Durian Lokal Malang Mulai Diburu

Durian lokal Malang
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dyah Ayu Pitaloka (Malang)

VIVA.co.id - Musim buah durian menjamur di berbagai sudut jalan Kota Malang. Buah dengan kulit berduri itu seolah tak henti dipajang di berbagai kios buah di tepi jalan raya Kota Malang.

Cara Sholat Hajat dan Doa Rasulullah SAW untuk Mengatasi Masalah

Meskipun tidak semeriah musim durian di Medan, sepanjang Februari hingga Maret, durian seolah menjadi primadona baru di Kota Malang. Beberapa daerah di Kabupaten Malang pun dikenal sebagai wilayah penghasil durian lokal yang punya bentuk dan cita rasa yang khas, berbeda dengan durian lain asal beberapa wilayah di Jawa Timur.

Beberapa kecamatan penghasil durian lokal di pelosok Malang bagian selatan adalah Kecamatan Dampit dan Tirtoyudho. Durian lokal yang dihasilkan dari pohon-pohon berusia tua di daerah tersebut terkenal memiliki biji yang kecil dan daging yang tebal.
Senada dengan BNPT, Guru Besar UI Sebut Perempuan, Anak dan Remaja Rentan Terpapar Radikalisme

Meskipun ukuran durian kecil, rasanya manis dengan rasa pahit yang samar. Dari penampilan luar, durian lokal dikenal memiliki duri yang cukup rapat.
Sisterhood Modest Bazaar, Berburu Baju Lebaran Hingga Menu Berbuka

"Duri durian lokal seperti durinya buah nangka, rapat. Pohon durian tumbuh di hutan, tapi tanahnya sudah milik penduduk,” kata Paino, warga Desa Pujiharjo Kecamatan Tirtoyudho, Kabupaten Malang, Jumat 27 Maret 2015.

Seperti dua pohon durian miliknya yang diperkirakan sudah ada sejak dia kecil. Setiap musim durian tiba, yaitu sejak Februari hingga April, dia akan berjaga bermalam-malam menunggu durian jatuh hingga buahnya habis.

Dia tak bisa mengikat masing-masing durian lantaran pohon yang sangat tinggi dengan diameter batang pohon yang sangat lebar.“Diameter pohon sangat lebar, dua tangan saya tak bisa memeluk batang pohonnya. Jadi, ya menunggu saja sampai durian jatuh ke tanah. Asal tidak jatuh di atas batu, durian pasti tidak pecah,” ujarnya.

Menurut dia, puncak panen ada di bulan Maret dan akan semakin berkurang memasuki April. Warga sekitar Dampit dan Tirtoyudho sering menjual durian dari kebun mereka di depan rumah.

Seiring banyaknya wisatawan yang berkunjung ke sejumlah pantai di sekitar Tirtoyudho, kepopuleran durian lokal pun semakin menanjak. Walaupun harga jualnya tak ikut melejit tinggi. Jika membeli durian di Tirtoyudho, satu buahnya bisa dihargai antara Rp8 ribu hingga Rp15 ribu. 

Meskipun, jika tak pandai memilih, bisa-bisa pembeli mendapatkan durian stek, pohon durian yang diimpor dari pohon di luar daerah.

“Ada banyak durian stek juga, benihnya dari Tulungagung, Kasembon atau daerah lain di luar sini. Kalau durian stek ini dagingnya tipis, bijinya kecil dan rasanya agak tawar. Jadi, harus kenal dengan ciri durian lokal, durinya rapat,” tuturnya.

Durian lokal mampu bertahan hingga lima hari setelah jatuh dari pohon. Agar tak cepat busuk, durian disimpan dengan cara digantung dan tidak menyentuh tanah.



Ribuan pohon durian

Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang mencatat beberapa kecamatan sebagai penghasil durian, yaitu Kecamatan Kasembon dan Ngantang di Malang bagian barat, serta Kecamatan Tajinan, dan Tumpang di Malang bagian selatan, selain Kecamatan Dampit, Ampelgading, dan Tirtoyudho.

“Total ada sekitar 150 ribu pohon tersebar di kecamatan itu, 80 persennya berbuah,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang Tomi Herawanto, Jumat 27 Maret 2015.

Menurut dia, potensi durian lokal di Kabupaten Malang saat ini cukup dikenal di Jawa Timur. Sebagian besar konsumen lebih suka mengonsumsi durian segar, tak lama setelah dibelah.

Itu sebabnya, belum banyak diversifikasi produk olahan dari durian, kecuali dalam bentuk yang telah banyak dikenal yaitu seperti ketan durian, ataupun es krim durian. Itu pun bukan durian segar yang diolah, melainkan durian yang sebagian besar dalam bentuk afkir, seperti pecah lantaran jatuh dari pohon.

“Secara umum dikonsumsi segar karena daya saingnya sangat tinggi,” katanya.

Dinas pun mencatat sejumlah ciri khas durian lokal asal Kabupaten Malang. “Karakter khusus ada durian jingga. Dagingnya tebal, kuning pulen dan biji relatif kecil,” tuturnya. 

Seperti siang itu, tiga pengunjung pantai Sipelot di Desa Pujiharjo terlihat sedang menikmati durian lokal di salah satu warung yang ada di tepi pantai. Lima buah durian lokal pun dibelah dan dimakan saat itu juga.

“Rasanya manis, ada pahit tapi sangat tipis. Baunya juga tidak terlalu menyengat," kata Diana, salah satu pengunjung pantai Sipelot.

Penjual durian menyebut duriannya baru saja jatuh dari pohon dan dititipkan oleh pemilik pohon di warungnya. “Ini baru saja jatuh dari pohon, tetangga titip. Kalau laku dibayar kalau tidak ya dikembalikan. Satu buahnya antara Rp8 ribu tergantung besar kecilnya buah,” kata Nuriah, pedagang durian. 

Jika tidak dijual di warungnya, sejumlah pemilik pohon durian juga sering menjual buah duriannya ke tengkulak yang mau membeli semua durian di pohon “Ada juga yang diambil pengepul, setiap pagi banyak pengepul dari Dampit atau Kepanjen banyak mengambil durian di sini. Mumpung musimnya sudah mau habis, biasanya duriannya rasanya lebih enak,” ujarnya. (art)

![vivamore="
Baca Juga
:"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya