Harapan Baru dari Transplantasi Kornea Lamellar

Dari sisi medis, bolehkah kita meniup mata kelilipan?
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
Ngeri, ABG di Bekasi Kini Tawuran Pakai Panah
- Indonesia masih kekurangan donor kornea mata, sementara kebutuhan transplantasi kornea cukup tinggi. Hingga kini setidaknya terdapat 25 ribu antrean tunggu penerima donor kornea.

Sri Mulyani Buka Suara soal Rupiah Tembus Rp 16.200 per Dolar AS

“Baru sekitar 5-10 persen penderita kebutaan yang bisa
Pilgub Sumut 2024, Edy Rahmayadi Ambil Formulir Pendaftaran ke PDI Perjuangan
tercover untuk menerima transplantasi kornea. Padahal yang membutuhkan ribuan orang,” kata ahli kesehatan mata, Fakultas Kedokteran UGM, Prof Dr Suhardjo, pada Selasa, 3 Maret 2015.

Menurutnya, faktor budaya dan kesadaran masyarakat terhadap kebutaan yang masih rendah, menjadi penyebab utama minimnya pendonor kornea dari dalam negeri. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan transplantasi kornea mata, Indonesia sangat bergantung pada donor luar negeri.

“Sebenarnya kekurangan donor kornea bisa diatasi dengan donor dari negara lain. Seperti kita banyak minta donor ke Filipina, hanya saja
cost service
-nya besar, US$1.500 per kornea,” ujar dia.


Belum adanya kebijakan maupun Undang-undang (UU) yang mengatur ketentuan donor, kata dia turut menjadi penyebab minimnya aktivitas donor kornea.


Tidak seperti di beberapa negara dunia, seperti Singapura dan Filipina yang memiliki donor melimpah, karena ketentuan donor telah diatur dalam UU.


“Di Indonesia belum memiliki payung hukum yang mendukung donor organ. Beda dengan Filipina misalnya, ketentuan donor sudah diatur dalam UU sehingga setiap orang meninggal langsung menjadi donor, kecuali mengajukan penolakan,” paparnya.


Suhardjo menyebutkan, kebanyakan kasus kebutaan yang terjadi di Indonesia, disebabkan adanya kekeruhan pada kornea mata akibat infeksi jamur, bakteri, ataupun virus.  Pada penderita radang kornea dan ulkus kornea yang terinfeksi jamur, sebagian besar tidak dapat tertangani karena yang belum ada obatnya sehingga perlu pembedahan bahkan cangkok mata. Namun begitu banyak pasien tidak tertolong karena kesulitan mendapatkan donor kornea.


“Di RS Mata Yap, setiap minggu ada setidaknya lima pasien keratokonus dan ulkus kornea yang mondok. Namun dalam sebulan kita baru bisa melayani cangkok mata paling banyak dua pasien,” terangnya.




Teknologi terbaru

Lebih lanjut, Suhardjo mengatakan transplantasi kornea dengan membedah jaringan kornea rusak digantikan jaringan kornea donor  dapat dilakukan pada pasien, dengan penipisan kornea pada ulkus kornea, keratokonus, klukoma, distorfi kornea dan lainnya. Umumnya, transplantasi dilakukan dengan mengganti seluruh ketebalan kornea (penetrating).


Namun kini, telah dikembangkan teknologi transplantasi kornea terbaru yakni Lamellar, dengan transplantasi pada sebagian ketebalan kornea. Dengan metode ini dapat menekan tingkat risiko rejeksi dan rehabilitasi visual menjadi lebih cepat.


“70 persen operasi di Indonesia dilakukan dengan metode
penetrating
. Metode ini masih menyimpan risiko penolakan 10-30 persen. Sementara di sejumlah negara maju, sudah banyak yang menerapkan transplantasi lamellar karena bisa menurunkan risiko rejeksi,” jelasnya.


Pakar dari Nepal


Lamellar baru di terapkan di salah satu rumah sakit Jakarta. Selain teknologi yang mahal, teknik ini juga belum banyak dikuasai oleh dokter mata di Indonesia. Guna meningkatkan pemahaman teknik tranplantasi terbaru tersebut, dalam waktu dekat Fakutas Kedokteran UGM akan mendatangkan pakar di bidang tersebut yakni dr. Retta Gurug dari Kathmandu, Nepal.


“Jumat, 6 Maret besok, akan dilakukan operasi tranplantasi kornea dengan teknik Lamellar di RS Sardjito, dengan donor kornea yang dibawa dari Nepal. Selanjutnya hasilnya akan dipaparkan dalam seminar pada hari Sabtu,” kata Ketua Annual Scientific Meeting Mata 2015 ini.


![vivamore="
Baca Juga
:"]





[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya