerima merepotanku. Aku tata rapi semua bumbu dan alat masak biar nggak ganggu," ujarnya.

Tak hanya itu, camilan khas Indonesia seperti keripik balado pun tak lupa diajak ke Russia. Melimpahnya persediaan makanan itu malah mengundang kontestan lain untuk mampir ke kamar Whulan. Mereka terkejut dan antusias menyicipi jajanan Indonesia. 

Lagi-lagi jiwa dagangnya muncul. Whulan yang awalnya hanya membagi gratis kripik baloado lalu berjualan. Dihargainya satu plastik keripik pedas itu $20. "Sampai waktu Mama menyusul, Whulan minta dibawakan keripik balado lagi. Laris manis," ujarnya. 

Ketika para kontestan melakukan perjalanan mengunjungi tempat wisata ataupun yang lainnya, di sepanjang perjalanan itu juga dia menjadi penyedia makanan. Para kontestan tahu, Whulan dengan senang hati membagikan camilan itu. Ini membuatnya bisa akrab dengan kontestan lain.

Tapi ada juga yang tak kuat dengan rasa pedas sampai sakit perut selama tiga hari. Kontestan itupun menghardik Whulan dengan mengatakan bahwa ia dengan sengaja membuatnya sakit. Namun karena Whulan hanya berniat berbagi, ia menjawabnya dengan tenang.

Beda lagi dengan cerita kontestan lain yang ketagihan makanan Indonesia. Sesampainya di Jakarta Whulan sudah menerima pesanan dari Miss USA minta dikirimkan lagi camilan Kuping Gajah buatan nenek Whulan. Juga Miss Jamaica yang memesan rempeyek.

Whulan membaur dengan semua orang, tak terkecuali karyawan hotel tempatnya karantina. Cleaning service dan resepsionis pun tak luput ditawarkan makanan. 

"Setiap dewan juri akan tanya ke kontenstan, siapa yang layak memenangkan mahkota. Mereka nggak akan jawab diri mereka sendiri, tapi menunjuk kontestan lain, ketika itulah banyak yang menjagokan saya," ujar perempuan yang suka menulis ini. 

Berkah "Terajana"

Ada-ada saja jurusnya merebut perhatian juri. Setelah berpenampilan beda dan sedikit melipir lewat menebar kebaikan dengan kontestan, Whulan kembali memukau juri dengan suaranya.

"Kamu sedang sakit atau kamu memang seorang penyanyi?," tanya juri.

Si Empunya suara hanya menjawab: "Saya memang lahir begini, saya bukan penyanyi tapi hobi menyanyi".
 
Ia pun diminta menyanyi. Namun sebelum beraksi ia melemparkan gurauan pada juri, bahwa mereka harus bersiap memanggil ambulance karena bisa mati terpesona mendengar suaranya. Didampingi penerjemah ia pun menyanyikan lagu dangdut.

"Terajaanaaa… Terajaaanaaa… Terajanaaa… oh Rusia".

Raut wajah penerjemah tiba-tiba berubah bingung, tak mengerti arti dari 'Terajana' yang dinyanyikan Whulan. "Bilang aja aku cinta Rusia," ia berbisik pada penerjemah. Suasana penjurian yang kaku seketika mencair. Juri tertawa akibat ulah Whulan.
 
"Setelah itu aku langsung ke toilet, dari tadi tahan ketawa karena ngeliat ekspresi penerjemah aku yang lucu banget," ujar perempuan yang juga mahir berbahasa Jerman itu.

Soal kostum nasional Reog Ponorogo yang berhasil menyabet peringkat empat, Whulan juga punya cerita sendiri. Ia mulanya sempat putus asa oleh kostum seberat 10 kilogram itu.

Pertama, saat ia mengetahui hiasan kepala yang melengkapi kostum itu tertinggal di bandara. Whulan sendiri baru menyadari beberapa hari setelah karantina. Beruntung "barang sakral" itu bisa disusulkan dengan cepat. Kesedihan berlanjut saat ia sedang menyiapkan kostumnya itu. Karena beberapa hari terbungkus rapat, sayap sang Reog tak mau mengembang.

"Aku sampai nangis, gimana bisa tampil dengan sayap seperti ini. Sedih banget. Aku berusaha merenggangkannya. Hampir satu jam aku melakukan itu," ujarnya.   
Ketelatenan itu akhirnya bisa membayar air mata yang tumpah. Whulan bisa melenggang di panggung dengan pakaian bulu merak berwarna hijau mengilat itu.

Mimpi jadi guru TK

Dari ajang Miss Universe itu, banyak pelajaran yang dibawa pulang. Ia mengatakan bahwa apresiasi untuk diri pribadi itu sangat penting. Tak perlu membandingkan kekurangan dengan orang lain, karena setiap orang diciptakan dengan keunikan sendiri. 

"Di sana kontestan lain jelas cantik, apalagi dengan mata biru mereka. Tapi kita tak perlu minder," tegasnya. Ia pun belajar menghargai banyak perbedaan yang dibawa masing-masing kontestan. Mulai dari sikap sampai budaya. Sampai belajar kuat pun ia dapatkan di sana. 

"Ketika sampai di sana semuanya bergantung pada kita. Mau hidup atau mati, kalau mau hidup ya bertahan". Whulan tak mau memupuskan cita-cita kecilnya: berdiri di panggung Miss Universe. Ia pun memilih bertahan karena merasa garis finish sudah tinggal selangkah lagi. Tak boleh hal-hal kecil mematahkan semangatnya.

"Alhamdulillah aku sangat bahagia, tapi aku masih punya banyak mimpi tanpa mengurangi rasa syukur, aku pengen jadi guru TK di sekolahku sendiri," ujar anak kedua dari empat bersaudara ini. 

Sejak kecil juga, ketika ditanya, Whulan selalu menyebutkan ingin menjadi guru TK di Pariaman, tempat kelahirannya. Ia pun mengatakan bahwa kedekatan dengan salah seorang guru yang memotivasinya. Kini  mimpi itu sedang disiapkannya.

Setelah melepas masa jabatan sebagai Puteri Indonesia 2013 ia akan merampungkan pendidikannya terlebih dulu.
 
Ia juga berniat meneruskan kegiatan sosial yang dilakukannya selama bertugas sebagai Putri Indonesia 2013. Ia ingin hidupnya berguna bagi keluarga dan orang lain. "Walaupun sudah nggak jadi Puteri. Whulan tetap mau terjun ngeliat bagaimana sih keadaan anak jalanan," dia menambahkan.

Jiwa sosial memang berlabuh pada dirinya. Dia yang berparas cantik itu rupanya berpegang pada prinsip hidup seperti ini: kebaikanlah yang harus ditebar, bukan kecantikan.(np)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya