Cerita di Balik Kelezatan Rendang

Rendang
Sumber :
  • Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

VIVA.co.id - Rendang. Mendengarnya saja sudah membuat perut lapar. Daging sapi empuk, gurihnya santan dan wangi rempah sudah terbayang. Apalagi jika disantap bersama nasi putih hangat, sayur nangka, daun singkong rebus dan sambal cabai hijau.

Ya, hidangan dari tanah Minang ini telah menjadi favorit masyarakat Indonesia dan menjadi ikon kuliner. Bahkan, rendang tak hanya populer di Tanah Air, cita rasa yang pedas dan aroma rempah yang khas juga populer hingga ke luar negeri.

Tak heran jika kemudian rendang pernah dinobatkan sebagai makanan terpopuler nomor satu di dunia melalui sebuah polling. Sejak itu, rendang menjadi hidangan kebanggaan Indonesia. Dunia pun telah mengakui bahwa rendang adalah salah satu warisan budaya Indonesia setelah tahun 2010 lalu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendaftarkan rendang ke UNESCO.

Asal usul


Kelezatan cita rasa rendang sebenarnya terletak dari teknik masak yang digunakan. Menurut Reno Andam Suri, penulis buku Rendang Traveler, arti dari rendang sendiri adalah proses memasak yang mengacu pada menggongseng atau mengaduk makanan tiada henti. Semakin rajin diaduk, bumbu akan semakin meresap dan santan pun tak akan mudah pecah.

Lalu dari mana asal-usul masakan rendang?


Menurut Hikayat Amir Hamzah, rendang telah dikonsumsi bangsa Melayu sejak tahun 1550. Rendang juga banyak ditulis dalam kesusastraan Melayu klasik.

Menurut sejarawan dari Universitas Andalas, Padang, Gusti Asnan, keberadaan rendang sebagai masakan Minang diduga jauh lebih tua dari apa yang tertera dari Hikayat Amir Hamzah. Rendang diduga telah ada sejak abad ke-16.

Kala itu, banyak orang yang membuka kampung baru di pantai timur Sumatera hingga Malaka, Malaysia dan Singapura. Perjalanan yang dilalui orang pada masa itu bisa berbulan-bulan. Hal tersebut memungkinkan diciptakannya masakan yang tahan lama seperti rendang.

Ditambah lagi, sebuah literatur dari abad ke-19 menyebutkan masyarakat Minang di wilayah darat yang melakukan perjalanan menuju Selat Malaka hingga ke Singapura memakan waktu satu bulan lamanya. Karena tidak melewati perkampungan, perantau menyiapkan bekal yang tahan lama untuk mereka santap di perjalanan.

Dugaan itu diperkuat lewat peneltian kuliner yang dilakukan pada tahun 1980-an membuktikan bahwa Rendang Guguak Asli mampu bertahan hingga 60 hari tanpa mengalami perubahan. Awalnya, rendang ini diyakini mampu bertahan tanpa mengalami perubahan rasa selama tiga bulan.

Ia juga menyebutkan catatan Kolonel Stuers juga menulis tentang kuliner dan sastra pada 1827. Dalam catatan tersebut, ditulis tentang masakan asal Minang yang terbuat dari daging, susu kelapa dan cabai. Secara implisit disebutkan pula tentang masakan Minang yang dimasak dengan cara dihitamkan dan dihanguskan yang sangat identik dengan rendang. Teknik tersebut juga merupakan teknik pengawetan agar makanan bisa bertahan dalam waktu yang lama.

Kari India cikal bakal rendang?

Hikayat rendang juga tak bisa terlepas dari datangnya orang-orang India dan Arab ke kawasan pantai barat Sumatera. Banyak yang menyebutkan bahwa bumbu dan rempah diperkenalkan lebih dulu oleh orang India. Pada abad ke-13 dan ke-14, daerah Minang juga diduga telah ditinggali oleh orang-orang India.

Oleh karena itu, bukan tidak mungkin masakan kari yang diperkenalkan orang India merupakan cikal bakal rendang yang saat ini kita kenal. Apalagi baik rendang mapupun kari India sama-sama memiliki karakteristik yang sama yakni terbuat dari santan kelapa yang kental dan bumbu rempah yang kuat.

Idul Adha, Sriwijaya FC Ditemani Opor Ayam dan Rendang

Baca juga:

Rendang paru.

Kisah Sukses Lulusan Desain Grafis jadi Pengusaha Rendang

Rendang yang dibuatnya bisa untuk bekal pergi ke Tanah Suci

img_title
VIVA.co.id
28 November 2015