Mengecap Cita Rasa Kuliner Legendaris Bandung

Kuliner Bandung
Sumber :
  • VIVA.co.id/Riska Herliafifah

VIVA.co.id - Bandung merupakan kota metropolitan sekaligus ibukota dari provinsi Jawa Barat. Kota yang memiliki ikon Gedung Sate ini menjadi destinasi favorit banyak kalangan Terutama bagi warga ibu kota karena aksesnya yang sangat mudah, hanya dua jam perjalanan lewat tol Cipularang bila lalu lintas lancar.

Nasi Goreng Mesir, Kuliner Baru Kasembon

Di kota ini tercatat banyak berbagai sejarah penting, di antaranya sebagai tempat berdirinya sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng - TH Bandung yang kini dikenal Institut Teknologi Bandung (ITB), lokasi pertempuran di masa kemerdekaan, serta menjadi tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955 suatu pertemuan yang menyuarakan semangat anti kolonialisme.

Bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika.
Menikmati Kelezatan Sumsum Dengkul Sapi Pendongkrak Gairah

Tak hanya soal sejarah, Bandung juga dikenal dengan surganya belanja dan kuliner. Nah, untuk masalah perut, kota kembang ini memang jagonya. Sebut saja beberapa oleh-oleh wajib seperti brownies, bolen, hingga camilan yang berbahan dari aci seperti cilok, cimol, dan cireng.
Keren, Pengamen Cilik Main Musik Seperti Orkestra

Dalam segi kreativitas, warga Bandung memang tidak diragukan lagi. Namun, bukan berarti ibu kota provinsi Jawa Barat ini tidak memiliki kuliner legendaris. 

Berikut beberapa kuliner legendaris Bandung yang berhasil dirangkum oleh VIVA.co.id:

Lotek Kalipah Apo

Lotek Kalipah Apo

Lotek Kalipah Apo memiliki rasa yang sedikit manis. Foto: VIVA.co.id/Riska Herliafifah

Bila Anda ingin merasakan lotek yang legendaris di kota kembang, mampirlah ke Jalan Kalipah Apo nomor 53. Tempat makan yang mulai berjualan pada 1953 ini, berada di dekat alun-alun Bandung dan kawasan pecinan Astana Anyar.
 
Lotek merupakan makanan sederhana khas sunda yang terdiri dari sayur tauge, kol, kangkung yang sudah matang, disajikan dengan lontong dan bumbu kacang.
 
Apa yang menjadikan lotek ini legendaris? Lydia Jo, pengelola dari Lotek Kalipah Apo menjelaskan, kuncinya adalah mempertahankan rasa dari pertama kali jajakan.
 
"Kami selalu mempertahankan rasa sehingga orang dari zaman nenek saya masih suka ke sini. Ternyata, orang Sunda generasi muda juga suka lotek di sini," katanya saat ditemui VIVA.co.id di Lotek Kalipah Apo.

Usaha lotek ini berawal ketika sang nenek, Mariana Latief, mengalami cobaan hidup. Ia ditinggal oleh sang ayahanda, Foula Suryadi. Ibunda Lydia yang merupakan anak pertama berusaha keras menyambung hidup keluarganya.

"Awalnya itu hanya berjualan lotek di depan rumah orang. Lama-lama karena enak, mulai laku dan banyak yang datang karena mereka sangat memerhatikan kualitas bahan dan bumbu lotek," cerita Lydia bersemangat.

Soal rasa, ia mengaku bahwa semua bahan disaring melalui tahap pengendalian ketat sebelum akhirnya dihaluskan di atas cobek batu berukuran sangat besar.

"Kacang tanah yang kami pakai sangat diperhatikan proses tumbuhnya. Pokoknya, dari mentah sampai matang, disangrai, dan dihaluskan, kami perhatikan," katanya.

Lantas bagaimana dengan rasanya? Bumbu kacang sangat halus di lidah dan rasanya lebih manis dibanding lotek lainnya. Ini yang menjadi ciri khas dari Lotek Kalipah Apo. Hal itu disesuaikan dengan lidah masyarakat Bandung yang suka manis.

"Kami sesuaikan dengan selera orang Bandung yang ternyata kebanyakan justru lebih suka manis. Saat diulek juga kami campur dengan kencur agar rasanya lebih gurih," ucap Lydia.

Rahasia lain? Ada pada alat kukus yang digunakan Lydia. Ia menggunakan alas kukusan yang terbuat dari bambu. Hal itu menjadikan rasa lotek ini berbeda.

Bila Anda mampir ke sini, jangan cuman pesan lotek, karena ada kudapan yang tak kalah lezatnya dengan ‘si makanan’ utama. Seperti kolak campur dan rujak banci. Namanya cukup unik. Alasannya karena rujak ini merupakan campuran rujak cuka dengan rujak bumbu. Penasaran?

Kuah rujak ini sangat segar. Potongan buah terdiri dari jambu air, kedongdong, mangga muda, pepaya, kol, tauge, nanas, bengkuang, timun, ubi, kacang tanah.

Kuliner Bandung.

Rujak banci diramu dari bahan-bahan segar. Foto: VIVA.co.id/Riska Herliafifah

Bukan hanya rasa, Lydia juga ingin mempertahankan harganya yang terjangkau. Bagi Anda yang ingin menikmati lotek Kalipah Apo, cukup mengeluarkan uang sebesar Rp18 ribu. Sementara rujak dan kolak Rp15 ribu.

Lotek Kalipah Apo
Jl. Kalipah Apo nomor 53 Bandung
Harga satu porsi Rp18 ribu

Kupat Tahu Gempol

Kupat Tahu Gempol

Kupat Tahu Gempol terkenal sampai Singapura. Foto: VIVA.co.id/Riska Herliafifah

Setelah mencicip lotek, hidangan legendaris yang wajib Anda coba adalah Kupat Tahu Gempol. Kupat tahu merupakan makanan yang biasa disantap untuk sarapan bagi warga tatar sunda. Di dalam satu piring, terdiri dari ketupat atau kupat (orang sunda menyebutnya kupat), tahu goreng, tauge dan ‘dibanjur’ dengan bumbu kacang.

Sesuai namanya, warung ini berada di jalan Gempol, Bandung. Tidak jauh dengan jalan Trunojoyo, kawasan distro ternama di kota kembang. Kenapa disebut warung? Bila Anda sudah memasuki jalan Gempol, jangan membayangkan tempat mewah yang dilengkapi pendingin ruangan. Suasana sederhana masih di kawasan pasar Gempol, warung ini berdiri.

Namun jangan salah, dari warung kecil ini Nuraini dan ibunya, Mariah, dapat terbang ke Singapura untuk memperkenalkan masakan andalan mereka dalam ajang World Street Food Congres 2015 pada Juli lalu. Kelezatan Kupat Tahu Gempol pun diakui lidah internasional.

"Bangga dan senang sekali, dari pinggiran bisa ke Singapura. Kami hanya masak sesuai kualitas kami saja. Ternyata orang pada suka," kata Nuraini kepada VIVA.co.id saat ditemui di warung kebanggaannya di Gempol, Bandung.

Kupat Tahu Gempol yang sudah berjualan sejak 1965 ini dikenal seluruh kalangan. Mulai dari masyarakat biasa hingga kalangan pejabat negara. Nuraini menceritakan bahwa mantan Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, pernah memesan Kupat Tahu Gempol untuk makan di bandara.

"Terakhir itu Pak Gobel mau pergi ke mana, ingin makan Kupat Tahu Gempol. Minta kirim 50 porsi untuk dimakan di bandara," ujar Nuraini dengan bersemangat.

Dari buah bibir tersebut, banyak lidah akhirnya membuktikan sendiri kenikmatan sepiring Kupat Tahu Gempol. Kelembutan ketupat dan tahu berbalur bumbu kacang yang meresap sempurna dapat memberikan kesan mewah, walaupun hanya disajikan di atas piring styrofoam.

Resep yang sama pun diwariskan turun-temurun demi menjaga cita rasa. Semua resep diturunkan dari nenek Nuraini, Hajar Hasanah.

“Di Tahun 1965, buka warung kupat tahu, banyak yang suka. Dilanjutin sama ibu saya, namanya Mariah, tahun 1975," katanya.

Saat Anda memasukan satu sendok kupat tahu ke dalam mulut, lidah dan rongga mulut dimanjakan oleh manisnya bumbu kacang dan halusnya tahu asli cibuntu, Bandung. Soal ketupat, Nuraini memakai beras aron yang ditumbuk sampai lembut. Lalu dibungkus daun pisang dan dikukus selama delapan jam.

Untuk mendapatkan bumbu kacang yang halus dan meresap ke dalam tahu dan ketupat, Nuraini mengaku menggunakan kacang tanah asli, bukan kacang yang biasa dipakai untuk selai roti.

“Kacangnya digoreng dan digiling pakai alat giling kacang biasa, enggak dicampur kentang seperti lotek," ucap Nuraini.

Berkat konsistensi keluarga Nuraini, Kupat Tahu Gempol kini sudah dapat membuka cabang di beberapa tempat, seperti The Kiosk di Dago dan Bandung Trade Mall. Meskipun sudah menjejaki tempat mewah, bahkan terbang ke luar negeri, Nuraini tetap mempertahankan warung kecil di Jalan Gempol. 

Dengan gerobak sederhana ditambah satu meja bambu panjang dan kursi plastik untuk pengunjung, Nuraini bersama Yayah beserta beberapa karyawan bekerja membuat kupat tahu setiap harinya.

Kupat Tahu Gempol
Jl. Gempol Kulon nomor 53 Bandung
Harga satu porsi: Rp10 ribu


Soto Ahri

Soto Ahri

Di tengah jajaran tempat makan Sunda dan mancanegara yang sepi di sepanjang Jalan Buah Batu, Bandung, ada satu restoran soto asal Garut justru dipadati pengunjung. Asap dan aroma soto yang mengepul dari dapur depan restoran Soto Ahri langsung menyambut ketika kaki melangkah masuk.

Bercucuran peluh, para pengunjung terlihat asyik menyantap soto tanpa mengeluh. Tanpa ragu, beberapa orang yang baru saja memasuki ruangan gelap dan berasap itu langsung bergabung di meja panjang sederhana dengan kursi plastik.

Saat soto tersaji di atas meja, mungkin hanya kuah cokelat yang akan terlihat, tanpa hiasan apapun. Namun, aroma yang menyeruak mendorong tangan untuk mulai menyendok.

Aroma memang tidak menipu. Daging sapi yang sangat lembut berpadu sempurna dengan kuah kaldu gurih. Tak seperti kaldu pada umumnya, kuah Soto Ahri menyatu sempurna sehingga tak meninggalkan efek menempel di lidah setelahnya.

Untuk mendapatkan kaldu yang begitu menyatu tentu membutuhkan proses tak biasa. Pengelola restoran Soto Ahri di Bandung, Deden Agustian, lantas mengungkap bahwa resep rahasia tersebut sudah diwariskan turun-temurun dari kakeknya, Haji Ahri, sejak sebelum Indonesia merdeka.

Memulai usaha berjualan soto di Garut pada 1943, racikan rahasia Ahri memang sudah menjadi buah bibir di kalangan warga sekitar. Melihat potensi pasar yang begitu besar, Deden memberanikan diri membuka cabang di Bandung.

"Awalnya cuma di pinggir jalan situ sama istri. Dia yang masak, saya cuci piring. Susahlah pokoknya. Sempat pindah ke gedung, tapi enggak laku karena tempatnya terlalu ke dalam. Akhirnya bisa di sini, ini sebenarnya garasi rumah orang," ujar Deden sambil tertawa.

Deden pun menguak sedikit resep rahasia dari sang leluhur. Ia menggunakan daging sapi muda dan direbus selama tiga jam. Untuk membuat kaldu seperti itu, harus diendapkan satu malam penuh. 

“Untuk kuah sih seperti biasa, kunyit dan santan. Yang lainnya ada rahasia," jelas Deden.

Demi menjaga kepuasan pelanggan, Deden pun memerhatikan rinci setiap elemen yang disajikan. Kecap dan kerupuk pun tak luput dari perhatiannya.

"Ini kecap dan kerupuknya produksi rumahan di Garut. Kalau nanti perusahaannya tutup, bingung juga saya," kata Deden yang kembali tertawa.

Deden pun tetap mempertahankan cara penyajian yang begitu sederhana. "Banyak orang minta tambahan perkedel, atau apa yang lain, saya tidak mau. Saya mau tetap mempertahankan Soto Ahri menjadi Soto Ahri," kata Deden.

Soto Ahri
Jl. Buah Batu nomor 235 Bandung
Harga satu porsi: Rp21 ribu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya