- REUTERS/Charles Platiau
VIVAlife – Siapa sangka, belalang, yang selama ini merupakan salah satu jenis serangga ancaman petani, justru menjadi kuliner khas di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Tak hanya memiliki rasa gurih dan renyah, serangga jenis belalang kayu ini, ternyata punya kandungan proteing yang tinggi. Bonus lainnya, rendah lemak, sehingga lebih sehat dikonsumsi.
“Bisa untuk lauk atau camilan,” ujar Sugiyanti, salah satu penikmat belalang goreng.
Harganya pun terjangkau. Satu stoples belalang goreng dibanderol dengan harga Rp30 ribu.
Panganan yang sering disebut “udang terbang” ini juga memiliki nilai ekonomis tinggi, bahkan tak kalah dengan daging sapi.
Sebut saja Marjo. Warga Desa Selang, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, adalah salah satu pengusaha yang sukses meraup untung dari serangga yang kerap dianggap hama ini.
Dia memperoleh omzet hingga ratusan juta rupiah, hanya lewat belalang. Setiap harinya, Marjo bisa mengolah ratusan kilogram belalang yang dia jual dalam bentuk kemasan stoples plastik.
Melansir TV One, Marjo mengungkapkan, proses pengolahan belalang goreng cukup sederhana.
“Belalang dipotong sayap dan kaki belakangnya yang berduri, kemudian dicuci dan dibumbui menggunakan bawang putih dan garam. Setelah itu, belalang digoreng hingga berwarna kemerahan. Setelah matang, belalang lalu dikemas dalam stoples,” terang Marjo.
Pengusaha belalang goreng lainnya, Subagyo, mengatakan ada dua jenis belalang yang biasanya dia olah, yakni belalang kayu dan belalang dami. Di bawah label “Belalang Goreng Pak Gareng”, usaha Subagyo laris manis.
Dia bahkan sudah mendistribusikan belalang gorengnya ke kota-kota lain di Indonesia.
“Ada yang beli langsung ke rumah, ada yang dititipkan di toko. Ada juga yang minta dikirimkan ke luar kota,” tutur pria yang sudah mengolah belalang goreng selama 11 tahun tersebut.
tvOne/Lucas Didit