- dokumen pribadi
VIVAlife - Film "Solit4ire" mencoba melirik pasar di luar Indonesia. Penikmat film di Prancis dan Australia dikabarkan telah berminat untuk mengedarkan film bergenre psicological horor garapan Rico Michael ini di negaranya.
''Sekarang ini kami terus melakukan beberapa pembicaraan dengan pihak pengedar film di Prancis dan Australia. Kami berharap semoga film ini bisa memberikan sesuatu yang baru bagi para penonton yang ada di sana,'' kata Dodo Brasco, produser film Solit4ire, kepada VIVAlife, Selasa 2 September 2014.
Meski mencoba melirik pasar luar negeri namun Dodo menegaskan pihaknya tetap menjadikan pasar domestik sebagai acuan utama. Rencananya, kata dia, film ini akan bisa disaksikan di bioskop Indonesia pada Oktober mendatang.
''Kami mengambil momentum hari Helloween,'' ujarnya.
Rico mengatakan film yang dibuatnya ini mencoba untuk memberikan warna cerita yang berbeda dengan sejumlah film horor yang kerap menghiasi industri film nasional. Dalam film ini, lanjutnya tak ada unsur cerita yang mengeksploitasi seksualitas perempuan.
''Kami mengandalkan pada kekuatan cerita serta permainan angel gambar,'' jelasnya.
Sutradara jebolan New York Film Academy ini mengakui jika film yang digarapnya ini terinspirasi dengan sejumlah film Asia seperti dari Thailand, Korea maupun Jepang. Namun sebagai sebuah karya, ia menegaskan, film yang dibuatnya ini tetap berpijak pada tema cerita dan pesan lokal.
Untuk mewujudkan idealisme lokalitas tadi, Rico menghadirkan kampanye peduli musang hingga menampilkan batik dan kebaya yang menjadi identitas tradisional bangsa.
''Batik dan kebaya itu sengaja saya pakaikan pada hantu. Saya merasa kebaya tua itu bisa menambah atmosfer yang lebih menyeramkan,'' katanya.
Kekuatan Tangan
Dalam film Solit4ire ini, Rico menempatkan Virlanwana sebagai director of photography (DOP). Gaya pengambilan gambar yang dihadirkan dalam pembuatan film ini dengan cara handheld camera alias memosisikan kamera dengan mengandalkan kekuatan tangan yang turut bergerak.
Gaya semacam ini kerap dilakukan dalam sejumlah film yang pernah dibuat oleh sutradara Rudi Soedjarwo.
''Kita sengaja mengambil angel gambarnya dengan handheld. Harapannya semoga ketegangan horornya bisa menambah paranoid lewat gerakan-gerakan kamera,'' kata Virlan. (ren)
