Menjaga 'Batu Api' Belitong untuk Masa Depan

Pulau Lengkuas, Belitung
Sumber :
  • VIVA.co.id/Istimewa

VIVA.co.id - Sejauh mata memandang, hamparan pantai penuh batu menjadi ciri khas ketika menyambangi pulau ini. Panorama eksotis nan cantik langsung tersimpul ketika menggambarkan perpaduan komposisi bening laut dan batu-batu raksasa yang berjejer di tepi pantai.

Ya, inilah sajian alami nan menakjubkan dari sebuah pulau yang membesarkan Ikal, sang tokoh utama dari cerita Laskar Pelangi karangan penulis Andrea Hirata.

Belitung atau Belitong dalam pengucapan bahasa setempat beberapa tahun ke belakang memang mendadak populer lewat tulisan Andrea Hirata.

Balongan, Destinasi Wisata Pantai Eksotis di Indramayu

Baca Juga:

Begitu fenomenalnya cerita sekelompok anak Belitong yang menamai diri sebagai Laskar Pelangi, memang telah mengubah segalanya.

Kini, pulau yang dulu pernah disambangi Britania Raya sejak 1812 karena timah putih (Stannum) dan lada putih ini, sudah menjadi pulau yang paling diburu oleh para wisatawan dari mana pun.

Geliat pariwisata di pulau yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan ini memang benar-benar bergairah.

"Laskar Pelangi memang mengubah segalanya," kata Sandi, seorang pemuda kampung di Kota Tanjung Pandan, Belitung Barat, pekan lalu.

Alih Profesi

Lima Pantai Terbaik di Prancis

Tujuh tahun lalu, Sandi adalah pemburu timah. Berbekal mesin seadanya, pemuda berkulit legam ini sering berpindah-pindah tempat untuk berburu timah putih.

Namun seiring waktu, timah semakin sulit dicari. Para pemburu timah kebingungan, nyaris seluruh pulau sudah berlubang namun timah tak kunjung ditemukan.

"Kalau dulu bisa sampai lima kilo sehari, kini dapat satu kilo saja susahnya bukan main. Itu sudah setengah mati kita menggali lubangnya," kata Sandi.

Semakin susahnya mencari timah dan ketatnya larangan pemerintah setempat untuk aktivitas pertambangan timah tradisional di Belitung, memaksa penduduk setempat beralih profesi.

Baca Juga: Trik Hilangkan Karang Gigi Tanpa Harus ke Dokter

Nelayan pun akhirnya menjadi pilihan. Secara massif perburuan ikan pun digelar. Berton-ton ikan dari perut laut Belitung dipungut dan dijual ke berbagai tempat.

Namun semua tetap berbatas. Ikan akhirnya ikut menipis. Perahu-perahu sampan bertenaga dayung dan bermodal jala sudah tak bisa menjangkau lagi. "Ikan-ikan lari ke tengah. Cuma kapal bermesin besar yang bisa," kata Sandi.

Alhasil, nelayan tradisional pun ikut terjepit. Laut yang seluas mata memandang tak selamanya menjamin bila iddiperlakukan dengan bijak.

"Karena itu kini kami jadi pemandu wisata. Paling tidak kini kami punya pendapatan lain selain berburu ikan yang kian menipis," tambah Sandi.

Lima Tempat yang Berbahaya untuk Bercinta

Selanjutnya... Menjaga Batu Api

Menjaga Batu Api

Sebagian besar masyarakat Belitung sejak lampau percaya bila pulau yang mereka tempati bebas dari ancaman petir.

Tak ada referensi jelas soal ini. Namun warga disini meyakini memang tidak pernah ada kejadian petir atau geledek di daerah mereka.

Konon cerita ini berkaitan erat dengan hamparan batu sebesar rumah atau gedung yang berserakan di tepi pantai mereka.

Warga percaya, batu-batu yang kini menjadi andalan pariwisata di Belitung itulah yang menjadi pelindung mereka.

"Kami menamainya batu api. Karena berkat batu itu, tak pernah ada petir di daerah kami. Katanya batu-batu itu mampu menolak petir," tutur Didi, warga lainnya.

Sejatinya batu-batu besar yang menjulang di setiap sudut pulau Belitung adalah jenis batu granit. Batu ini dikenal memiliki kualitas terbaik untuk membangun pondasi rumah atau gedung-gedung pencakar langit.

Karena itu, sejak lama warga disini tak pernah kebingungan kalau hendak membangun rumah. Namun demikian, kini sejak pulau ini menambatkan diri ke sektor pariwisata, batu-batu granit raksasa tersebut menjadi barang yang dilindungi.

Mengugah Kesadaran Lingkungan

Sejumlah sudut pantai Pulau Belitung, mulai dari Belitung Barat hingga Timur memang terhampar gugusan batu granit raksasa. Sebab itu juga pantai-pantai disini menjadi betul-betul menyejukkan mata.

Laut biru transparan yang menampilkan gugusan karang cantik benar-benar membius siapa pun yang hadir di pulau ini. Sebut saja gugusan batu yang dinamakan Pulau Batu Berlayar.

Batu-batu api raksasanya dari kejauhan terlihat seperti sebuah kapal lengkap dengan layar tingginya.

Lalu di Pulau Lengkuas. Pemandangannya pun tak kalah elok. Pulau yang satu-satunya didirikan menara mercusuar oleh Belanda sejak abad 18 itu menjadi kunjungan paling favorit. Sebab jika beruntung, mercusuar setinggi ratusan meter dengan 18 lantai itu bisa dinaiki.

Dan tentu saja, dengan ketinggian itu kita bisa memandangi Belitung dengan lebih lengkap. Tak tertulis cantiknya pulau ini bila melihat dari atas.

Dan ingat, ini hanya sebagian kecilnya saja. Masih banyak titik lain yang tak kalah cantik dan menggiurkannya untuk disambangi.

"Kini kami hidup dari pariwisata saja. Tak ada lagi yang berburu timah atau melubangi pasir-pasir kami. Meski tak rutin, tapi kini warga jadi lebih sadar untuk menjaga pulau mereka," ujar Didi. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya