Demi Wi-Fi, Orangtua Rela Tukar Anak

Ilustrasi dunia internet
Sumber :
  • iStock

VIVAlife - Fenomena ironis terjadi di London, Inggris. Beberapa orang tua, tanpa sengaja menukar anak mereka dengan fasilitas wi-fi. Hal tersebut terjadi karena mereka lalai membaca syarat dan ketentuan yang diberlakukan sebuah perusahaan. 

BMKG: Wilayah DKI Jakarta Bakal Diguyur Hujan Pada Jumat Siang

Untungnya, itu hanya eksperimen dan perjanjian yang dibuat bersifat tidak mengikat. 

Firma keamanan internet F-Secure, yang menyelenggarakan eksperimen, membuktikan bahwa masih banyak warga Inggris yang tidak membaca syarat dan ketentuan yang diajukan perusahaan, berkenaan dengan fasilitas internet. 

Jasa Marga Beri Diskon Tarif Tol Arus Balik Lebaran, Catat Tanggalnya

Dalam eksperimen tersebut, mereka yang tertarik mendapat fasilitas wi-fi gratis, harus mendaftarkan diri di sebuah situs. Di situ, mereka harus setuju pada syarat dan ketentuan tertentu, di mana di antaranya, terdapat persetujuan untuk menyerahkan anak pertama mereka pada perusahaan. 

Terbukti, dalam jangka waktu satu bulan, tercatat, enam orang tua setuju menukar anak mereka dengan akses internet kecepatan tinggi. 

Suami Bunuh Istri dan Tikam Pria Selingkuhan Gegara Pergoki Chatingan Mesra

"Ini hanya eksperimen dan tidak ada anak yang diambil," ujar Konsultan F-Secure Security Sean Sullivan, seperti dilansir Daily Mail. 

Adapun, F-Secure hanya ingin membuktikan bahwa masyarakat modern saat ini sangat abai pada hal-hal remeh yang berkaitan dengan internet. Padahal, banyak kejahatan terjadi akibat hal tersebut. 

"Studi yang kami lakukan mengilustrasikan fenomena yang terjadi di masyarakat kita saat ini. Mereka terlalu tergantung pada teknologi dan tidak menyadari bahwa mereka sangat rentan terhadap kejahatan internet," kata Sullivan.

Lebih lanjut, Sullivan menjabarkan, kerentanan tersebut terutama disebabkan karena keinginan memiliki akses internet berkecepatan tinggi dan layanan internet tanpa batas, di mana pelanggan bisa melakukan streaming video tanpa lagging.

"Keinginan mendapatkan rentang bandwith tinggi membuat masyarakat buta terhadap risiko yang mereka ambil. Mereka dengan mudahnya menekan tombol 'setuju' tanpa peduli apa yang mereka setujui sebenarnya," jelas Sullivan. 

Bulan lalu, Google mengungkap kelompok peretas elite yang mencuri data dari internet menggunakan teknik phising yang disamarkan dalam laman syarat dan ketentuan. Data yang dicuri berupa alamat e-mail pengirim dan penerima, sekaligus kata kunci untuk masuk dalam kotak surat e-mail tersebut. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya