Kisah Menginspirasi Aska, Penderita Epilepsi Berprestasi

Aska Permadi, penderita epilepsi berprestasi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nuvola Gloria

VIVA.co.id - Apakah penderita epilepsi tidak dapat sembuh? Apakah mereka tidak dapat sukses di kemudian hari? Haruskah mereka dijauhi? Stigma ini harus dihindari, bahkan jangan heran salah satu mereka dapat menjadi orang sukses.

Aska Primardi, sejak kecil harus menderita epilepsi. Kini, ia telah menyelesaikan program pasca sarjananya di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Ditemui saat seminar media mengenai Unmask Epilepsy, pria kelahiran tahun 1984 itu menceritakan pengalaman kecilnya menderita epilepsi.

"Saya lahir prematur, lebih kurang 10 tahun mengidap epilepsi. Sejak tahun 1997 hingga 2007 saya bisa kena serangan 2-3 hari tiap minggu. Dalam 1 hari bisa kena serangan 2 hingga 3 kali. Semua pengobatan sudah saya lalui, dan pernah ada perubahan namun tahun ke-9, kembali kena serangan," ucapnya saat ditemui di Hotel Double Tree, kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 29 Januari 2015.

Pria kelahiran Prancis itu sempat bertanya-tanya mengapa dia bisa mengidap epilepsi. "Mungkin saat proses kelahiran, saya sulit keluar dari rahim ibu. Saat ibu saya hamil tujuh bulan, disarankan untuk bedrest oleh dokter. Saat itu ayah dan ibu lanjut studi di Perancis," tambahnya.

Dia mengaku tidak pernah di-bully oleh teman-teman kecilnya, bahkan meraka kerap menolong saat serangan.

"Saat tahun 1997, waktu itu saya kejang-kejang. Saya tidak tahu apa-apa, saya merasa seperti sedang melawan. Teman-teman memegang saya. Bangun-bangun, saya sudah di rumah sakit," ceritanya.

Pria yang berdomisili di Jakarta tersebut saat ini masih mengonsumsi obat, namun hanya satu jenis saja. Dia terlihat segar dan sehat saat awak media mewawancarainya.

Kisah Sukses Pria Probolinggo, Pilih Berdagang daripada PNS



Dia pernah mengikuti kongres epilepsi Asia-Pasifik di China tahun 2008. Saat sedang berjalan dengan temannya yang juga penderita ODE, tiba tiba temannya pingsan.

"Saya juga panik, saya tahan tubuh dia. Orang-orang memperhatikan kami, dan saya tidak bisa bahasa Mandarin. Tapi tidak lama kemudian, teman saya sadar kembali dan berdiri. Ya orang-orang pergi begitu saja," katanya.

Setelah lulus program pasca sarjana jurusan psikolog, dia mempresentasikan makalahnya tentang epilepsi di Indonesia pada acara Kongres Epilepsi Asia Pasifik di Melbourne, Oktober 2010 lalu.

Ia memperkenalkan kasus epilepsi juga banyak di Indonesia. Pria yang pernah menjadi dosen psikologi di salah satu perguruan tinggi swasta ini, sekarang aktif sebagai Sekretaris di Yayasan Epilepsi Indonesia (YEI).

Dia mendapatkan operasi epilepsi bagian otak kirinya pada tahun 2007. Pria yang sudah berumah tangga tersebut bekerja sebagai Customer Insight Analyst di PT. Firmenich Indonesia, kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Baginya, epilepsi bukanlah penghalang untuk meraih prestasi.


Laporan: Nuvola Gloria| Jakarta

Dari Bisnis Online, Pria 25 Tahun Bisa Beli Rumah dan Mobil

Baca juga:





Nenek 99 Tahun Masih Aktif Jadi Instruktur Aerobik
Ihsanudin Fanani

Tips Sukses Jalani Usaha Kecil dari Pengusaha Sepatu

Setiap harinya, ia mampu menjual sekitar 500 pasang sepatu

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016