Menguak Sejarah di Balik Benteng Fort Rotterdam

Fort Rotterdam
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id - Senja sore hari selalu dinanti bagi para kawula muda-mudi di Kota Makassar. Namun, di sisi lain, bukan hanya Pantai Losari yang menjadi tempat untuk menanti tenggelamnya matahari.

Menikmati Liburan Nyaman di Kapal Pesiar

Benteng Fort Rotterdam pun salah satu pilihan alternatif untuk menyaksikan indahnya panorama mentari dari laut lepas.

Ada lagi, Benteng Ujung Pandang, nama benteng ini yang dahulu kala merupakan markas pasukan Kerajaan Gowa, dan dibangun oleh raja Kerajaan Gowa ke-9 pada abad ke-15.

Fort Rotterdam dahulu bernama Benteng Panyua, bangunan tua nan megah ini dibangun sekitar 1545. Disebut Panyua, karena jika dilihat dari atas seperti hewan Penyu.

Dalam filosofinya, benteng dengan bentuk penyu dipilih karena ia bisa hidup di daratan dan juga lautan. Maka saat itu, filosofi tersebut menjadi suatu simbol dari Kerajaan Gowa yang bisa berjaya baik di daratan maupun lautan.

Bangunan Benteng yang letaknya tak jauh dari pesisir pantai sebelah barat Makassar ini, pertama kali dibangun Raja Gowa ke 9, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapparisi Kalonna.

Dalam catatan sejarahnya, benteng ini berbahan dasar tanah liat, lalu diganti dengan batu padas pada masa kepemimpinan Sultan Alauddin Raja Gowa ke-14.

Benteng ini tidak hanya ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal, namun kerap menjadi lokasi pertemuan atau kegiatan-kegiatan sosial. Beberapa bagian dijadikan museum, di mana terletak Museum Lagaligo yang berada di bagian kanan dan menyimpan benda-benda sejarah kerajaan.

Bagi pengunjung yang hendak mengetahui perjalanan sejarah dan melihat secara dekat benda-benda peninggalan zaman dahulu, cukup membeli dan membayar tiket masuk Rp5.000.

Di sini lah, semua peninggalan kerajaan tertata rapi dalam etalase kaca yang dilengkapi dengan informasi tata cara menggunakannya kala itu, di antaranya alat masak, peralatan pernikahan, perlengkapan pertanian, dan benda sejarah lainnya. Uniknya, terdapat naskah Lontara yang tertuang peraturan pemerintahan dan kemasyarakatannya pada masa itu.

Dalam tulisan naskah Lontara, ditulis di atas daun lontar menggunakan lidi atau kalam dari ijuk kasar, dan Lontara memiliki beragam versi baik bentuk maupun isinya, berupa buku berisi primbon, dongeng binatang, bahkan ada yang menyerupai pita kaset.

Menyusuri Fort Rotterdam, membuat seolah berada pada masa perang dunia ke-2, di mana arsitektur art deco membuat terkesan dengan sejarah abad pertengahan yang sarat budaya.

Benteng yang berada di atas lahan luas sekitar 3 hektare, dengan bentuk bangunan klasik yang kokoh, sudah mengalami renovasi pada beberapa bagian dan Benteng Fort Rotterdam dibangun untuk menjadi benteng pertahanan rakyat Makassar terhadap penjajahan Belanda. Namun sayangnya, setelah berhasil dikuasai Belanda, benteng ini berubah menjadi tempat utama penyimpanan rempah-rempah.

Fort Rotterdam memiliki pesona sejarah yang kuat hingga kini masih populer dan menjadi destinasi wisata bagi wisatawan lokal maupun domestik serta mancanegara. Benteng peninggalan sejarah Kesultanan Gowa ini, dalam catatan kisahnya dikenal sebagai markas pasukan katak Kerajaan Gowa. (art)

Baca juga:

Menyusuri Sungai Cigenter, 'Amazon' di Ujung Kulon

5 Bukti Kepribadian Menentukan Tempat Berlibur Anda

Tempat berlibur petualang tentu berbeda dengan yang suka santai

img_title
VIVA.co.id
7 Agustus 2016