Naiknya Pamor Kain Tradisional Indonesia

Didiet Maulana
Sumber :
  • VIVA.co.id/Riska Herliafifah

VIVA.co.id - Tahun 2014, seperti menjadi momentum populernya kain tradisional Indonesia. Olahan kain tradisional yang lebih siap pakai seperti blus, celana, bahkan jaket, bukan lagi barang langka yang sulit ditemui.

Sejumlah desainer Tanah Air mengkhususkan dirinya dalam wastra asli Indonesia. Ada yang fokus lewat batik, tenun dan songket. Salah satunya adalah Didiet Maulana.

Lewat brand Ikat Indonesia yang digagasnya empat tahun lalu, ia mulai berkreasi dengan busana ready to wear. Awalnya, Didiet mengaku kesulitan saat menciptakan tenun ikat sebagai kebutuhan orang.

"Kita harus menciptakan kebutuhannya, sehingga orang merasa butuh memakai tenun ikat," kata Didiet saat ditemui dalam kampanye Let's Wear Local di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa kemarin, 20 Januari 2015.

Didiet menceritakan, hal tersulit adalah menciptakan pasar. Bagaimana mengatur pasar tersebut, dan membuat keinginan pasar memakai produk lokal.

Lewat brand Ikat Indonesia, pria lulusan arsitektur ini lebih memilih pasar anak muda. Sebab, Didiet ingin saat generasi muda pakai kain tradisional, bukan lagi meminjam punya ibu, atau neneknya.

"Saya ingin anak muda nggak lagi pakai kain punya ibunya, atau neneknya, tetapi memang punya dia sendiri," ujarnya.

Dengan naiknya minat kain tradisional di negeri sendiri, Didiet menegaskan ini jangan hanya menjadi fenomena sementara. "Jangan sampai, ini cuma jadi 'anget-angetan' doang. Kita sebagai desainer juga harus terus berkreasi, agar ini nggak mati," ujar dia. (asp)

Rancang Tas untuk Grammy 2016, Ini Kata Didiet Maulana

Baca juga:

Harga Tas Hadiah Grammy Awards Rp3,2 Juta

Desainer: Wastra Lokal Tidak Harus Kain Tradisional

Koleksi Didiet Maulana.

Ikat Indonesia Angkat Tenun Stagen di PIFW 2016

Terinspirasi adat tradisional Bali berpadu kebaya klasik era 1930-an.

img_title
VIVA.co.id
15 Maret 2016