Pria Ini Bisa Rasakan Suara

ilustrasi otak
Sumber :
  • istock
VIVA.co.id –
Perempuan Bernama Y Kini Kuliah di UNY
Bagaimana rasa suara? Pertanyaan tersebut tentu terdengar absurd. Namun seorang pria asal Inggris menjadi satu dari sedikit manusia yang bisa merasakan suara. James Wannerton menderita kelainan indera yang disebut synaesthesia. Hal tersebut menyebabkan indera saling bertabrakan dan bertautan.

Pasangan Ini Temukan Harta Karun dari Kursi Rp86 Ribu

Dilansir
Di Toko Ini Anda Bisa Bawa Anjing Peliharaan
Oddity Central , James mengaku sejak muda sudah bisa merasakan suara. Sebagai contoh, saat mendengar nama Anne Boleyn, salah satu istri Raja Henry VII, dia mengecap sensasi rasa buah pir. Tidak hanya itu, nama-nama bangsawan Inggris yang dia dengar di kelas sejarah pun punya rasa yang berbeda, membuat dia selalu sukses mendapat nilai terbaik di sekolah.

Kemampuan unik tersebut, terus berkembang saat James dewasa. Dia bisa menilai karakter seseorang dari nada bicara mereka. Orang-orang yang berasosiasi dengan rasa lezat, biasanya punya karakter baik.


“Teman-teman baik saya rasanya manis, seperti selai atau kue. Sementara keluarga saya terasa seperti anggur,” katanya.


Sebaliknya, James mengatakan, orang-orang yang punya karakter jelek, biasanya punya suara yang terasa pahit.


Selain itu, James juga bisa “merasakan” arah ke tempat kerjanya, melalui suara. “Rute saya ke kantor seperti set menu,” jelas dia. “Dimulai dengan roti selai dan diakhiri dengan permen,” katanya, sembari menjelaskan dia mendengar banyak suara saat berjalan ke tempat kerja, seperti musik, orang berdiskusi, serta suara alat-alat berdentingan.


Namun, bagi James, menonton bioskop atau konser merupakan siksaan. “Terlalu banyak suara dan itu membuat saya bingung karena rasa yang berbeda-beda,” katanya.


Kelainan langka


Menurut studi yang dilakukan Universitas Edinburgh, hanya empat persen dari populasi manusia di dunia yang memiliki synaesthesia. Kondisi synaesthesia yang paling umum ditemui adalah,
grapheme-colour synaesthesia,
yakni ketika indera suara dan penglihatan berbaur, sehingga orang bisa mengasosiasikan kata dan angka dengan warna.


Bentuk lain synaesthesia adalah
mirror-touch synaesthesia,
di mana orang mengalami sensasi tersendiri saat melihat orang lain disentuh. Adapun, bentuk synaesthesia yang dialami James disebut synaesthesia kata-rasa atau
gustatory synaesthesia,
yang merupakan bentuk synaesthesia yang paling langka.


Kondisi tersebut terjadi karena adanya sel saraf yang saling berseberangan di otak, terkoneksi dengan cara tidak biasa. Hal ini juga bisa terjadi jika seseorang mengalami cedera di otak.


“Orang dengan synaesthesia punya kelompok hubungan indera yang lebih banyak dibanding orang normal, imbasnya otak bekerja lebih cepat dan kompleks,” terang Dr. Julia Simmers dari Universitas Edinburgh.


Uniknya, kondisi James tidak terdeteksi hingga dia dewasa. James kerap terdistraksi dengan suara-suara yang ada di sekelilingnya, sehingga dia tidak bisa berkonsentrasi kerja. “Ketika saya memeriksakan diri, mereka memberi tahu bahwa saya memiliki synaesthesia,” tuturnya.


Hal tersebut memberi pencerahan baru bagi James, yang sebelumnya, kerap dianggap hanya mencari perhatian akibat kondisi yang dia derita. Setelah lebih jauh mempelajari synaesthesia, kini James pun berusaha membantu orang dengan kondisi serupa melalui komunitas yang dia bentuk, yakni UK Synaesthesia Association.


Adapun Prof. Jamie Ward dari University of Sussex, yang mempelajari kasus James secara khusus, mengatakan James mendapatkan synaesthesia dari ibunya. “Jika James mengasosiasikan kata dan suara dengan rasa, ibunya melihat hari-hari dalam warna berbeda,” sebutnya.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya