Wanita Ini 18 Tahun Berjuang Melawan Kanker (II)

Esterina Sutiono, survivor kanker
Sumber :
  • Viva / Dhea Amanda
VIVA.co.id –
Kanker, Penyakit Mahal yang Umum di Negara Miskin
Menghabiskan waktu pengobatan alternatif selama dua tahun, kanker yang diderita Ester tak kunjung membaik. Segala teknik pengobatan seperti terapi tusuk jarum, refleksi, serta minuman herbal, ternyata belum bisa menyembuhkan benjolan yang ada di payudara kanannya.

Dokter Ini Punya Cara Unik untuk Galang Dana

Namun, saat itu Ester masih terus berpikiran positif, untuk terus berusaha menyembuhkan kanker yang dideritanya. “Ada pengobatan yang minta saya datang setiap hari, meminum obat ini itu, dilarang makan ini itu. Semuanya sudah saya jalani, namun anehnya, benjolannya masih ada, malah berkembang,” ujarnya, ditemui di sela seminar "Hidup Sehat Hindari Kanker" di Jakarta, Kamis 29 Januari 2015.
Didiet Maulana Lelang Songket untuk Pasien Kanker


Memasuki awal 2001, Ester mulai merasakan ada yang aneh dalam tubuhnya. Benjolan yang tadinya tidak mengakibatkan nyeri, kini memberikannya sakit luar biasa. Ditambah, ukuran benjolan yang mulanya hanya sekitar 1 cm, kini berkembang menjadi 4 cm, dan mengeras. Panik, Ester kembali mengadu pada lembaga penyembuhan alternatif langganannya.


Namun, hasil konsultasinya malah tak baik, karena orang yang bertugas memberikannya terapi, sudah memberi sinyal menyerah. Saat itulah yang menjadi titik balik kesadaran Ester, akan apa yang dilakukannya keliru. Baru juga ia sadar, ternyata uang yang dikeluarkannya ratusan juta tidak membawa kesembuhan, malah penyakitnya meningkat menjadi stadium menengah ke atas.


Putus asa dan hampir kehilangan nyawa, Ester datang ke rumah sakit untuk memeriksakan dirinya. Beruntung, dokter langsung menangani penyakit Ester, sehingga pada akhir 2001, sel kanker yang bersarang di payudara kanan Ester diangkat, tanpa perlu menghilangkan payudaranya.


Desas-desus teman yang dulu sempat meremehkan perawatan medis Indonesia buruk, sama sekali tak terbukti selama proses pengobatan Ester berlangsung. Pengobatan medis, justru membuat Ester merasa lebih baik, dan lebih sehat dari sebelumnya. Biayanya pun ternyata tidak seberapa, dibanding dengan biaya yang ia keluarkan saat mengadu ke orang pintar, yang ternyata hanya memeras koceknya.


Setelah berhasil mengangkat sel kanker dari payudaranya, Ester dapat menjalani kegiatannya seperti semula. Pengalaman buruk yang hampir merenggut nyawanya, membuat mata Ester terbuka. Ia kini jadi rajin memeriksakan diri ke dokter, melakukan pap smear (deteksi dini akan kanker serviks), serta menghadiri seminar-seminar tentang kanker, agar lebih paham tentang penyakit yang hampir mengambil nyawanya.


Namun, ternyata Tuhan masih menantang semangat hidup Ester. Tepat 9 tahun setelah proses pengangkatan sel kanker pada payudaranya, Ester harus kembali menelan pil pahit, ketika mengetahui bahwa sel kanker itu mulai tumbuh di payudara kiri. Berbeda dari kanker yang terjadi sebelumnya, kini penyakit kanker yang diderita Ester telah disadari sejak dini, dan masih dalam stadium awal.




“Saat melakukan tes rutin, dokter memberi tahu saya, ada keanehan dalam payudara kiri,” ujar Ester. Sangat berat, menurut Ester, saat ia mengetahui kenyataan bahwa ia harus berjuang melawan sel nakal yang pergerakannya tidak dapat diprediksi.


Namun, diakuinya, vonis kali ini membuatnya lebih tenang dan tidak merasa panik. Karena, kini Ester sudah tahu bahwa dia berada dalam penanganan pihak yang benar. Selain itu, sel yang bersarang di bagian atas payudara kirinya, masih kecil, sehingga kemungkinan pulihnya besar.


Perjuangan Ester masih berlangsung hingga saat ini. Segala proses pengobatan seperti radiasi (penyinaran) dan kemoterapi, tak takut lagi ia lakukan. Semangat perjuangan untuk tetap hidup, juga dimiliki Ester berkat dukungan dari teman-temannya dalam organisasi Cancer Information and Support Center (CISC), yang sama-sama berjuang melawan ganasnya kanker dengan senyuman. (art)


Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya