Mantan Menhub: Mita Diran Tiru Kebiasaan Kerja Keras Ayahnya

Mita Diran
Sumber :
  • Twitter

VIVAlife - Mita Diran. Demikian gadis berusia 27 tahun ini akrab disapa. Di usianya yang masih muda, Mita menghembuskan napas terakhir pada Minggu, 15 Desember 2013.

Mita memang bukan orang terkenal. Namun kematiannya telah mengagetkan banyak orang. Gadis yang berprofesi sebagai copywriter ini meninggal dunia usai bekerja selama 30 jam.

Banyak pihak menyesalkan kejadian ini. Terutama kebiasaan Mita yang bekerja terlalu keras. Menurut sang ibunda, Maya Syahrial, Mita memang kerap menghabiskan waktu di kantor untuk lembur.

Perilaku kerja keras Mita ini rupanya dipengaruhi kebiasaan sang ayah, Agung Nugroho. Mantan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal yang merupakan sahabat Agung Nugroho mengungkapkan hal ini lewat akunnya di Facebook.

Tidak Fokus Berkendara, Pengendara Motor Tabrak BMW Seri 5

Atas seizin yang bersangkutan, VIVA.co.id mengutip kenangan yang disampaikan Jusman tentang Mita, Berikut petikan kenangannya.

"
Mita Agung Nugroho, putri sahabat wafat dalam usia 27 tahun.

Baru saja saya menghadiri salat jenazah putri tertua seorang sahabat saya sejak tahun 1979, ketika sama sama ikut mendirikan dan mengembangkan Yayasan Mandiri Bandung. Sebuah yayasan yang dikelola oleh mahasiswa ITB dan mahasiswa Bandung lainnya di tahun 1980-an yang bergerak dalam bidang pengembangan teknologi tepat guna atau teknologi madya di pesantren pesantren pulau Jawa dan daerah pedesaan.

Sahabat saya bernama Agung Nugroho. Ia lebih muda dari saya tiga tahun. Saya angkatan masuk 1973 di ITB ia angkatan masuk 1975 di Jurusan dan Fakultas yang sama Mesin Penerbangan ITB. Kami sama-sama menimba ilmu dari jurusan Mesin Penerbangan ITB di bawah bimbingan Prof Oetarjo Diran. Ia juga mengambil bidang keahlian computational aerodynamics.

Meski ia lebih muda dari saya tiga tahun, tapi ia menikah lebih dahulu dari saya. Ketika putri pertamanya lahir, ia beri nama Pradnya Paramita. Putri yang amat ia cintai.

4 Tim Lolos 8 Besar Piala Asia U-23, Indonesia Siap Nyusul?

Putrinya dibesarkan ketika kami sama-sama sedang mengerjakan perhitungan rancang bangun N250. Ketika itu kami berdua sering sekali bekerja lembur hingga malam hari.

Kadang kala lupa waktu karena mengejar tenggat waktu dan begitu jatuh tenggelam dalam keasyikan fenomena medan aliran yang bergerak di sekitar sayap pesawat terbang yang sedang dirancang dalam Komputer. Kami juga sering bekerja tanpa kenal henti dan waktu ketika bersama sama menganalisa hasil uji terowongan angin.

Dalam kecintaan pada pekerjaan dan profesi seperti itulah Agung Nugroho, sahabat saya itu mendidik dan membesarkan putri pertamanya Mita. Tak disangka kebiasaan kami yang begitu menumpahkan perhatian pada profesi seperti itu menjadi contoh dan teladan bagi Mita.

Diam-diam putri pertama ini juga meniru ayahnya. Bekerja keras tanpa kenal henti. Jika ada tugas dan pekerjaan yang menantang daya kreativitasnya, seolah tangan, pikiran dan badannya tak mau berhenti sebelum tugas di depan mata dapat diselesaikan.

Akan tetapi kecintaannya pada pekerjaannya pula yang membuat ia lupa pada kemampuan fisik yang dimilikinya. Setelah ia bekerja tanpa henti selama 3 hari berturut-turut, di mana ia kurang tidur dan bahkan ada hari dimana ia tidak tidur sama sekali. Badannya tak mampu menahan beban kecintaan jiwanya pada pekerjaannya.

Bikin Silau, Harga Emas Antam Kembali Tembus Rekor Tertinggi

Kelelahan yang amat sangat barangkali telah membawa Mita dipanggil Allah Subhana Wataalla dalam pelukan ayahnya yang begitu mencintainya sepenuh hati.

Mita wafat dalam kegigihan, kerja keras, dan rasa cinta yang mendalam pada pekerjaan yang ditekuninya. Saya di masjid dan dalam perjalanan menyertainya di mobil ambulans tak kuasa menahan air mata. Mita yang baik begitu cepat dipanggil pulang ke pangkuan Allah Illahi Rabbi. Tak ada yang tahu rahasia Illahi, mengapa ia dipanggil dalam usia yang masih muda 27 tahun.

Saya masih teringat ketika 26 tahun lalu, tahun tahun 1987 ketika masih usia satu tahun betapa ia menjadi cucu pertama yang amat dicintai oleh kakeknya Prof Priyatna Abdurasyid. Seorang ahli hukum Indonesia yang menguasai Hukum Angkasa dan Kedirgantaraan.

Tadi di rumah duka saya bertemu dengan Prof. Priyatna yang begitu amat sedih ditinggal cucu pertamanya. Beliau hanya meneteskan air mata, tapi tetap berdiri tegak menatap prosesi pemberangkatan jenazah ke masjid dan tempat pemakaman.

Ketika saya menyalami Beliau dan memeluknya, ia hanya berbisik, 'Pak Jusman terima kasih masih ingat Mita'. Setelah itu tetesan air mata kesedihannya seolah berkata, 'Mari kita ikhlaskan kepergian Mita'. Ia cucu yang baik. Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun.

Semoga Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang melapangkan jalan ke surga-Nya yang abadi bagi Pradnya Paramita, puteri yang amat dicintai ayah bunda dan kakeknya serta para sahabat sahabatnya. Meski engkau wafat pada usia yang begitu muda, tapi cintamu pada ayah, bunda, kakek telah melahirkan dan menyalakan api kebahagiaan dalam hidupmu dan semua yang menyangimu dengan penuh kasih. Selamat jalan Mita."

(umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya