Eksplorasi Raline Shah di Supernova

Raline Shah
Sumber :
  • VIVA / Rizal

VIVAlife – Kantor VIVA.co.id kedatangan beberapa tamu istrimewa pada Jumat lalu, 5 Desember 2014. Mereka adalah para pemain Film Supernova: Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh.

Selama satu jam kami berbicara panjang lebar bersama tiga pemeran utama karya visual romantis berpadu sains dan berbiaya Rp20 miliar itu. Mereka Raline Shah pemeran “sang putri” Rana, Paula Verhoeven pemeran Diva, dan Hamis Daid yang menjadi tokoh Dimas.

Tidak hanya obrol santai dengan tim redaksi VIVAlife, mereka bahkan melayani pertanyaan dari pembaca melalui akses live chatting. Ketiganya pribadi yang menyenangkan, sehingga momen interview yang biasanya berjalan formil, hari itu berjalan cair, santai mengalir layaknya teman lama yang sedang akrab berbincang-bincang.

Berikut adalah petikan wawancara kami dengan Raline, tentang kisah-kisah seru yang ia alami selama proses pembuatan Supernova. O ya, Anda juga dapat menyaksikan eksklusif video interview kami bersama aktris itu

Halo Raline, terima kasih sudah meluangkan waktu datang ke kantor kami.

Halo juga, senang juga bisa bertemu teman-teman dari VIVA.co.id.

Dalam film ini kamu berperan sebagai Rana, Wakil Pemimpin Redaksi berusia muda. Boleh cerita, riset apa yang dilakukan untuk mendalami peran jurnalis?

Selama beberapa hari aku magang di sebuah majalah politik ternama di Jakarta. Di sana, aku berada di bawah arahan redaktur lifestyle, karena peran Rana di film ini sebenarnya bekerja di majalah gaya hidup, bukan politik.

Pengalaman magangnya cukup seru, bahkan saya terlibat dalam rapat-rapat yang mereka lakukan. Aku juga banyak berbincang langsung dengan Pemimpin Redaksinya, jadi lumayan banyak dapat ilmu baru.

Dari general meeting yang terjadi, aku jadi tahu, kalau dalam rapat redaksi itu, banyak terjadi debat untuk menciptakan artikel yang objektif, tidak beropini, dan berbobot. Step-nya juga ternyata banyak, harus berdasarkan fakta dan ada investigasi mendalam, jadi jurnalis ternyata punya tanggung jawab berat.

Tarisland Superstars: Kemegahan dan Antisipasi di Puncaknya

promosi film supernova

Ilmu apa yang kamu peroleh dari proses magang ini?


Aku jadi tahu bagaimana cara mewawancara orang, mulai dari tata bahasa yang dipilih, bagaimana cara duduknya, dan intonasi yang digunakan. Semua aku pelajari dan amati baik-baik. Sebenarnya ini hal baru, karena selama ini aku yang terbiasa di-interview. Ha ha ha, ternyata susah juga ya wawancara orang, tak semudah yang aku kira.

Ada kejadian menarik saat magang di majalah itu?

Ha ha ha, apa ya? Teman-teman wartawan di sana positif sih ya. Cuma waktu pertama datang ke rapat redaksi, banyak yang menggoda-goda, siapa yang mau duduk dekat aku, siapa yang nawarin makanan duluan. Ya, tetapi aku sendiri senyum-senyum saja, mereka semua ramah. Uniknya, dalam isu-isu tertentu, saya juga sering diminta pendapat juga. Aku senang, karena merasa dihargai bahwa pendapatku penting.

Apakah sikap Rana sebagai petinggi di kantor, sama dengan sikapnya di rumah?

Well, sangat berbeda ya. Aku melihat, Rana itu orang yang lebih fokus ke pekerjaan, karena sesungguhnya dia tidak bahagia di rumah. Dia tidak mencintai suaminya, karena mereka menikah karena dijodohkan keluarga. Karena itu, ia tumpahkan hidupnya untuk pekerjaan, makanya Rana cepat sukses di kantor. Di usia 25 tahun sudah mjadi wapimred. Sedangkan kalau di rumah, ia lebih banyak diam, patuh suami, pasif.

Poster Film Supernova

Tokoh Rana yang telah bersuami Arwin, berselingkuh di film ini. Padahal pria itu baik, bertanggung jawab dan penyayang. Bagaimana kamu melihat hal ini?

Personally, you love who you love. Tidak berarti karena segala kebutuhan kita dipenuhi suami, lantas kita bahagia. Buat aku, untuk bisa jadi happy dengan pasangan, butuh ketertarikan secara fisik, sesuatu yang tumbuh secara natural. Dan kalau kita bicara selingkuh, kalau hati sudah berkata sesuatu, susah ya…

Kalau selingkuhnya saat kita masih pacaran, aku melihatnya relatif, kan pacaran bukan institusi formil yang harus dihormati. Tetapi, kalau kita sudah menikah lalu selingkuh, jelas ini salah. Komunikasi penting dalam pernikahan, dan Rana aku lihat tidak mau berkomunikasi dengan suaminya, karena secara mental dia sudah tertekan duluan.

Kamu melihat punya banyak persamaan dengan Rana?

Yang pasti umur ku dan Rana tidak beda jauh, dan kami sama-sama punya karier. Bedanya dia sudah menikah, aku belum. Tapi sebagai wanita di Indonesia, aku merasa tekanan-tekanan yang kami alami sama.

Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di GT Halim Terancam 4 Tahun Bui

Standar ya, orangtua maunya kita dapat jodoh yang bibit bobot bebetnya baik. Tapi menurut aku pribadi, apa yang dilakukan Rana salah, coba menyenangkan hati orangtua, namun menyiksa diri sendiri karena tidak bahagia.

Secara profesional aku kagum sama dia, tapi secara personal aku tidak respek sama perempuan lemah begini. Dia bukan tipikal orang yang berjuang untuk bisa bahagia. Aku sendiri orangnya lebih ceplas-ceplos, jujur dengan apa yang aku pikirkan, dengan apa yang aku rasakan.

5 Motor Vespa Bersolek di Indonesia Fashion Week 2024

Kalau aku tidak suka seseorang, tidak mungkin kami akan menikah. Nah, si Rana ini tak bahagia dalam perkawinannya, namun dia tidak melakukan apa-apa. Aku beda, kalau aku suka seseorang, aku akan berusaha keras mendapatkannya.

Pemeran Arwin adalah Fedi Nuril, sementara selingkuhan Rana adalah Fere, sosok pria kaya yang dimainkan Herjunot Ali. Jika ini kehidupan nyata, kira-kira kamu akan memilih siapa dari keduanya?

Ha ha ha, jujur kalau di dunia nyata kayaknya aku tidak mau pilih keduanya deh. Soalnya kenapa ya? Welll tidak pernah kepikiran juga sih. Selama ini, kami bertiga memang bersahabat, karena sebelum buat Supernova, kami pernah terlibat dalam pembuatan Film 5 cm. Jadi, selama ini, kalau ketemu, ya profesional kerja saja.

Lokasi Syuting Film Supernova

fedi nuril film supernova

Apakah mereka kurang tampan untuk kamu?

Ha ha ha, mungkin juga. Karena setiap hari ketemu cowok ganteng, jadi mungkin standar cowok ganteng aku jadi naik. Tetapi, aslinya mereka berdua cocok banget kok dijadikan cowok idaman. Karena yang aku tahu, dua aktor ini sama-sama anak soleh, baik sama orangtua, dan menjalani agama dengan baik.

Aku ingat, waktu syuting 5 cm dan Supernova bertepatan dengan momen puasa, nah kita bertiga tuh sering salat bareng. Lagipula, memangnya mereka mau sama aku? Jadi, lebih ke sana sih, alasan kenapa aku menolak mereka. Karena kami lebih seru jadi teman.

Apa tantangan terberat bermain di film ini?

First of all, Supernova datang dari novel yang laris, dan punya fanbase besar. Dan aku terpilih menjadi pemeran utama di sini, jadi itu saja sudah jadi beban tersendiri. Takut salah menginterpretasikan karakter, ada khawatir mengecewakan orang yang sudah baca novelnya juga. Makanya aku berusaha memberikan akting terbaik di film ini.

Yang kedua, aku sulit dalam pengucapan kata-katanya secara natural. Soalnya kadang bahasa Indonesia ku kaku, dan logat aku kan Medan banget, jadi butuh sedikit effort untuk bisa membawakan peran Rana secara baik. Karena lebih lancar berbahasa Inggris, makanya semua kalimat aku di film ini, aku alih bahasakan dulu ke Inggris. Setelah aku merasa sudah lentur mengucapkannya, baru aku balikin lagi ke bahasa Indonesia.

Secara fisik, apakah cukup berat menjalani syuting film ini?


Tidak jika dibanding Film 5 cm, karena itu kan kisahnya tentang pendakian gunung, jadi secara fisik terforsir habis. Nah, kalau di Supernova film drama, jadi aku malah lebih banyak peran nangis. Di sini, aku benar-benar mencoba masuk sebagai karakter Rana. Jadi secara emosional juga jadi ikut tertekan. Banyak banget adegan nangisnya, lima hari berturut-turut, dan sehari minimal nangis 10 kali.

Aku tuh tipikal aktris yang tidak mau nangis bohongan, jadi semua air mata yang keluar, asli aku yang menangis. Aku anggap, menangis bagian dari akting yang tidak bisa dipisahkan. Tapi gara-gara sedih dan nangis terus, aku jadi dehidrasi dan mata bengkak. Namun, secara spiritual, aku coba menjalaninya dengan iklas karena bagian dari profesionalitas.

Sulitkah mengeluarkan air mata untuk peran Rana?

Tidak, karena semua wanita yang berselingkuh, kalau ketahuan suaminya pasti akan mudah menangis, menyesal. Jadi, aku sebagai Rana muah saja melelehkan air mata, karena rasa pedihnya di hati memang terasa banget. Jadi, nangisnya Rana itu natural, bukan dikasi obat tetes mata. Lagi pula, kalau kita main film, dengan layar selebar itu, penonton bisa lihat kalau kita nangisnya natural, atau fake.

raline shah

Ada momen sulit terlupakan selama syuting Supernova?

Ada! Scene saat aku di tempat tidur sama Fedi, jadi kami mesti di ranjang berdua. Nah, aku kan orangnya kaku ya, jadi merasa aneh sekali ada cowok di kasur berdua. Aku langsung mikir, ya ampun nanti kalau sudah menikah rasanya begini ya, akan ada orang lain tidur di kasurku setiap hari. Ini dua menit syuting saja aku sudah tidak betah, nanti kalau sudah married gimana ya? Ha ha ha…

Momen tak terlupakan lainnya, aku ada scene naik kapal pinisi berdua Junot. Welll, aku suka banget kapalnya, karena desainnya klasik, dari Belanda 300 tahun lalu. Kita syuting di Labuan Bajo yang airnya biru banget, Crystal Clear! Benar-benar seperti di syurga.

Lokasi Syuting Film Supernova

Tapi sayangnya waktu itu syutingnya siang hari, wah teriknya seperti di neraka. Makanya aku cubitin terus si Junot selama syuting, habis kesel, sama sutradaranya kita disuruh mesra terus, padahal aslinya kami kepanasan, please deh… Rananya benar-benar merana. Tidak peduli itu Junot, atau Brad Pitt, aku cubitin terus saja, ha ha ha.

Setelah Supernova, apa proyek film kamu selanjutnya?

Januari 2015 aku mulai syuting film baru, naskahnya sudah aku baca dan menarik. Ini film tentang cinta, well, actually this is only a short movie. Jadi, tidak besar seperti Supernova, aku mengerjakannya karena passion semata. Nanti deh kalau ada film besar lagi, VIVA aku kasi tahu.

Oke Raline, sukses terus dengan karier kamu ke depan.

Terima kasih, sukses juga untuk VIVA.co.id.

(asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya