Kak Seto: 80 Persen Orangtua Didik Anak dengan Tangan

Ilustrasi kekerasan terhadap anak
Sumber :
VIVAlife -
Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemerintah Beri THR Lebaran bagi Warga Terdampak Bencana
Kasus Tindak Pidana Penganiayaan yang menimpa balita berusia 3,5 tahun, IQ bukan kali pertama terjadi di Jakarta. Berawal dari kasih sayang, Dadang Saputra (29), ayah angkat dan juga mantan kekasih ibunda IQ, Iis Novianti itu, seketika berubah menjadi orang yang tega mendidik anak tanpa belas kasih.

Todung Mulya Lubis Ungkap Alasan Sri Mulyani Hingga Risma Dihadiri di Sidang MK

Berdasarkan pengakuan Dadang, ketika IQ menangis, dirinya langsung memberikan mainan. Itu dilakukannya selain sebagai luapan kasih sayang, pun untuk menghentikan rengekan IQ.
Respon Han So Hee Soal Reaksi Hyeri: Memang Lucu Pacaran Setelah Putus?


Kesal IQ terus menangis, Dadang malah berubah menjadi monster bagi IQ. Dengan tega, Dadang menampar, memukul, dan menendang bocah malang itu.


Terkait hal itu, pemerhati anak Seto Mulyadi mengatakan bahwa insiden penganiayaan, kekerasan, dan eksploitasi pada anak yang terjadi, lantaran orangtua yang salah mendidik.


"Saat ini banyak yang beranggapan, jika ingin mendidik anak jadi disiplin dan baik harus dengan cara dipukul atau dimarahi. Padahal itu salah," Seto yang akrab dpanggil Kak Seto, saat ditemui dalam acara aksi Gerakan Sayang Anak di Bundaran HI, Jakarta, Kamis. 20 Maret 2014.


Selain itu, Seto juga menilai bahwa paradigma semacam itu, di Indonesia justru terkesan telah membudaya di lingkungan keluarga Indonesia. Hal inilah yang membuat angka kekerasan pada anak, semakin bertambah.


"Kalau bisa dipresentasikan, masih ada 80 persen keluarga yang memilki paradigma semacam itu," kata dia.


Ada Satgas

Kak Seto yang juga Dewan Pembina di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menuturkan, salah satu cara untuk menghentikan kekerasan pada anak adalah dengan menyediakan Satuan Petugas (Satgas) Perlindungan Anak. Saran itu ditujukan pada pengurus Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) setempat.


Satgas ini, kata Seto nantinya akan melaporkan pada instansi terkait, tentang adanya dugaan penganiayaan atau kekerasan yang terjadi di lingkungan setempat.


"Ini untuk mencegah, jangan sampai terjadi lagi ibu bunuh anak. Sang ibu saat itu sedang mengalami gangguan kejiwaan. Satgas ini dapat mengisi kekosongan dengan merawat anak yang ibunya mengalami gangguan jiwa seperti itu," katanya.


Dengan demikian, berdasarkan kesadaran para warga, kekerasan seperti kasus IQ dan kasus lainnya dapat segera dihentikan. Kalau tidak segera dihentikan, bukan tidak mungkin generasi muda ke depan, justru akan melahirkan anak muda yang lebih menonjolkan kekerasan dibanding intelektual.


"Kalau jadi pemimpin bukan pemimpin unggul tapi keterpurukan. Mari kita tegakkan juga bangsa yang besar, bangsa yang mencintai anak-anak karena mencintai masa depan, karakter dan moralnya tanpa ada kekerasan dan kekejaman." (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya