Waspadai Bully di Media Sosial

Ilustrasi/kekerasan
Sumber :
  • iStock
VIVAlife - Beraktivitas di dunia sosial media sepatutnya berhati-hati. Kadang kecerobohan yang dilakukan di dunia maya itu yang tanpa disadari memicu munculnya aksi bullying kepada seseorang.

Hal tersebut disampaikan oleh pakar sosial media, Nukman Luthfi, dalam diskusi 'Trial by Social Media' yang digelar di Jakarta, Kamis 25 September 2014. Pemilik akun Twitter, @nukman, ini menyarankan agar setiap kata yang hendak ditulis atau foto yang ingin diunggah sebaiknya dipertimbangkan konsekuensinya.

''Kuncinya media sosial adalah media publik yang sifatnya terbuka, bukan lagi sebagai ruang private. Dengan konsep ruang publik, siapapun yang bertindak memiliki dua konsekuensi, yakni sosial dan hukum,'' jelasnya.

Konsekuensi sosial, kata Nukman, berkaitan dengan hal-hal sanksi sosial seperti di dunia nyata. Ia pun menyebut kasus Florence yang memaki warga Yogyakarta di akun Path. Sedangkan konsekuensi hukum, ia menyebut, adanya undang-undangInformasi dan Transaksi Elektronik (ITE) menjadi payung hukum untuk menyeret seseorang ke meja hijau.
Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

''Kuncinya, usahakan untuk tidak melakukan sesuatu yang berpotensi ceroboh. Tak hanya memajang foto telanjang saja tapi juga kita harus bisa menjaga ucapan serta jangan terlalu banyak mengumbar kelemahan diri kita di media sosial,'' katanya menyarankan. 

Mengenai perilaku bullying, Nukman menjelaskan, kondisi ini terjadi karena perilaku ceroboh sang pemilik akun media sosial. Ia mendefenisikan bullying di sosial media itu lebih disebabkan karena suatu perkataan yang bisa menjatuhkan seseorang secara psikologis.

Jadi bagaimana caranya agar terhindar dari bully? ''Pertama jangan pernah telanjang di depan kamera. Lalu anak-anak di bawah 13 tahun jangan biarkan mereka masuk sosial media. Haram hukumnya. Mereka ini biasanya masih sangat labil,'' jelasnya. .

Sementara itu Ayu Rachmat mengaku pernah menjadi korban bullying di jagat sosial media. Sebagai orang tua yang anaknya bersekolah di Jakarta International School (JIS), hal tersebut membuatnya kerap diserang dengan hal-hal yang melecehkan.

''Saya pernah dibilang sebagai ibu-ibu yang suka sodomi, ibu-ibu bayaran. Semua itu karena kami percaya pada sekolah anak-anak kami. Tapi itulah yang terjadi ketika kami menyampaikan kebaikan dari JIS, yang terjadi kami malah diserang dengan kata-kata yang menyakitkan seperti itu,'' katanya.

Namun Ayu memilih untuk diam dan tidak membalas para aksi bullying itu. Menurutnya, tak akan ada habisnya jika harus meladeni pelaku bullying di sosial media.

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024

"Saya memilih diam dahulu saat itu. Tidak mau terbawa meski saya emosi pasti," ujarnya. (ren)

Jemaah haji Indonesia mendengarkan khutbah Subuh jelang wukuf.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Menurut Direktur Bina Haji PHU Arsad Hidayat, jemaah haji diminta tidak asal membagikan informasi yang beredar di media sosial yang belum jelas kebenarannya.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024