4 Film Kontroversial Tanah Air di Tahun 2013 (I)

Cinta Tapi Beda
Sumber :
  • http://static.inilah.com

VIVAlife- Mengukir banyak prestasi di  dalam dan di luar negeri, pertumbuhan industri perfilman di Indonesia juga tidak lepas dari kontroversi.

Baik dari segi tema film yang dinilai menyimpang atau tidak relevan, pertikaian antar sineasnya, maupun kontroversi yang sengaja diciptakan untuk meningkatkan popularitas filmnya. Namun tidak jarang film-film kontroversial tersebut justru mendulang banyak prestasi bahkan laris-manis di bioskop.

Mulai dari Cinta Tapi Beda hingga kontroversi film Soekarno: Indonesia Merdeka, semua, menjadi tayangan layar lebar yang menyita perhatian publik.
 
"Cinta Tapi Beda"

Hanung Bramantyo mengakhiri tahun 2012 dengan merilis sebuah film berjudul Cinta Tapi Beda pada 27 Desember 2012. Meski diproduksi tahun lalu, tidak berselang lama dari penayangannya di bioskop-bioskop seluruh Indonesia, film ini segera menuai kecaman dan kritik pedas.
 
Film yang dibintangi oleh Agni Pratistha dan Reza Nangin ini menceritakan cinta beda agama antara seorang gadis asal Padang yang beragama Katholik dengan seorang pria asal Yogyakarta yang beragama Islam. Cinta Tapi Beda dianggap mencederai perasaan masyarakat Minang, karena mengangkat hal yang bertolak belakang dengan kondisi aslinya.
 
Mengantisipasi polemik akan berlanjut lebih jauh lagi, Hanung yang bertindak sebagai penanggung jawab untuk film itu dan bukan sebagai sutradara memilih untuk meminta maaf melalui akun twitter pribadinya.

Namun, permintaan maaf Hanung tidak begitu saja diterima oleh masyarakat. Ikatan Pemuda Pemudi Minang Indonesia (IPPMI), dan Badan Koordinasi Kebudayaan dan Kemasyarakatan Alam Minangkabau kemudian justru melaporkan Hanung dan Multivision Plus, ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan menanamkan kebencian terhadap suku Minangkabau melalui jalinan cerita dalam film. Pasalnya, masyarakat Minangkabau identik dengan agama Islam.
 
Berusaha mengurai benang kontroversi yang terjadi, lagi-lagi melalui akun twitternya Hanung Bramantyo berkicau untuk menjelaskan bahwa tokoh Diana tidak disebutkan sebagai gadis Minangkabau. Lebih lanjut, Hanung mempertegas bahwa Diana merupakan warga pendatang yang tinggal dan besar di Padang.
 
Jauh sebelum film ini menuai kontroversi, suami dari Zaskia Adya Mecca ini sempat mengingatkan Raam Punjabi selaku produser Cinta Tapi Beda agar tidak memasang namanya sebagai sutradara film. Hal tersebut dimaksudkan karena nama Hanung sendiri terlanjur dicap kontroversial oleh sebagian besar masyarakat, terutama jika menggarap tema-tema serupa.
 
Namun kontroversi yang didulang oleh film ini tidak serta merta berbuah pahit. Faktanya, dalam jangka waktu 10 hari pasca penayangannya di bioskop, film ini telah meraih 180.000 penonton. Jumlah yang tidak sedikit meski tidak bisa dibilang fantastik. Kendati demikian, Hanung Bramantyo juga sempat menyayangkan banyaknya protes yang datang dari masyarakat yang bahkan belum menonton sendiri film ini.
 

"Mursala"
 
Film Mursala bercerita tentang Anggiat yang diperankan oleh Rio Dewanto yang jatuh hati kepada seorang presenter televisi berdarah Batak yaitu Clarita yang diperankan oleh Anna Sinaga.  Persoalan muncul karena marga keduanya tidak memungkinkan mereka menikah kecuali keduanya keluar dari adat masing-masing.

Di tengah persoalan tersebut Anggiat akhirnya bertemu dengan paribannya, Tiur yang diperankan oleh Titi Rajo Bintang. Film yang disutradarai oleh Viva Westi ini telah memulai proses produksinya sejak bulan Maret hingga April 2012 dan mengambil lokasi di Tapanuli serta Jakarta.

Perilisan yang rencananya akan dilaksanakan pada tahun itu juga gagal dicapai karena dilarang oleh Direktorat Pengembangan Industri Perfilman Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Motor Baru Jangan Sampai Kehabisan Bensin, Risikonya Besar

Pelarangan tersebut dikarenakan sebuah gugatan yang dilayangkan oleh Majelis Budaya Pesisir dan Pariwisata Sibolga (MBPPS) Tapanuli tengah yang keberatan dengan isi cerita film.

Dalam surat bernomor 51/PP.MBPP-ST/II/2012 tersebut disebutkan bahwa pulau Mursala dan budaya pesisir bukan milik Raja Bonaran Situmeang, SH. M. Hum yang saat itu menjabat sebagai Bupati Tapanuli Tengah periode 2011-2016. Raja Bonaran sendiri turut serta menjadi bintang tamu dalam film tersebut.

Memanasnya konflik dalam film ini berimbas pada sang produser, Anna Sinaga yang beberapa kali mendapatkan terror dalam bentuk SMS maupun telepon yang meminta film tersebut tidak disebarluaskan.

Setelah konflik berkepanjangan, film ini akhirnya dirilis pada tanggal 8 April 2013 di Bioskop XXI Plaza Senayan. Acara tersebut turut dihadiri oleh Raja Bonaran Situmeang selaku Bupati Tapanuli Tengah, Gubernur Sumatera Utara yaitu Gatot Pujo Nugroho, dan Muhaimin Iskandar yang menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Film Mursala mengangkat budaya Batak tentang 70 marga yang berbeda namun tidak boleh menikah satu sama lain hingga saat ini. Di sisi lain, film Mursala menawarkan keindahan panorama daerah Tapanuli Tengah, Sumatera Utara yang turut dibintangi oleh Tio Pakusadewo, Rudy Salam, Roy Ricardo, serta Elsa Syarief. Dan sountrack lagu ini khusus dibuat oleh Iwan Fals dengan judul yang sama. (eh)

Refly Harun: Anies-Muhaimin Pengkhianat Jika Gabung Pemerintah

Bersambung........

Pertemuan Prabowo Subianto dengan Muhaimin Iskandar Usai Pemilu 2024

Sinyal PKB Merapat ke Prabowo, Presiden PKS: Kita Hormati Keputusan Pak Muhaimin

Muhaimin Merapat ke Prabowo, Presiden PKS: Kita Hormati Keputusan Pak Muhaimin

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024