- Genius Beauty
VIVAlife - Kabar baik bagi para pemilik tubuh plus yang ingin terlihat lebih ramping. Para ilmuwan mengembangkan chip genetik yang bisa ditanamkan di lengan. Chip tersebut akan mengirimkan sinyal ke otak yang memberitahukan bahwa tubuh sudah mendapatkan cukup asupan gula. Jika digunakan dalam rentang waktu yang cukup lama, berat badan akan turun secara signifikan.
Chip tersebut telah diujicobakan pada tikus. Hasilnya, tikus yang dipasangi chip memiliki tubuh lebih ramping daripada yang tidak. Selain itu tikus yang dipasangi chip mengonsumsi lebih sedikit makanan berlemak dibanding mereka yang tidak. Riset yang dilakukan peneliti dari Swiss itu juga menyebutkan bahwa chip genetik akan menghentikan sinyal ke otak ketika pediet mencapai bobot normal. Chip genetik ini akan siap dalam waktu tiga tahun.
Penemu chip genetic khusus diet ini, Professor Martin Fussenegger, mengharapkan dalam lima hingga 10 tahun mereka akan menciptakan chip seukuran koin yang bisa ditempelkan di sekitar lengan sebagai alternatif bagi mereka yang tidak ingin chip tersebut disuntikkan ke dalam lengan. Jika terbukti efektif, chip tersebut akan menjadi alternatif yang lebih baik ketimbang pil diet yang harus diminum setiap hari. Selain itu, chip tersebut juga akan jauh lebih murah daripada operasi pengikatan usus yang kerap dilakukan pada penderita obesitas parah.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications itu menyebutkan bahwa chip tersebut akan mengandung dua gen yang bekerjasama mengurangi rasa lapar. Gen pertama akan memonitor tingkat lemak dalam darah. Jika lemak darah dinilai berlebih, gen kedua akan mengambil alih dan mengirimkan sinyal ke otak agar tubuh merasa kenyang.
Disarikan dari Daily Mail, Fussenegger juga mengharapkan chip tersebut bisa berguna untuk mencegah sekaligus mengurangi tingkat obesitas.
Fussenegger memang memfokuskan penelitiannya pada obesitas. Sebelumnya dia menemukan bahwa obesitas serta kelebihan berat badan bisa mengurangi umur seseorang hingga sembilan tahun dan meningkatkan resiko terserang penyakit diabetes, kardiovaskular, serta ancaman mandul. Tidak hanya itu, obesitas juga secara tidak langsung menjadi pemicu depresi dan kanker.
Data WHO menyebutkan bahwa hampir setengah populasi di dunia, terutama di negara-negara industri mengalami kelebihan berat badan, dan satu diantara tiga orang di dunia menderita obesitas. (umi)