Asa Bintang The Raid di Pentas Dunia

Pemain Film The Raid
Sumber :
  • The Raid
VIVA.co.id
Kim Jong Un Dikabarkan Punya Selingkuhan Seorang Penyanyi, Hingga Punya Anak Bersama
- Satu per satu bintang film
The Raid
Eks Ajudan SYL Ungkap Firli Minta Uang Rp50 Miliar, Apa Kabar Berkas Kasus Pemerasan di Polri?
menapakkan kakinya di kancah dunia. Mulai dari peran antagonis di film Fast & Furious 6
5 Negara Tanpa Malam, Matahari Hampir Tidak Pernah Terbenam
hingga yakuza dalam film Jepang bertajuk Yakuza Apocalypse.  

Karier masing-masing para pemeran The Raid kian bersinar. Tawaran demi tawaran datang menghampiri. Penggemarnya pun tak lagi berasal dari dalam negeri, tapi hingga Eropa dan Amerika. 

Kesuksesan mereka tentu tak bisa lepas dari peran sutradara The Raid, Gareth Evans. Di tangan sutradara asal Wales itulah, Joe Taslim, Iko Uwais, Yayan Ruhian, dan Ray Sahetapy menjelma menjadi aktor yang kemudian dilirik sineas dunia.  

Kini, para pemain The Raid setidaknya pernah mencicipi satu film produksi luar negeri. Sebut saja Joe Taslim yang bermain dalam Fast & Furious 6 dan Star Trek Beyond. Lalu ada Yayan Ruhiyan yang bermain di film Yakuza Apocalypse serta Beyond Skyline.  

Kemudian Iko Uwais yang berlakon di Man of Tai Chi, film besutan Keanu Reeves dan Beyond Skyline. Jangan lupakan pula aktor kawakan Ray Sahetapy yang sukses mendapatkan peran dalam film Hollywood, Captain America: Civil War.

Tak bisa dipungkiri, bagi para pemain, The Raid merupakan batu loncatan yang besar. Dari sisi prestasi, The Raid dianggap sebagai film yang pantas dilirik sineas internasional.

“Om Ray, Joe sudah terpilih. Mereka (sineas internasional) melihat kualitas, peran dan karakter masing-masing,” ujar Iko kepada VIVA.co.id.

Hal sama juga diamini Yayan Ruhian. Ia bersyukur para pemeran The Raid memperoleh kesempatan berakting dalam film produksi internasional.

Alhamdulillah bersyukur pastinya. Apalagi kan kalau bukan bersyukur?” kata Yayan kepada VIVA.co.id.

Sementara itu, rasa bangga juga diutarakan Ray Sahetapy. Pria yang beperan sebagai Tama dalam film The Raid: Redemption ini mengakui bahwa dari segi cerita, alur, dan kerja sama tim, kru dan pemain The Raid sangatlah kompak, sehingga wajar bila menuai sukses.

"Tentunya saya bangga dan senang, semua kerja keras kami, pemain dan kru terbayar dengan kesuksesan yang seperti ini," ujar Ray saat berbincang dengan VIVA.co.id

Menurut pria berusia 58 tahun tersebut, keberhasilan film The Raid juga tak lepas dari nilai unsur budaya khas Indonesia yang sangat khas.

"Gareth berhasil memadukan kemajuan teknologi, jalan cerita modern dan seni pencak silat khas nusantara dengan sangat baik. Kematangannya juga didapat dari dua kali menyutradarai film tentang silat. Jadi ya hasilnya juga sangat maksimal," kata Ray.

Selanjutnya… Dari Laga Hingga Drama

Dari Laga Hingga Drama

Jika menilik ketangkasan dan gerakan gesit para pemain The Raid, maka tak mengherankan tawaran film yang datang kebanyakan bergenre laga. Seperti Iko Uwais yang mendapat peran dalam film Man of Tai Chi, Beyond Skyline, dan Mile 22. 

Tidak bisa dipungkiri seni bela diri yang dikuasai para pemeran The Raid, seperti Iko Uwais, Yayan, dan Joe Taslim telah menjadi modal dasar mereka untuk dilirik para pembuat film laga dunia. 

“Menurut gue dari mereka ngomong, tertarik sama warna martial art juga, tertarik sama budaya pencak silat, action-nya unik. Memang mereka butuh icon untuk martial artist yang bisa angkat masing-masing karakter kelihatan. Sisi Jet Lee, Steven Seagal sudah ada. Sekarang dari segi fighting beda dari yang lain,” ujar Iko. 

Sementara itu bagi Ray Sahetapy yang tak menguasai seni bela diri, jaringan sineas film yang luas menjadi modal andalannya. Hal ini terbukti saat ia berhasil mendapatkan peran dalam film Captain America tanpa perlu melewati proses casting.

“Pasti ada obrolan dan omongan tertentu yang mungkin Gareth sampaikan ke teman-temannya sesama sutradara, yang akhirnya membuat saya akhirnya berhasil mendapatkan peran tanpa casting," kata Ray.

Namun, ada sebuah fakta menarik tentang keterlibatan pria kelahiran 1 Januari 1957 ini. Ternyata, ia sempat menolak ajakan  untuk ikut terlibat dalam film yang dibintangi Chris Evan tersebut. 

"Saya waktu itu keberatan karena masalah waktu, kebetulan masih terikat kontrak dengan sebuah sitkom di televisi swasta. Namun berkat dorongan keluarga, dan dukungan teman dan semua pihak, akhirnya saya memberanikan diri mengambil peran tersebut. Tentunya dengan melakukan beberapa penyesuaian waktu dan peran yang akan dimainkan," ujar Ray.

Selain di kancah film Hollywood, kehebatan akting Ray juga sempat dilirik para pembuat film dari Thailand, yang juga menawarkan peran kepadanya.

"Saya sempat ditawari orang Thailand, untuk memerankan tokoh Duta Besar Indonesia untuk Thailand. Tapi akhirnya saya tolak karena ketidakcocokan jadwal dan waktu syuting," ujar dia. Genre film itu sendiri adalah drama. 

Kini, Ray Sahetapy sedang disibukkan dengan persiapan sebuah film baru, yang dibesut sutradara andal Rizal Mantovani. Film itu bercerita tentang Gunung Padang. "Genre filmnya lebih ke genre suspense, tapi eksekusinya saya belum bisa beberkan, lihat saja nanti ya,” kata Ray.

Tak hanya film layar lebar, pemeran The Raid lainnya, Yayan Ruhian ternyata mendapat tawaran berakting dalam serial televisi di luar negeri. Meski demikian, ia masih mempertimbangkan masak-masak, apakah akan mengambil tawaran tersebut.

“Ada juga beberapa tawaran-tawaran yang dari Indonesia. Belum tahu pasti mana yang saya ambil. Indonesia atau luar,” ujar Yayan.

Menurut Yayan, ada satu hal penting yang menjadi pertimbangannya dalam menerima tawaran film atau serial televisi. “Begitu ada tawaran, kadang-kadang hati kalau sreg, lihat skripnya asyik nih. Ambil lah. Kalau ada setengah hati, enggak lah.”

Berbeda dengan Yayan, Iko punya beberapa faktor yang menjadi pakemnya saat memilah tawaran film. “Cerita, siapa yang direct. Dari segi kualitas, karakter juga. Buat mempertahankan image. Kalau enggak bagus, ya sayang,” ujar suami dari penyanyi Audy Item ini.

Selanjutnya...Set Luas dan Tepat Waktu

Set Luas dan Tepat Waktu

Bisa berakting di film buatan produksi luar negeri memberikan pengalaman baru bagi para pemain The Raid. Terlebih, mereka harus berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing. Beruntung bagi Yayan, perannya dalam film Yakuza tak melibatkan banyak dialog, melainkan lebih kepada adegan laga.

Selain itu, ia juga dibantu penerjemah yang berasal dari Indonesia. Namun, Yayan menekankan keberhasilan sebuah film tak hanya ditentukan oleh satu orang, melainkan semua yang terlibat dalam film.

“Ditentukan oleh teamwork. Berhasil atau enggak, ya tim itu. Juga taste dari director-nya,” ujar Yayan.

Hal senada diungkapkan  Iko. Menurut dia, tidak ada kesulitan berarti saat bermain film produksi luar negeri. Namun, ia melihat tim produksi yang terlibat sangat profesional dan masing-masing divisi sangat disiplin. “Enggak ada diskriminasi. Dari segi waktu juga profesional, on time,” ucap Iko.

Sambutan hangat juga diterima Ray Sahetapy saat tiba di lokasi syuting Captain America: Civil War. Hal ini membuatnya bersemangat menjalani syuting di Amerika Serikat.

"Saya merasa sangat diterima dan dihargai sebagai seorang aktor, baik oleh pemain lain, maupun dengan tim produser dan sutradara,” ujar Ray.

Diakui  Ray, keterlibatannya di dalam film Marvels ini memberikan banyak pengalaman baru yang berharga, yang belum pernah didapatkannya selama berperan di produksi film lokal. 

"Produksi film Indonesia dan luar pada basic-nya sama saja, suasananya, etos kerjanya. Namun yang saya lihat, produksi film luar lebih melibatkan set yang besar dan luas, orang yang sangat banyak, serta alat-alat yang lebih canggih dan mumpuni," kata Ray, yang mengaku tidak merasa grogi dan tetap tenang dalam proses pembuatan film ini. 

Terus Asah Akting

Menjajal akting dalam sederet film dalam negeri dan luar negeri  telah membawa perubahan tersendiri bagi para pemeran film The Raid.

“Mungkin dari situ jadi titik awal buat saya. Mudah-mudahan bisa memberikan perubahan dalam hidup saya. Tapi perubahan tidak dalam sikap dan watak saya. Kalau itu tetap,” kata Yayan.

Adapun perubahan paling besar yang dirasakan Iko adalah fakta bahwa pencak silat mulai dilirik industri film dunia. Kini, meski sudah bermain dalam film bertaraf internasional, para pemain The Raid juga tak lantas puas diri dan jemawa. 

Mereka terus mengasah akting agar semakin baik. Yayan misalnya. Ia mengaku beruntung mendapatkan lawan main aktor dan aktris senior sehingga bisa belajar akting langsung dari mereka. Salah satunya belajar dari lawan mainnya di film Merantau, yakni Christine Hakim.

“Di film berikutnya banyak teman yang lebih senior di dunia film. Saya selalu menjadikan bahan dan guru, tanpa mereka mengajari saya,” kata pria berusia 46 tahun ini.

Ketika sudah terjun ke dunia hiburan, diakui Iko, akting sangat penting. Namun, ia berpendapat bahwa akting lebih baik terlihat alami dan tidak dibuat-buat. “Adanya dari diri kita. Senatural mungkin,” ucap aktor kelahiran 12 Februari 1983 ini.

Sementara itu, di usianya yang akan memasuki kepala enam, Ray Sahetapy lebih mengutamakan kesehatan fisik. Sebagai persiapan untuk syuting film Captain America: Civil War, Ray bahkan menyempatkan diri untuk berolahraga setiap hari.

“Agar tubuh tetap fit dan mampu memberikan akting yang maksimal,”  kata Ray.

Saat ditanya hingga kapan terus berkarier di dunia akting, Iko tak menjawab dengan pasti. Ia hanya menyatakan akan terus berkarier dan belajar. “Terjun ke dunia ini ya harus total,” ujar Iko.

Senada dengan Iko, Yayan pun tak membatasi diri dalam berkarier di dunia akting. “Buat saya menikmati hidup mengalir setiap air. Air akan cari tempat yang rendah dan cari apa adanya. Selama aliran itu jalurnya, air itu akan mengalir pada jalurnya.”  (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya