Studi: Konsumsi Burger Perlambat Kerja Otak

Ilustrasi wanita makan burger
Sumber :
  • iStock

VIVAlife - Sudah bukan rahasia lagi bila burger dan kentang goreng, memiliki efek buruk terhadap kesehatan dan lingkar pinggang Anda. Namun dalam penelitian baru ditemukan bahwa makanan khas barat tersebut memengaruhi otak manusia

Donald Trump Olok-olok Biden: Serangan Iran ke Israel Tak Akan Terjadi Jika Saya Presiden

Para peneliti menemukan, mengonsumsi makanan tersebut secara rutin saat usia 14 tahun, maka saat usia 17 tahun fungsi otak akan melambat dan menurunkan kualitas pengerjaan tugas sekolah.

Dari beberapa anak sekolah yang terlibat dalam survei, mereka yang pola makan sering mengonsumsi kentang goreng, daging olahan dan minuman ringan memiliki pengaruh terhadap reaksi otak. Seperti kemampuan mental, visual, pembelajaran dan memori.

Terpopuler: Nikita Mirzani Putus dengan Rizky Irmansyah, Natasha Rizky Ungkap Kehidupan Usai Cerai

Sementara mereka yang mengonsumsi banyak buah dan sayur hijau memiliki kinerja kognitif yang positif.

Dr. Annet Nyaradi seorang peneliti mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi karena peningkatan kandungan mikronutrien dari sayuran berdaun hijau yang berhubungan dengan perkembangan kognitif yang ditingkatkan.

Ending Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Israel Rugi Rp 16,3 T Tahan Serangan Iran

Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam penurunan fungsi otak adalah tingkat omega 6 dan asam lemak dalam makanan yang digoreng.

Menurut Science Network, jalur fungsi metabolisme yang baik adalah seimbangnya rasio asam omega tiga dan omega enam asam lemak 1:1. Tetapi pola makan di barat, menggesernya menjadi 01:20 atau 01:25.

Asupan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana telah dikaitkan dengan penurunan fungsi hippocampus, yang merupakan struktur otak terpusat. Hal ini melibatkan dalam pembelajaran dan memori yang meningkatkan volume selama masa remaja.

"Masa remaja merupakan periode kritis untuk perkembangan otak. Ada kemungkinan bahwa pola makan yang buruk merupakan faktor risiko yang signifikan selama periode ini," kata Dr. Nyardi, seperti dilansir Daily Mail.

Penelitian ini dilakukan University of Western Australia dan Telethon Institute, yang mengamati 602 anak-anak dari Western Australian Pregnancy Cohort Study. Setiap peserta diminta untuk mengisi kuisioner frekuensi makanan pada usia 14 untuk mengidentifikasi analisis faktor kesehatan dan pola makan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya