Lola Amaria Jadi Pembicara Film di Hong Kong

Lola Amaria Sutradarai Film Negeri Tanpa Telinga
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAlife
Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme
- Aktris juga sutradara Lola Amaria boleh berbangga hati. Kariernya di dunia layar lebar tengah dilirik dunia internasional. Ia mengaku senang, mendapat kesempatan terbang ke Hong Kong. Bukan untuk berliburan, namun, keberangkatannya ke negara tersebut lantaran diminta menjadi pembicara dalam sebuah acara The Asian Consortium 2014. Acara tersebut,  akan digelar 18 - 20 Oktober 2014.

Sisterhood Modest Bazaar, Berburu Baju Lebaran Hingga Menu Berbuka

"Saya diundang sebagai filmmaker untuk menyampaikan pandangan saya tentang berbagai perubahan sosial, baik di Indonesia maupun di Asia. Ada 100 peserta dan 50 pembicara dari 15 negara. Saya dipilih sebagai tokoh muda dibawah 40 tahun yang berkontribusi dalam dunia sosial lewat film," kata Lola lewat pesan singkatnya pada VIVAlife, Sabtu, 18 Oktober 2014.
Momen Akrab Prabowo dan Jokowi di Acara Bukber di Istana Negara


Seperti diketahui The Asian Consortium 2014 merupakan lembaga sosial yang memiliki jaringan kuat di kalangan pengusaha, inovator sosial, pemerintahan, aktivis dan intelektual. Lembaga yang berpusat di Hong Kong ini setiap tahun memberikan kesempatan pada pemikir dan inspirator muda di Asia untuk menyampaikan gagasannya tentang perubahan sosial.


Lola tak sendiri,  lebih dari 15 pembicara dari berbagai negara seperti India, Singapura, China, Korea, Jepang, Thailand, Taiwan, Filipina, dan tentunya Hong Kong sendiri.


Apa sajakah yang akan diutarakan pemain film Jangan Bilang Saya Monyet tersebut di acara itu?  "Saya menyampaikan bahwa perubahan sosial itu perubahan mindset dan budaya. Dan itu harus berlangsung terus-menerus. Dalam istilah Pak Jokowi, itu revolusi mental. Salah satu caranya adalah menjadikan film sebagai medium untuk menyebarkan virus perubahan sosial," jelasnya.


Bagi Lola, film tercipta tanpa adanya batas termasuk batas-batas negara. The Asian Consortium menilai film-film yang dibintanginya dapat mengubah paradigma lama menjadi paradigma baru.


"Film Minggu Pagi di Victoria Park, Sanubari Jakarta, Kisah 3 Titik dan Negeri Tanpa Telinga dinilai mentransformasikan pandangan baru kepada publik Asia," terangnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya