Menengok Kehidupan Liar 'Naga Purba' di Pulau Komodo

Pulau Komodo.
Sumber :
  • VIVAnews/Santi Dewi

VIVA.co.id - Kehidupan liar komodo hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur. Di sini, wisatawan dapat melihat langsung bagaimana kehidupan 'naga purba' ini di alam bebas.

Di Loh Liang, , wisatawan dapat melihat langsung sarang sarang komodo yang biasa digunakan untuk tidur dan bertelur. Pengunjung tak perlu khawatir. Sebab, saat melewati jalanan yang dipenuhi komodo itu, mereka akan ditemani pemandu lokal. Jika berdekatan dengan pemandu lokal, pengunjung dijamin aman. Pasalnya, para pemandu itu sudah sangat memahami perilaku komodo dan bagaimana mengatasinya.

Lima Alasan Kamu Harus ke Taman Nasional Komodo

Untuk menyusuri Loh Liang, wisatawan dapat memilih jalur pendek atau sekitar satu kilometer, jalur sedang atau sekitar 2 kilometer atau jalur yang jauh atau 4 kilometer.

Populasi komodo di Loh Liang ini, sekitar 2.219 ekor. Sementara, rusa sebagai makanan utama mereka cukup berlimpah. Hal ini untuk mengantisipasi agar komodo-komodo itu tak menyerang manusia.

Saat menyusuri kehidupan liar komodo itu, pemandu lokal akan menerangkan bagaimana kehidupan komodo ini. "Komodo nggak makan setiap hari, dia hanya makan sekali sebulan. Ketika dia makan rusa dan babi hutan dia memakan dengan tulang-tulangnya, dan pencernaan komodo lama," kata salah satu pemandu lokal, Safe, Senin, 31 Agustus 2013.

Biasanya, ketika mengincar mangsanya yang besar, kadal raksasa ini mengigitnya terlebih dahulu. Setelah digigit, air liur yang mengandung banyak bakteri itu pelan-pelan akan membunuh mangsanya. Setelah beberapa hari, mangsa itu akan mati dan komodo siap memakan bangkai itu.

Presiden Jokowi Sambangi Pulau Komodo

Menurut Safe, komodo termasuk hewan yang malas. Sebab dia tak mau berburu mangsanya secara agresif. Dia hanya menunggu jika ada mangsa yang mendekat. Namun, perilaku komodo lainnya belum diketahui. Sebab, sampai saat ini belum ada peneliti yang meneliti secara khusus kehidupan komodo. Padahal, Pulau Komodo telah dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Pengalaman Mengerikan

Meski komodo dianggap bersahabat dengan penduduk lokal, namun rupanya ada beberapa pengalaman mengerikan yang dialami penduduk lokal. Seperti yang terjadi di Loh Buaya, Pulau Rinca, seorang pemandu lokal, Yonas Ora mengatakan, pada tahun 2011 dan 2012 ada seorang penjaga taman nasional ini digigit komodo sebanyak dua kali. Bahkan, kejadian itu terjadi pada jam, tanggal dan bulan yang sama, meski tahun berbeda.

"Bahkan komodonya yang menggigit petugas sama," kata Yonas.

Jokowi Resmikan Bandara Komodo

Mereka mengetahui bahwa itu adalah komodo yang sama karena pada tahun sebelumnya, mereka membubuhkan cat ke punggung komodo.

"Komodo itu kami beri nama Kolor Ijo, karena warna cat yang kami pakai untuk menandai berwarna hijau. Dulu saat menggigit dia (komodo) masih remaja, sekarang sudah besar," kata dia.

Akibat gigitan komodo itu, petugas terluka cukup parah di kaki dan tangan. Karena di Labuan Bajo tak memiliki rumah sakit yang memadai, petugas itu kemudian dibawa ke Bali untuk mendapat perawatan.

Kemudian, pada tahun 1981 seorang anak kecil tewas digigit komodo di depan rumahnya sendiri. Sebab, di sana, masyarakat lokal dan komodo hidup berdampingan.

"Saat itu, komodonya ada di bawah tangga, ketika anak itu pulang sekolah, tiba-tiba komodo itu menyerang," kata dia.

Kemudian, komodo juga pernah membunuh seorang turis mancanegara. Saat itu, kata dia, seorang turis laki-laki tiba-tiba hilang dari rombongannya. Setelah dicari, pria itu tidak pernah ditemukan hingga kini. Mereka hanya menemukan kamera dan topinya saja.

"Dugaan kami, turis itu digigit komodo," kata dia.

Di pulau Rinca ini, ada 900 kepala keluarga yang tinggal bersama-sama dengan komodo. Bahkan, di pulau itu ada sekolah SD dan SMP. Sementara, di Pulau Komodo ada sekolah SMA.

Hidup Tanpa Listrik

Warga pulau Komodo ini rupanya tak pernah bersentuhan dengan listrik. Ada 400 kepala keluarga yang tinggal di Pulau Komodo ini. Namun, mereka sama sekali tak mendapat aliran listrik dari PLN.

Salah seorang warga desa Komodo, Hakim mengatakan, selama ini penduduk Pulau komodo hanya mengandalkan diesel milik seorang warga bernama Akbar. Namun, setiap satu rumah, dipatok harga Rp6000 agar bisa menikmati listrik dari diesel H Akbar. Listrik dari diesel itu disediakan sejak pukul 18.00 WIB hingga 24.00 WIB.

"Rp6000 itu cukup untuk lampu dan televisi di rumah," kata Hakim di Loh Liang.

Namun jika digunakan untuk lampu saja dipatok dengan harga Rp3000.

"Sebenarnya tiang listrik dan kabel sudah ada, tinggal nyalanya saja," ujar dia.

Untuk itu, warga Pulau Komodo ini membutuhkan perhatian dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya