Tex Saverio: Hobi, Fantasi dan Sofistikasi

Koleksi Tex Saverio di Paris Fashion Week A/W 2014
Sumber :
  • Dok.Getty Image for Tex Saverio

VIVAlife – Berbicara soal perancang muda Indonesia, salah satu nama yang kini kerap menjadi buah bibir adalah Tex Saverio. Soal talenta, desainer yang akrab disapa Rio itu tidak sembarangan. 

Mooryati Soedibyo Meninggal di Usia 96 Tahun, Tantowi Yahya: Saya Bersaksi Ibu Orang Baik

Muhammadiyah: Prabowo Harus Menyerap Aspirasi Anies, Cak Imin, Ganjar, dan Mahfud

Rancangannya saja sudah dikenakan banyak pesohor dunia. Mulai dari Lady Gaga, Kim Kardashian, Jennifer Lawrence, hingga baru-baru ini penyanyi Jepang Ayumi Hamasaki. 

Di belantika mode Indonesia, nama Tex Saverio baru mencuat medio 2010. Kala itu, dia bersama bersama ketiga alumni Lomba Perancang Mode (LPM) Femina, Albert Yanuar, Hian Tjen, dan Imelda Kartini, menggelar show bersama yang bertajuk “Rejuvenate Fashion Regeneration”. 

Menkominfo Budi Arie Bersiap Ngantor di IKN Juli 2024

Rio dan ketiga rekannya bermaksud menampilkan jati diri, karakter dan ciri khas desain masing-masing. Show yang dihelat di Upper Room, Annex Building, Wisma Nusantara pada Juli 2010 tersebut sukses mencuri perhatian tamu undangan. Rio yang menutup pertunjukkan dengan koleksi bertema “My Courtesan” memperlihatkan DNA rancangan yang menarik, bagaikan melihat gaya Alexander McQueen versi Indonesia. 

Dari Wisma Nusantara, Rio menyebrang ke Pacific Place dalam ajang Jakarta Fashion Week, dimana dia terpilih sebagai salah satu ksatria mode Majalah Dewi. Sekali lagi, Rio membuktikan kepiawaiannya mengolah material menjadi koleksi bernafas avant garde, kombinasi imajinasi dan fantasi. Lewat “La Glacons” yang berarti The Icicles atau balok es, Rio kembali memaku perhatian tamu undangan, mengembalikan fashion ke jalur haute couture atau adibusana yang pamornya mulai pudar.

Show Rejuvenate, empat tahun silam, bisa dibilang menjadi “gerbang” Rio memasuki dunia mode. Pasalnya, kendati telah berjibaku sebagai desainer sejak 2006, Rio belum benar-benar dikenal khalayak fashion.

Alumni Bunka School of Fashion tersebut memasuki dunia mode dengan mengikuti LPM pada 2005. Rio menjadi salah satu dari 10 finalis terpilih. Satu minggu berselang, Rio kembali mengikuti kompetisi desain mode di Singapura dan kali ini, keluar sebagai pemenang. Rio membawa pulang National Award dari Mercedes-Benz Asia Fashion Award. Usianya baru 21 tahun.

Pada waktu itu, Rio mempersembahkan koleksi bertajuk “Dualism” yang mengangkat isu transgender. “Dalam fashion, konsep dualisme berarti pria dan wanita. Saya ingin menciptakan koleksi ready-to-wear yang bisa digunakan baik pria maupun wanita,” terangnya.

Sejak awal, desainer yang kini berusia 28 tahun itu, memang telah mempertunjukkan kompeksitas dalam merancang. Dalam “Dualism”, Rio menghadirkan koleksi busana yang bisa “bertransformasi” dari busana wanita menjadi busana pria, sementara “My Courtesan” mengeksplorasi bentukan bustier serta gaya busana abad pertengahan dalam nafas avant-garde, adapun “La Glacons” menjadi bentuk presentasi garis konstruktif nan dramatis.

Lahir dari Fantasi, Bermula dari Hobi

Lalu darimana inspirasi Rio berasal? “Koleksi saya lahir dari fantasi,” katanya. 

“Saat saya mendesain sesuatu, saya selalu membayangkan seperti apa jadinya jika busana tersebut dipakai,” papar Rio. 

Tapi tidak hanya itu, Rio selalu memastikan rancangannya unik dan berbeda. Dia menyebut gaya rancangannya “dramatis”.

“Saya selalu ingin bereksperimen dengan sesuatu, mengeksplorasi dan melihat apakah saya bisa melakukan sesuatu yang berbeda tapi tetap mempertahankan karakter rancangan saya,” imbuh desainer yang gemar memperkaya koleksinya menggunakan bulu, logam, kulit, serta ornamen lainnya itu. 

Karyanya memang mengingatkan pada gaya avant-garde teatrikal milik Alexander McQueen, seperti yang dikatakan narablog mode Perez Hilton, pemilik fashion-blog cocoperez.com, namun dalam kesan yang lebih feminin. 

Namun ketika disandingkan dengan McQueen, Rio mengatakan sangat berbangga bisa disetarakan dengan desainer sekaliber Alexander McQueen. “Tapi, saya akan lebih bangga bisa dikenal sebagai Tex Saverionya Indonesia,” ujarnya, tersenyum. 

Menyoal latar belakang, Rio mengungkap keinginan menjadi desainer sudah ada sejak dia kecil. “Saya hobi menggambar dan saya menyadari saya ingin menjadi desainer mode ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas,” terang Rio. 

Atas alasan itulah, Rio memutuskan drop out setelah satu tahun menimba ilmu dan melanjutkan ke Bunka Fashion School di Jakarta. Dia kemudian mengasah kemampuannya dengan bekerja di Phalie Studio.

Cita-cita Rio adalah menyederhanakan fantasi yang berkecamuk di kepalanya menjadi koleksi yang berdaya pakai tinggi. “Saya ingin membuat koleksi busana yang membuat konsumen saya bermimpi dan sekaligus merasa kuat sekaligus independen,” tuturnya. 

Merayakan wanita merupakan fokus utama Tex Saverio. Wanita selalu menjadi DNA koleksinya. “Saya menyukai wanita yang penuh sofistikasi. Modern sekaligus tangguh,” ujar desainer yang mengagumi Angelina Jolie, Faye Wong dan Rooney Mara ini. 

Kembali ke Paris

Menyoal prestasi, Rio tak henti mencetak angka besar untuk membawa nama Indonesia ke liga mode internasional. Dia menjadi salah satu desainer Tanah Air yang berkesempatan tampil di panggung fashion terbesar, Paris Fashion Week. 

Tahun ini, Rio akan kembali mempertunjukkan koleksi musim semi dan musim panas 2015 di pekan mode Paris, pada bulan September mendatang. 

Dalam wawancara eksklusif dengan VIVAlife, Rio menjelaskan koleksinya merupakan kombinasi hal yang nyata dan yang tidak. Rio akan menggunakan warna-warna segar dalam rancangan bergaya struktural sekaligus ringan untuk menerjemahkan musim panas. 

Sementara dari segi bisnis, Rio tengah mengembangkan Tex Saverio Jakarta, brand sekunder yang membawa bendera koleksi siap pakai. Rio memvisikan brand tersebut sebagai merek gaya hidup mewah berskala global dan bisa berintegrasi dengan pasar internasional. Paris Fashion Week adalah kendaraan Rio menuju kesana. 

Rio juga sudah membedakan jalur bisnisnya lewat beberapa lini berbeda. Tex Saverio Prive menjadi lini utamanya yang menangani pesanan khusus, sementara Tex Saverio Jakarta menyasar pasar busana berdaya pakai tinggi. 

“Saya ingin ketika konsumen membeli Tex Saverio, mereka sebenarnya tidak sekadar membeli baju, tapi membeli gaya hidup dan gaya berpakaian,” jelas dia. (ren) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya