FOTO: Menyaksikan Ribuan Cahaya Terbang di Langit Dieng

Dieng Culture Festival
Sumber :
  • VIVAnews/Siti Ruqoyah
VIVAlife -
Mutia Ayu Cerita Kedekatan Sang Putri dengan Marthino Lio Pemeran Glenn Fredly
Satu persatu kertas yang diisi asap itu terbang perlahan. Ribuan warga yang berkerumun memang sengaja menerbangkan benda yang disebut lampion itu tepat pukul 20.00 WIB, Sabtu malam lalu, 30 Agustus 2014. Riuh suara pada warga terdengar ketika mereka berhasil menerbangkan lampion.

Alasan Citroen Masih Enggan Pasarkan Mobil Hybrid di Indonesia

Tak sedikit dari mereka yang gagal, alias lampionnya tidak bisa melayang  melainkan tetap berada di bawah meski asap sudah mengepul di kertas yang berbentuk lampu. Malam itu, langit Dieng Kulon, Banjarnegara, cantik.
72 Narapidana Terorisme Ucapkan Ikrar Setia NKRI


Cahayanya bertebaran kemanapun lampion itu terbang. Rasa dingin yang menyengat rasanya tak terhiraukan saat semua orang berkerumun memadati lapangan yang bisa menampung ribuan orang.


Tak ada satu aturan yang baku, namun setiap orang yang ingin menerbangkan lampionnya ke udara pasti memiliki doa dan harapan.


"Semoga lulus kuliah," kata lima perempuan muda yang sangat antusias mengangkat lampionnya ke udara.


Mereka mengucapkan doa dengan wajah penuh harap. Namun, seketika berubah menjadi tawa lantaran lampion mereka tidak berhasil terbang.


"Mungkin keberatan kali doanya, sampai-sampai enggak mau terbang," ujar pengunjung lain yang ada di belakang mereka.


Tak ada percekcokan saat mendengar celetukan itu, melainkan menjadi canda gurau. Semua orang bersuka cita. Meski tak kenal dengan semua orang yang ada di area itu, namun suasanya begitu hangat. Acara semakin meriah ketika panitia Dieng Culture Festival meluncurkan kembang api dan petasan yang menghasilkan warna indah.


Tak henti-henti, sekitar satu jam petasan itu dimainkan. Cahayanya menari di langit yang nyaris ditutupi kabut. Usai pelepasan lampion massal itu, acara dilanjutkan dengan pentas musik jazz. Panitia acara ini menamainya Jazzatasawan. Wajar disebut seperti itu, karena Dieng berada di atas awan, dengan ketinggian 2093 meter di atas permukaan laut (MDPL).


Musisi lokal hingga ternama memeriahkan panggung yang dibangun persisi di depan Candi Arjuna, tempat ritual pemotongan rambut gimbal yang termasuk dalam acara ini. Tembakan lampu warna-warni membuat panggung itu semakin hidup. Apalagi para musisi memanjakan penonton dengan bernyanyi bersama.


Dentuman drum dan petikan gitar itu mampu menghangatkan suasanya nan dingin. Kendati digelar tanpa penerangan, suasana konser tetap semarak, pasalnya panitia sibuk melemparkan gelang bercahaya kepada penonton.


Tepat pukul 12 malam, acara itu disudahi. Pada pelancong juga bergegas kembali ke kamar, mengusir hawa dingin yang melekat ke tulang, sembari membawa kenangan seribu lentera yang menghiasi langit Dieng. (ms)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya