Ketahui Bahaya Memotret bagi Kesehatan Otak

Pameran patung karya Ron Mueck
Sumber :
  • REUTERS/ Henry Romero

VIVAlife - Memotret makin menjadi hobi populer. Tak hanya para profesional yang bisa melakukannya. Orang-orang kini menenteng kamera, dan berlomba-lomba membeli ponsel pintar dengan resolusi gambar tinggi.

UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2027

Apa pun diabadikan: makanan, pose di depan tempat kenangan, fenomena unik, dan sebagainya. Namun, tahukah Anda, hobi memotret ternyata berkaitan dengan kesehatan.

Menurut penelitian Fairfield University, foto dapat menurunkan tingkat memori seseorang. Upaya seseorang melestarikan momen tertentu, ternyata justru mengganggu pembentukan memori.

KCIC Minta Maaf Kecepatan Whoosh Dikurangi karena Hujan Deras

Foto-foto yang diambil terutama dengan kamera digital dan ponsel pintar, membuat memori seseorang terhadap objek yang difoto lebih lemah, dibanding jika objek itu diamati dengan saksama. Itu membuktikan, teknologi mengubah interaksi seseorang dengan lingkungannya.

“Orang sering mengeluarkan kamera, karena takut kehilangan momen yang terjadi di depan mereka. Tapi, ketika teknologi diandalkan untuk mengingat momen atau objek, itu berdampak negatif untuk mengingat pengalaman mereka,” ujar penulis utama penelitian, Linda Henkel.

Lawan Timnas Indonesia U-23, Pelatih Korea Khawatir karena Hal Ini

Untuk membuktikannya, Linda dan timnya melibatkan sejumlah mahasiswa dalam percobaan di University's Bellarmine Museum of Art. Mereka diminta mengambil catatan khusus dari sebuah objek dengan menggunakan fotografi, atau hanya sekadar mengamati.

Hari berikutnya, mereka diminta untuk menggambarkan objek. Dikutip Medical Daily, Linda menemukan rata-rata peserta yang memerhatikan objek bisa memberikan gambaran lebih jelas, akurat, dan signifikan dibanding peserta yang hanya memotretnya.

Menurut Linda, dengan mengambil objek foto, orang akan mengingat lebih sedikit detail dan lokasi objek. Ia menambahkan, memotret juga memaksa fotografer membiaskan pengalamannya dari objek melalui tindakan sekunder. Artinya, otak harus mengorganisasi dua hal: objek dan memotret.

“Penelitian ini sangat dikendalikan, sehingga peserta diarahkan untuk memotret objek tertentu, bukan yang lain. Tapi, dalam kehidupan sehari-hari, saat orang memotret sesuatu, berarti hal itu penting bagi mereka,” lanjut Linda.

Kini, sebelum mengambil kamera, tanyakan lagi pada diri sendiri, apakah ada cara yang lebih baik untuk mengabadikan sebuah objek. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya