FOTO: Mencari Jejak Kota Kuno Indonesia yang Hilang

Candi Singhasari di Malang
Sumber :
  • VIVAlife/Dyah Ayu Pitaloka

VIVAnews – Kabupaten Malang Jawa Timur memiliki sejumlah situs purbakala jejak masa kerajaan di masa Hindu Buddha di Indonesia. Setidaknya separuh perjalanan masa kerajaan Hindu-Buddha terekam dari berbagai prasasti, arca dan juga candi yang ada di wilayah ini.

Sebagian situs ditemukan dalam keadaan baik sebagian lain hanya menyisakan puing dan fragmen pecahan benda purbakala. Candi Singhasari adalah satu situs yang lebih beruntung di banding lainnya. Berkunjung ke situs ini pengunjung akan menemukan sejumlah perbedaan candi di Jawa Timur dengan candi dari masa yang sama di Jawa Tengah.

Selain itu, ilmuwan setempat percaya Candi Singhasari adalah gerbang menuju kota megah yang hilang, Kota Singhasari.

“Masa Hindu Budha berlangsung dari awal tarikh masehi hingga 16 Masehi. Di Malang kita beruntung punya jejaknya dari abad 8 Masehi hingga 16 Masehi,” kata Dwi Cahyono, Arkeolog  dari Universitas Malang.

Candi Singhasari berada di Jalan Kertanegara Desa Candirenggo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Letaknya tak jauh dari Pasar Singosari. Candi ini awalnya dibangun sebagai tempat pemujaan untuk Raja Singhasari terakhir, yaitu Raja Kertanegara yang memimpin hingga tahun 1292.

Suasana sakral kuat terasa ketika masuk di areal candi, luasnya seukuran lapangan basket. Di bagian tepi banyak berjajar berbagai fragmen arca yang tidak utuh bentuknya. Di pusatnya terdapat satu candi yang terbuat dari batuan andesit berbentuk bujur sangkar dengan luas sekitar  14 m × 14 m dengan tinggi sekitar 15 meter.

Jika sedang beruntung pengunjung bisa menemukan pertunjukan seni tari tradisional yang sering diadakan berbagai komunitas di Malang di halaman pelataran candi. Seperti pertunjukan Seni Tari Beskalan, tari tradisional yang siang itu dibawakan sepasang penari di depan puluhan
anggota komunitas Ekspedisi Samala, komunitas bentukan sebuah media lokal di Malang.

Terbengkalai akibat perang antar kerajaan


Candi Singhasari dibuat di dua era berbeda. Tubuh candi dibuat dengan menumpuk batu andhesit hingga ketinggian tertentu pada masa Kertanegera, sekitar awal abad 13. Tragedi politik membuat pembangunan Candi ini tak tuntas.

Serangan dari Kerajaan Kadiri memporandakan Singhasari dan seluruh pemerintahannya yang terbentuk sejak tahun 1222, setelah mengalahkan Kadiri saat itu .

“Dari catatan Pararaton yang dibuat di era Majapahit, abad 14 sampai 16 Masehi, Kerajaan Singhasari hanya berusia 70 tahun saja. Sekitar 1292 dia diserang Kadiri. Candi ini ditinggalkan dalam keadaan polos, belum berhias relief kisah pewayangan layaknya tempat persembahyangan atau candi lain,” lanjut Dwi.

Sebuah akhir yang Ironis, Singhasari seolah mendapat karma setimpal, kalah dari kerajaan yang pernah dikalahkannya 70 tahun dibelakang.

Saat itu pekerjaan mengukir relief baru dimulai. Rencananya pekerjaan berjalan dari bagian puncak menuju kaki. Ukiran relief pun terhenti di bagian puncak saja. Pada bagian badan, kaki di pintu masuk candi pun terbengkalai di masa Singhasari. 

Ketika Majapahit berkuasa sejak abad 14 sampai 16 candi itu pun dibiarkan terbengkalai separuh, seperti yang tersisa saat ini.  Hayamwuruk, raja yang membawa Majapahit berkuasa hingga ke Semenanjung Malaya, sengaja membiarkan candi utama Singhasari tak terbangun tuntas,

“Dari catatan Negarakertagama Hayamwuruk merenovasi 28 candi peninggalan leluhurnya di Jawa Timur, termasuk candi milik raja Singhasari dan juga Kajuruhan. Singhasari sengaja dibiarkan tak tuntas,” ujarnya.

Dalam catatan milik Mpu Prapanca sekitar abad 14 itu disebutkan Hayamwuruk memperbaiki candi untuk menunjukkan baktinya pada leluhur.  Singhasari sengaja dibiarkan terbengkalai sebagai pengingat tentang serangan Kadiri kepada leluhurnya.

“Dia hanya menambah beberapa bangunan lain di sekitar candi tanpa merenovasi candi utama,” imbuhnya.

Maka jadilah Candi yang tersusun dari batu andhesit berdiri menghadap ke barat pada alas bujur sangkar berukuran 14 m × 14 m dan tinggi candi 15 m seperti yang terlihat saat ini. Sejumlah bangunan tambahan di masa Hayamwuruk menurut Dwi hilang tertelan perubahan zaman, politik dan budaya yang terjadi di Singosari. Candi  berkiblat ke Timur, tempat para dewa bersemayam di puncak Gunung Semeru, Mahameru.

Di dalam ruang utama candi terdapat lingga dan yoni. Ada tiga bilik yang seharusnya berisi arca di masing-masing bilik. Di utara diduga berisi arca Durga yang kini hilang dari tempatnya, di Timur arca Ganesha juga mengalami nasib serupa dengan Durga, hilang tanpa bekas.  Hanya arca Dewa Agastya saja yang tersisa di bilik Selatan dalam kondisi tidak utuh. Arca utama adalah arca Dewi Parwati, istri Dewa Siwa atau Agastya.

Jejak menuju kota yang hilang

Sekitar 100 meter ke Barat ada dua arca Dwarapala berukuran besar, berdiri terpisah di kiri dan kanan jalan selebar  lebih dari 20 meter. Seolah menjaga pintu masuk ke Kota Singhasari nan megah di atas bukit di Barat Candi Singasari.

Arca Dwarapala terlihat seram dengan mata melotot, rambut panjang keriting, memegang gada, menggunakan ikat kepala, anting serta sabuk dengan liontin tengkorak. Sepasang Dwarapala dari batu andesit setinggi lebih dari tiga meter duduk bersimpuh, menjaga Kota Singhasari di abad 13 dari berbagai marabahaya yang tak kasat mata.

“Dari berbagai prasasti yang ada Singhasari diperkirakan ada tahun 1222 hingga 1292, hanya 70 tahun saja sebelum diserang Kerajaan Kadiri. Dari ukuran Dwarapalanya bisa dibayangkan betapa luasnya jalan masuk menuju Kota Singhasari, dan betapa megahnya kota itu,” katanya.

Sayangnya, kota megah yang dijaga arca Dwarapala terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia itu belum pernah diketahui secara persis letaknya, bahkan reruntuhannya pun tak pernah tersingkap hingga kini. Dalam bahasa jawa kuno Dwara berarti jalan dan Pala adalah penjaga.

“Ini seharusnya adalah jalan masuk ke kota yang hilang,” ucapnya.

Singhasari berada di lembah antara Pegunungan Arjuna dan Welirang. Pemandian Kendedes hingga kini ada beberapa kilometer di Barat Dwarapala. Pemandian yang digunakan Putri dari Kerajaan Kanjuruhan itu jadi bukti penguat lain tentang letak Kota Singhasari.

5 Fakta Menarik Persib Bandung Usai Benamkan Persebaya Surabaya di Liga 1

“Kanjuruhan adalah kerajaan bawahan Singhasari. Pemandian itu adalah tempat sucinya, seharusnya Singhasari ada sedikit di atas bukit pemandian Kendedes. Tapi sampai sekarang belum ada temuan penguatnya,” katanya. Kota itu hilang terkubur tanah dan jaman.

Menuju ke Candi Singhasari

Masuk ke kawasan Candi Singhasari jika berangkat dari Kota Malang cukup naik mikrolet, sebutan angkutan kota di Malang, berwarna Hijau dengan kode LA dari terminal Arjosari, Kota Malang. Jaraknya sekitar 15 km saja dari Kota. Tarifnya Rp2.000 turun di perempatan Garuda, tak jauh dari Pasar Singosari. Jika berangkat dari Surabaya, cukup naik bus menuju Malang. Tarifnya sekitar Rp11.000 untuk bus ekonomi biasa dan turun di tempat yang sama, perempatan Garuda.

Dari perempatan Garuda, pengunjung bisa masuk ke Barat dengan menumpang ojek dan dokar atau kereta kuda dengan tarif sekitar Rp5.000 per orang. Sebenarnya jaraknya tak jauh, tak lebih dari 1 kilometer saja dari perempatan Garuda. Namun kondisi jalan yang cukup ramai dengan kendaraan angkutan barang membuat suasana tidak begitu nyaman untuk berjalan kaki, meskipun hawa di Singosari terasa sejuk di sepanjang tahun. Ini karena candi tersebut berada pada lembah di antara Pegunungan Welirang dan Gunung

Arjuna di ketinggian sekitar 512 meter di atas permukaan laut. Masuk ke kawasan candi pengunjung tak dipungut biaya alias gratis. Di pos penjagaan depan pengunjung tetap wajib mengisi identitas di buku tamu serta boleh menyumbang biaya perawatan yang besarannya seringkali diserahkan pada pengunjung.

Pendampingan pembentukan koperasi di Banyuasin

Kementan Dorong Pembentukan Koperasi Guna Bantu Petani Banyuasin Kembangkan Usaha

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memberikan arahan agar jajarannya mampu membangun ekosistem baru di sektor pertanian dan membuat pertanian diminati anak muda.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024