Jatuh Bangun Briptu Norman

Norman Kamaru Buka Warung Makan
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAlife - Kios bercat biru itu tampak sedikit lengang di sore hari. Di atasnya terpampang tulisan "J&J Cafe Coffee". Seorang pria berkaus merah tampak melayani beberapa pembeli. Tangannya dengan gesit menyendok lauk-pauk dan menghidangkannya di atas piring.

ISIS Tembaki 20 Pejuang Bersenjata Palestina hingga Tewas di Suriah

Di kios seluas tak lebih dari 3,5 x 4 meter ini, ia menjajakan hidangan khas Manado. Ada pula makanan lain, seperti roti bakar, mi, dan sayap ayam. Si empunya kios tersenyum ramah saat VIVAlife datang berkunjung. Dia adalah Norman Kamaru.

Norman bukanlah wajah yang asing di dunia hiburan. Publik lebih mengenalnya sebagai Briptu Norman, saat dia masih aktif sebagai polisi dari Kesatuan Brigade Mobil (Brimob). Dia tiba-tiba melambung pada tahun 2011.

Buntut Polemik Dana Pembangunan Masjid, Perilaku Buruk Masa Lalu Daud Kim Kini Mencuat

Video saat ia menyanyikan lip-sync lagu Bollywood “Chaiyya Chaiyya” beredar luas di internet.  Dia saat itu hanya iseng demi membunuh kebosanan di kala tugas jaga bersama rekannya.

Namun penampilan Norman berseragam Brimob sambil menyanyi lagu ala India kala itu mengundang daya tarik masyarakat.  Media massa, termasuk infotainment, getol memberitakan rekaman jenaka Briptu Norman.

4 Ban Mobil Toyota Avanza Hilang Dicuri Saat Parkir

Tak heran bila dia mendadak tenar. Norman pun dapat tawaran manggung sana-sini. Ia juga mendapat kesempatan membuat rekaman lagu.

Namun, di balik kesuksesannya, ia harus membayar mahal. Norman diberhentikan dari kepolisian secara tidak hormat karena dianggap desersi. Dia tergoda untuk lebih sibuk tampil sebagai penghibur ketimbang memenuhi tugas sebagai anggota Brimob.

Tapi ada konsekuensi yang harus ditanggung Norman setelah dikeluarkan dari kesatuan. Dia tak boleh lagi mengenakan seragam Brimob saat tampil. Namanya pun tak boleh lagi Briptu Norman, karena Briptu – atau Brigadir Polisi Satu - adalah nama kepangkatan Brimob.

Hilang pula daya tarik Norman di jagad hiburan. Sebagai warga sipil, Norman Kamaru tidak dikenal publik kebanyakan dan popularitasnya langsung pudar. Tak ada lagi tawaran manggung skala besar seperti yang dulu dia nikmati.
Pria 29 tahun itu berpikir keras, bagaimana dia harus menyambung hidup.

Apalagi dia sudah berkeluarga. Maka, Norman untuk saat ini terpaksa banting setir dari penghibur menjadi pengusaha warung makan.
Kini, tubuh Norman terlihat lebih kurus. Kata dia, kesibukan mengurus warung makan selama 24 jam telah membuat berat badannya susut.

Bersama sang istri, Deisy Paendong, Norman terjun langsung mengurus usaha warung makannya. Mulai dari menyiapkan bahan-bahan, membelinya di pasar, hingga memasak. Dalam sehari, pria yang kini memiliki tato dan tindik ini hanya bisa beristirahat atau tidur selama beberapa jam saja.

Kepada VIVAlife, Selasa, 9 September 2014, Norman pun menceritakan pasang surut kehidupannya hingga saat ini.

Sejak kapan mulai membuka usaha warung makan?

Sebenarnya nggak ada rencana buat buka usaha ini sih. Cuma waktu itu lagi ada dana yang lumayan terkumpul dan akhirnya istri saya ingin buka usaha lagi.

Kita mikir-mikir, buka usaha apa ya? Saya coba bilang ke istri saya. Saya bilang, “Mah, kalau boleh buka usaha, buka usaha baju-baju lagi”. Terus dia bilang,”Ngapain? Kan kita masih ada baju-baju butik kan yang di Manado.”
Terus istri saya bilang, "Kenapa nggak buka saja kebiasaan kita, hobi kita."

Saya bilang, "boleh." Saya lihat perkembangan di sini, ya alhamdulillah sih kalau buka tempat makan di sini. Ini alhamdulillah sih baru tiga bulan.
Salah satu menunya bubur manado. Tapi kita lebih ke ala Manado. Jadi lebih banyak ke makanan Manado. Ada cakalang suir, ada ayam rica-rica, ada ayam Woku.

Padahal nggak ada niat bukanya, tapi karena hobi jadi kita coba. Saya pikir-pikir, ah kenapa kita nggak coba saja. Hitung-hitung saya ingin pengalaman lebih baru lagi. Gitu saja. Gimana sih rasanya turun di dunia ini. Akhirnya saya pun yang masak sendiri, pergi ke pasar biasanya istri saya yang bantu saya sebelum pergi ke kantor.

Kenapa pilih jualan hidangan Manado?

Jadi, saya pilih menu Manado karena istri saya. Istri saya kan orang Manado. Saya cenderung lebih ke Manado soalnya masakan Manado lebih ke ciri khas pedas. Sama kayak masakan Gorontalo. Cuma Manado ada ciri khas sendiri. Kayak ayam rempah-rempah, cakalang suir, kayak gitulah.

Biasanya istri saya kalau lagi nggak masuk kantor, Sabtu-Minggu, dia yang masak. Kalau Senin-Jumat itu saya, sama orang saya. Yang kerja di sini ada dua orang. Satu jaga malam, satu jaga pagi. Bukanya 24 jam setiap hari.

Norman Kamaru Buka Warung Makan

Norman Kamaru menunjukkan masakan yang ia jual di warung makan miliknya di Tower Herbras Kalibata City, Jakarta, Selasa (9/9/2014). Foto: VIVAnews/Muhamad Solihin.

Berapa modal untuk membuka usaha warung makan dan dari mana?

Modal awal dari dana yang ditabung dari hasil entertainment.

Berapa omset yang didapat?

Kalau omsetnya ya bisa sekitar puluhan juta.

Bagaimana kehidupan Norman sekarang?

Awalnya begitu pemecatan itu terjadi, saya langsung pindah ke sini. Tinggal di Kalibata sini. Awalnya masih jalan sama manajemen (Falcon). Akhirnya sudah jalan dua tahun sama manajemen, sudah selesai kan semua, sudah putus kontrak. Jadi sudah nggak ada perpanjangan lagi.

Semenjak putus dari manajemen saya, saya bukan nggak mau menerima atau menolak ajakan dari entertainment. Tapi saya menjaga jarak dahulu. Belum fokus di situ.

Jadinya saya kadang-kadang menerima, kadang-kadang alasan saya lagi pulang kampung. Sempat kemarin sebelum puasa ada tawaran syuting film. Dua film sama stasiun televisi langsung calling saya

Apakah masih ada tawarang manggung?

Masih suka ada. Bukan saya menolak tapi saya belum siap. Yang bikin saya belum siap itu karena belum punya lagu saya sendiri. Vakum dari 2013 kemarin. 2013 sendiri masih sempat main, masih ada lawak-lawak di televisi.

Kenapa kariernya bisa sampai kandas?

Mungkin karena sudah nggak jodoh lagi. Saya dan manajemen juga ngomongnya baik-baik. Keputusannya gitu saja. Nggak ada karena inilah dan itu.

Manajemen saya itu tadinya di dunia musik kan. Sekarang sudah nggak lagi di dunia musik. Mereka pindah bidang ke dunia film. Sampai puasa kemarin pun saya masih ada tawaran main film tapi posisi saat itu saya balik kampung kan.

Saya bilang,”Mas kalau boleh ditawari ke yang orang lain dulu Mas. Soalnya saya lagi di kampung”.  Dia bilang, “Oh gitu ya Mas, oh ya sudah nggak apa-apa. Nanti kalau ada job lagi buat Mas peran bagus lagi buat Mas, kita telepon lagi ya".

Briptu Norman Kamaru

Norman Kamaru tampil dalam penutupan pertandingan The Moment of Truth di PRJ Kemayoran, Jakarta, Minggu (17/4) malam. Foto: ANTARA/ Rosa Panggabean

Apa yang paling disesalkan?

Yang saya sesali sampai sekarang, saya dipecat tuh kenapa. Gitu saja. Tujuan saya kan baik, membawa citra Polri jadi baik. Bukan saya membanggakan diri saya. Tapi semenjak saya muncul kan banyak yang senang sama Polri. Alasan mereka buat pecat saya nggak masuk akal banget.

Bagaimana dengan tanggapan keluarga yang akhirnya tahu kalau Norman berjualan?

Tanggapan dari orangtua maupun keluarga saya di kampung, mereka sih apapun yang saya buat dalam segi baik aja mereka bersyukur. Kalau dalam hal buruk mereka pasti tegur. Jangan kayak gini, jangan kayak gitu. Jangan lupa salat. Mereka mendukung juga. Intinya, jangan lupa yang di Atas biar rezekinya lancar.

Kalau ada tawaran berikutnya, mau balik ke dunia hiburan?

Kalau ada tawaran di dunia entertainment sih ya bukan menolak, tapi melihat kesiapan saya dulu. Kalau soal nyanyi sendiri sih masih bingung. Kalau mau nyanyi, mau nyanyi lagu apa. Dari pihak manajemen kemarin saya sudah nggak bisa nyanyi lagi, kata mereka. Itu juga udah tertulis di kontrak.

Makanya saya lihat-lihat dulu tawarannya apa, yang bikin saya siap. Kalau misalnya nyanyi, bawa lagu orang lain atau apa ya boleh. Kalau dikasih izin ya alhamdulillah. Kalau main film alhamdulillah ada tawaran.

Kenapa memutuskan tinggal di Jakarta dan tidak kembali ke Gorontalo?

Saya sudah terlanjur keluar dari kepolisian dan nggak mungkin saya tetap di Gorontalo. Kalau di sana saya mau ngapain. Sedangkan hobi saya, yang orang tahu itu saya berkecimpung di dunia entertainment.

Modal nekat saya pindah ke sini. Saya waktu itu keluar dari kepolisian, masih terikat kontrak sama manajemen. Itu yang bikin saya berani tinggal di sini.

Tadinya saya sempat berpikir pendek. Sudahlah menetap di Manado saja, nggak usah tinggal di Gorontalo. Tapi istri saya malah bikin saya bangkit.

Dia bilang, apapun yang terjadi, berusaha saja. Jangan lupa salat, itu intinya. Alhamdulillah semenjak keluar dari manajemen, masih ada yang ngajak-ngajak walaupun sudah nggak seperti yang dipegang manajemen.

Kalau yang dipegang manajemen memang job-nya sebulan itu gila-gilaan. Waktu saya istirahat itu nggak ada. Alhamdulillah pas keluar, job itu ada yang sebulan dua kali, sekali. Alhamdulillah buat saya. Untuk jangka panjang saya tetap di Jakarta, itu pun saya sudah domisili di sini.

Apa harapan ke depannya?

Yang penting buat ke depan, bisa mencukupi semuanya. Biar bahagia saja.

Sekarang tinggal dimana?

Sekarang tinggal di sini (apartemen Kalibata), sudah sekitar empat tahun.

Kabarnya pernah diusir dari apartemen?

Berita itu sudah lama sih sebenarnya, semenjak saya awal keluar dari manajemen. Katanya saya utang ratusan juta. Ada lagi katanya ada pembantu yang nggak pernah saya gaji.

Saya bilang, di sini saya nggak pernah pakai pembantu. Selagi tangan saya, kaki saya bisa, ngapain pakai pembantu. Omongan orang ya biarin saja. Mereka kan nggak tahu yang sebenarnya bagimana.

Bagaimana dengan isu bangkrut?

Itu cuma isu aja. Biar saja isu beredar. Nggak benar juga.

Apakah penghasilan yang dulu dari dunia hiburan ditabung?

Alhamdulillah ada yang ditabung. Bisa nambah-nambah untuk buka warung ini. Semenjak saya buka warung ini, saya fokus di sini saja. Kalau sudah berjalan bagus, baru kepikiran buka usaha lain.

Apakah bahagia dengan kehidupan sekarang?

Kalau buat saya, lebih berbahagia kayak gini soalnya lebih bermasyarakat. Kalau dulu ya memang sih dari manajemen itu ada aturannya sendiri. Kalau mau bergaul itu harus jaga image.

Saya lebih senang kayak gini, saya bebas mau ngapain. Saya mau nongkrong d imana, di pinggir jalan pun jadi. Soalnya dulu saya mau nongkrong di pinggir jalan saja nggak bisa, ditegur.

Kalau buat saya sih memang bedanya kalau di dunia entertainment kan dikenal orang, ngetop lah. Duitnya sendiri tahu kan kalau di dunia entertainment kayak gimana. Cuma saya rasa sih kayak biasa. Saya merasa saya Norman Kamaru yang orangnya biasa-biasa saja seperti masyarakat lain.

Saya merasa seperti biasa-biasa saja. Untuk perubahan-perubahan sih nggak, kan saya sudah pernah lewatin seperti itu.  Kalau memang ada (uang) ya alhamdulillah, kalau nggak ada ya alhamdulillah. Yang penting kita bersyukur apa yang diberi Tuhan. Itu saja. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya