FOTO: Menelusuri Enggano, Raja Ampatnya Bengkulu

Pantai Enggano, Bengkulu
Sumber :
  • VIVAnews/Harry Siswoyo

VIVAlife - Namanya memang belum sepopuler Raja Ampat, Papua atau Kepulauan Gili Terawangan, Lombok. Namun bisa dipastikan pesonanya tak kalah jauh dengan kedua destinasi wisata tersebut.

Israel Habisi 3 Anak dan Cucu Pimpinan Hamas Haniyeh di Hari Lebaran

Hamparan pasir putih yang disapu ombak biru, serta ribuan barisan pohon kelapa, begitu memanjakan kedua mata kita. Tak hanya itu, bagi yang beruntung, menjelang senja bisa melihat puluhan lumba-lumba berkejaran di salah satu sudut pulaunya.

Pulau ini dinamakan Enggano. Tidak diketahui pasti kenapa dinamakan demikian. Sekalipun sejarah mencatat pada lima abad lalu pelaut Eropa, Cornelis de Houtman, pernah menjejakkan kakinya disini. Nama pulau ini dan segala pesona surganya tetap misteri.

Secara geografis, Enggano terletak di Samudera Hindia. Ia terpaut 175 kilometer di sebelah barat daya ibukota Provinsi Bengkulu atau secara administratif merupakan salah satu Kecamatan dari bagian wilayah Pemkab Bengkulu Utara.

Beberapa waktu lalu, VIVAnews beruntung mengunjungi pulau ini. Satu-satunya transportasi menuju pulau ini hanya lewat kapal perintis, KMP Pulo Tello. Itu pun belum harian, karena kapal di sini hanya berlabuh seminggu sekali.

Perjalanan ke pulau ini, masih terbilang jauh karena memakan waktu hingga 12 jam perjalanan laut untuk sampai di dermaganya yang terletak di Desa Kahyapu. Jadi, bagi yang belum terbiasa terombang-ambing di laut semalaman, tak ada salahnya untuk menyiapkan obat mabuk laut, untuk berjaga-jaga.

Sebagai pulau karang timbul (Raised Coral Island), Enggano memang menakjubkan. Dengan luasan pulau yang mencapai lebih dari 39 ribu hektare, ia menjadi tempat hidup lebih dari 868 kepala keluarga atau sekitar 3.000 jiwa penduduk yang tersebar di enam desa yakni, Desa Kahyapu, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana dan Banjarsari.

Pesona gugusan pantai di pulau ini memang patut diacungi jempol. Selain terbilang alami dan bersih, ia menyimpan ribuan jenis ikan karang yang bisa dilihat langsung dengan mata telanjang. Oleh karena itu, tidak sedikit wisatawan yang datang menjadikan pulau ini sebagai spot memancing, baik itu dengan berkeliling perahu atau sekadar duduk di tepi pantainya.

Jadi jangan heran, bila di pulau ini, kita akan berjumpa dengan nelayan yang sudah terbiasa menangkap tangan udang karang atau lobster di sekitar pulau. Termasuk diantaranya adalah bertemu penduduk yang berburu ikan dengan alat tembak tradisional.

"Pesona pulau ini tak kalah jauh dengan yang dimiliki Raja Ampat. Sajian pantainya betul-betul indah. Saya yakin, bila pulau ini difoto dari atas, akan membuat banyak orang terkecoh, menyangka pulau ini Raja Ampatnya Papua," ujar Ketua Dewan Pembina Mahfud MD (MMD) Initiative Regional Sumbagsel, Ridwan Mukti didampingi Direktur MMD Initiative Masduki Baidlowi kepada VIVAnews.

Pria yang pernah tercatat sebagai anggota DPR RI dua periode dan kini menjabat sebagai Bupati Musirawas Sumatera Selatan ini terlihat tak bosan-bosannya memuji keeksotisan pulau Enggano. Ia bersama rombongan yang memang sengaja menyempatkan diri untuk berkunjung ke pulau ini, bahkan juga sengaja meluangkan waktu untuk berburu ikan di gugusan pantai Enggano.

"Pulau ini betul-betul luar biasa. Tinggal sentuhan promosi dan perbaikan infrastruktur, saya yakin pulau ini akan digilai wisatawan," kata Ridwan.

Surganya penjelajah

Desta Unggah Foto Lebaran Bareng Natasha Rizky, Warganet Dibuat Salfok Sama Ini

Menikmati Enggano, memang tak puas bila cuma sehari. Sebab, pulau yang dikelilingi pulau-pulau kecil, seperti Pulau Dua (38,90 hektare), Pulau Merbau (6,8 hektare) dan Pulau Bangkai (0,26 hektare) ini, membuat kita seolah tak pernah cukup waktu menjelajahnya.

Sekalipun akses kendaraan roda empat memang sudah bisa dilintasi, meski dalam kondisi rusak. Namun, untuk lebih merasakan sensasi berpetualang, memang disarankan lebih baik menggunakan sepeda motor.

"Mobil memang sudah bisa melintas. Tapi tidak bisa menjangkau sejumlah sudut pulau. Kalau memang ingin menjelajah, gunakan sepeda motor atau berjalan kaki. Banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi," ucap Kepala Desa Kahyapu, Musrad.

Harus diakui, potensi wisata pulau Enggano, memang betul-betul mengagumkan. Bagaimana tidak, pulau yang telah dinobatkan sebagai Daerah Burung Endemik (Endemic Bird Area) ini, menyajikan beragam hal eksentrik untuk dinikmati. Salah satunya adalah, wisata pengamatan buaya sungai di sejumlah sungai atau muara yang ada di pulau ini.

Kemudian, tentu saja yang menjadi salah satu andalan pulau ini adalah burung liar. Setidaknya, ada dua spesies endemik asli kepulauan ini yang bisa diamati, yakni Celepuk Enggano (Otus enganensis) dan Burung Kacamata (Zosteraps salvadorii). Selebihnya yang terbilang cukup melimpah dan terkenal dari pulau ini adalah Burung Betet Ekor Panjang, Tiung atau Beo Enggano dan sejumlah burung unik lainnya.

"Ada juga yang unik di dalam hutan, disana ada namanya Jalan Jepang, sisa peninggalan penjajah pada zaman dahulu. Cuma penduduk jarang kesini, tapi kalau diminta bisa untuk ditemani," kata salah seorang penduduk setempat, Suryanto.

Enggano memang konon ceritanya sempat disinggahi Jepang. Terbukti selain ada jalan lama di dalam hutan, di beberapa bibir pantai pulau ini banyak ditemukan bungker dan makam bertuliskan huruf Jepang. Dan harap maklum, bagi sebagian penduduk karena beranggapan peninggalan tersebut angker, jadi tak banyak cerita yang bisa digali dari sejumlah peninggalan sejarah tersebut.

Terisolir dan memprihatinkan

Berapa Lama Hari Kiamat akan Berlangsung? Ini Penjelasannya

Meski demikian, di balik segala pesonanya tersebut. Pulau terluar Indonesia tersebut, nyaris dalam kondisi memprihatinkan. Arus lalu lintas yang terbatas dan belum adanya ketersediaan jaringan listrik di Enggano. Membuat pulau ini menjadi terisolir.

Karena itu, jangan heran bila perangkat telekomunikasi sekeren apapun tak berjalan dengan baik di sini. Sebab sinyal hanya ada di titik-titik tertentu.

"Sudah puluhan tahun kami seperti ini. Listrik harus pakai genset, itu pun cuma bisa digunakan malam hari. Harga bahan pokok mahal di sini, jadi kami harus berhemat sebaik mungkin," ujar penduduk setempat.

Secara keseluruhan, mayoritas penduduk di Enggano adalah petani dan nelayan. Mereka menggantungkan hidupnya dari bercocok tanam di lahan sawah atau perkebunan seperti pisang, melinjo, cengkeh atau kakao.

Namun sayang, akibat minimnya infratruktur dan akses transportasi yang berujung pada mahalnya kebutuhan pokok di wilayah ini, membuat masyarakat hanya mampu memproduksi hasil pertanian mentah. Jadi, ketika kapal masuk, umumnya masyarakat segera menjual hasil pertanian mereka hingga berton-ton lewat kapal.

"Paling banyak tiga tahun belakang ini kami menanam pisang kepok. Soalnya perawatannya mudah. Kami tidak bisa membuatnya jadi keripik atau bentuk lain, karena minyak goreng mahal. Jadi kami jual saja kalau sudah waktunya panen," ujar seorang penduduk Desa Kaana, Badri.

Melimpahnya potensi pertanian tersebut, memang berbanding terbalik dengan saluran distribusi ekonomi di pulau ini. Sebab, transaksi hasil pertanian sangat bergantung dengan cuaca. Sekali saja, kapal telat atau tak sampai ke pulau, bisa dipastikan sejumlah hasil pertanian penduduk khususnya pisang, terpaksa gagal dijual.

"Enggano butuh terobosan khusus yang bisa membuatnya terkoneksi. Bisa saja digagas dalam konsep connecting cargo international, sehingga pasokan udang, ikan, dan seluruh hasil buminya tidak mubazir," ujar Bupati Musirawas Ridwan Mukti.

Menurut Ridwan, konsep ekonomi kepulauan khusus bagi Enggano, sangat strategis dilakukan. Mengingat banyaknya potensi yang bisa diunggulkan dari pulau ini. Salah satu upaya strategis dan mendesak yang harus dibenahi adalah, perbaikan infrastruktur dasar berupa, jalan, informasi, pasokan air bersih dan lain sebagainya.

"Setelah dasar terpenuhi, baru masuk ke sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat. Sebab infrastruktur dasar menjadi faktor utama bila ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setelah itu baru berlanjut ke infrastruktur strategis seperti bandar, pasar dan lain sebagainya," ujar Bupati yang telah menjabat dua periode di Musirawas tersebut.

Terlepas dari itu, bagaimanapun juga Enggano layak disebut destinasi pilihan. Karena itu, bagi anda yang berminat untuk ke Enggano. Silakan kunjungi langsung Provinsi Bengkulu.

Tarif berwisata ke pulau ini juga jauh relatif lebih murah. Cukup sediakan  ongkos per orang Rp54.000, kendaraan roda dua Rp95.000 per unit atau dengan kendaraan roda empat Rp1.015.000 per unit. Anda sudah bisa berwisata sepuasnya ke surga pulau Enggano.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya