Liburan Murah saat Dolar 'Munggah'

Ilustrasi liburan
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id - Liburan! Siapa yang tidak senang dengan kalimat itu? Melakukan perjalanan, menemukan hal baru, memanjakan diri dan 'menghilang' sejenak dari aktivitas padat sehari-hari. Ya, saat ini traveling sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia.

Peningkatan kebutuhan seseorang untuk berpergian itu terlihat dari survei Global Travel Intentions Study (GTIS) 2015 oleh VISA Worldwide Indonesia.

Berdasarkan survei yang dilakukan pada Januari-Februari 2015, dalam dua tahun, orang Indonesia pergi ke luar negeri, rata-rata sebanyak 5 kali perjalanan.

"5 kali perjalanan ini leisure, bisnis, dan kepentingan lain. Di Indonesia, umumnya perjalanan bisnis hanya dua kali setahun," kata Harianto Gunawan, Direktur VISA Worldwide Indonesia saat ditemui VIVA.co.id, baru-baru ini.

Dilihat dari frekuensinya, hasil survei itu menunjukkan orang Indonesia lebih senang melakukan lawatan ke luar negeri ketimbang dalam negeri. Namun seiring melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, masihkan travel ke luar negeri jadi primadona? Di perbankan nasional saja, hari ini, Rabu 16 September 2015, dolar sempat menembus Rp14.500.

Bagi traveller yang sudah merencanakan bepergian tentu harus menyiasati lemahnya nilai tukar rupiah agar liburan ke mancanegara bisa tetap dijalani.

Marischka Prudence, Travel Blogger yang sudah menjelajahi banyak negara dan daerah Indonesia menuturkan, lemahnya nilai tukar rupiah sangat mempengaruhi kegiatan travel luar negeri, terutama yang memakai dolar sebagai alat transaksi.

"Untuk destinasi negara yang tidak menggunakan dolar AS juga akan tetap berpengaruh karena banyak hal yang berkaitan dengan industri travel perhitungannya dalam dolar, seperti harga tiket pesawat, paket tur, dan lainnya," kata Marishcka.

Namun pengaruh munggahnya dolar AS pada keputusan pergi ke luar negeri, sebenarnya tidak terlalu signifikan. Ini karena pasar untuk traveling luar negeri sebagian besar untuk kalangan menengah ke atas yang memang sudah punya perkiraan biaya ekstra untuk berlibur dan melakukan perjalanan.

"Saya lihat di travel fair juga animonya masih tinggi sekali, teman-teman yang traveling ke luar masih tetap banyak," kata dia.

Kondisi tersebut diamini beberapa agen perjalanan, salah satunya Panorama Tour. Nanto, konsultan perjalanan dari Panorama Tour mengatakan, wisatawan lokal yang berlibur ke luar negeri memakai jasa agensinya tidak terlalu berkurang banyak, meskipun harga dolar AS terus melambung.

"Enggak pengaruh banyak sih. Paling berkurang secara intensitas keberangkatan saja, tapi semua destinasi terisi," ujarnya.

Soal harga tiket, ia mengaku naiknya kurs dolar AS terhadap rupiah cukup berpengaruh terhadap harga tiket penerbangan. Oleh karena itu, pihaknya memiliki sistem pembayaran deposit untuk meringankan beban konsumen.

"Kalau promo khusus gitu enggak ada. Kita jual tiket tergantung harga kurs. Jadi ada sistem deposit dan pelunasan. Misalnya pas awal ada depostit Rp4 juta, ketika kurs sekian, harga saat pelunasannya mengikuti kurs," ucap Nanto.



Pergeseran destinasi

Namun berdasarkan pengalaman, saat dolar menguat, tren destinasi wisata luar negeri biasanya akan bergeser ke dalam negeri. Hal itu diungkapkan Managing Director Tiket.com Gaery Undarsa. Dari data pemesanan tiket saat ini, secara jumlah tetap tinggi. Namun destinasinya yang bergeser.

"Sekarang justru destinasi domestik yang jadi primadona. Bahkan kenaikannya sampai dua kali lipat," kata Gaery saat ditemui VIVA.co.id, belum lama ini.

Dari segi destinasi wisata, Bali dan Yogyakarta masih jadi tujuan favorit para wisatawan lokal.

"Bali justru jadi ramai. Sebelumnya ada pilihan mau ke Jepang atau kemana. Selain Bali ada Yogyakarta," katanya.

Hal itu juga diamati Marischka Prudence, ia melihat tren berlibur kini berpindah ke dalam negeri.

"Teman-teman yang traveling ke luar masih tetap banyak, namun ada sebagian yang jadi shifting mengubah destinasi menjadi ke dalam negri, sisi positifnya, dengan naiknya dolar AS, destinasi domestik jadi naik lagi," ujar dia.

Di saat nilai tukar dolar terus menanjak dan plesir ke luar negeri masih jadi minat utama, sebenarnya Anda bisa menggeser destinasi ke negara-negara Asia Tenggara yang punya 'harta karun' tak kalah indah dengan wisata mancanegara lainnya.

Penulis perjalanan Windy Ariestanty justru mengungkapkan Asia Tenggara punya daya tariknya tersendiri. Selain lebih murah, pelancong dari Indonesia juga tidak butuh terlalu dalam merogoh kocek karena tidak diperlukan visa untuk bepergian ke seluruh kawasan Indochina. Cukup bermodalkan paspor dan semangat berpetualang.

"Buat aku, negara Asia Tenggara kayak Vietnam, Myanmar, Laos, itu menarik. Buat orang kita mungkin jarang ke sana, padahal para penyuka perjalanan dari Eropa dan Amerika Serikat malah jalannya ke sana," kata wanita yang pernah melakukan perjalanan dari Afrika Utara sampai Italia selama 35 hari.

Daya tarik itulah yang membuat Asia Tenggara jadi primadona di mata pelancong internasional, tidak terkecuali Indonesia.

"Negara yang paling sering mereka kunjungi sekarang, trennya Myanmar, dia baru membuka diri, rasa ingin tahu besar, biaya hidup jauh lebih murah," ujar Windy.



Tips wisata murah

Jika Anda jeli dan banyak melakukan riset sebelum berwisata, sebenarnya biaya plesir bisa ditekan sehingga jauh lebih murah. Salah satu cara yang paling ampuh adalah melakukan perencanaan jauh hari. Pasalnya, maskapai penerbangan umumnya memberikan promosi alias menawarkan harga miring untuk jadwal perjalanan setahun ke depan. Anda pun bisa memilih destinasi impian dengan bujet rendah.

Kedua, gunakan kekuatan komunitas. Saat ini, terdapat banyak komunitas pelancong yang bisa Anda gunakan untuk mencari tahu informasi mengenai destinasi tertentu. Forum pelancong internasional seperti Couchsurfing, International Travel Fellows, International Travel Community, atau Travelerspoint bisa Anda jadikan referensi tempat tinggal yang bisa memotong bujet akomodasi.

Anda juga bisa menggunakan AirBnB atau situs penyedia hotel seperti Hostel.com, Trivago atau Booking.com untuk mencari akomodasi nyaman dengan harga sepadan. 

Sering-seringlah berselancar di internet untuk mencari promosi wisata murah atau kompetisi berhadiah perjalanan yang bisa semakin menghemat bujet Anda.

Jika tetap ingin memilih jalur konvensional, Marischka Prudence punya beberapa tips aplikatif, yakni  menyesuaikan destinasi dengan kemampuan finansial.

"Jangan sampaui berutang untuk menutup biaya perjalanan, apalagi saat dolar tinggi seperti sekarang. Jadi, tetap sesuaikan bujet," kata dia.

Pasalnya, melakukan perjalanan dengan berutang justru akan jadi beban tersendiri. Liburan yang seharusnya menyenangkan bisa jadi menyebalkan hanya karena berpikir tentang utang dan cara membayar usai liburan.

Tips lainnya yang diberikan Marischka adalah bepergian ke negara-negara Asia yang punya gaya hidup serupa dengan Indonesia. "Tujuannya agar bujet harian seperti makan dan transportasi tidak terlalu bengkak," ucapnya.



Destinasi pilihan

Berbicara liburan, pastilah membicarakan soal destinasi. Saat dolar munggah, masih ada beberapa destinasi yang pantas jadi tempat singgah. Apa saja?

Pertama Myanmar. Negara yang masih dalam kawasan Asia Tenggara ini memiliki daya tarik yang cukup kuat, mulai dari budaya hingga panorama memikat. Saat ini Myanmar disebut sebagai permata Asia Tenggara karena dianggap misterius dan mengundang banyak pelancong Eropa serta Amerika Serikat untuk datang. Biaya hidup yang masih murah menjadikan destinasi ini cocok bagi wisatawan Indonesia.

Destinasi lainnya adalah Kamboja. Angkor Wat di Siem Reap serta kota kerajaan Sihanoukville adalah warisan dunia yang harus dikunjungi setidaknya sekali seumur hidup. Di sisi lain, gaya hidup masyarakat Kamboja pun tak jauh berbeda dengan Indonesia yang menjadikan negara ini wajib dikunjungi.

Ketiga, Thailand. Menurut Marischka, ada banyak destinasi di Thailand yang cenderung murah. Harga makanan dan penginapan juga murah. "Cenderung sama dengan di Indonesia dan bahkan banyak yang lebih murah juga," kata dia.

Terakhir, ada Filipina. Negara kepulauan ini juga termasuk destinasi dengan budget kecil, sangat memungkinkan untuk para pejalan ransel.

"Ketika kamu masih menyukai petualangan, pengin lihat yang beragam, negara-negara ini yang bisa kita samperin. Cuma pola pikir kita kalau jalan-jalan harus ke Negara Barat, padahal enggak. Asia tenggara cocok banget buat dieksplorasi," kata Windy.

Lalu bagaimana dengan wisata domestik? Marischka mengungkapkan ada tiga daerah di Indonesia yang bisa dipilih untuk destinasi jalan-jalan murah meriah, yakni Lombok yang bisa menjadi alternatif  destinasi selain Bali.

"Penginapan banyak yang masih murah, menyenangkan untuk backpacking dan masih banyak pantai yang sepi," kata dia.

Selanjutnya ada Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Destinasi eksotis ini ternyata berbujet rendah.

Jemput Wisatawan, Pemalang Akan Bangun Bandara

"Surprisingly wisata susur sungai dan melihat orangutan di habitat aslinya ini cukup low budget, harga tiket ke Pangkalan Bun, entry untuk masuk Tanjung Puting, mirip-mirip dengan harga tiket ke Bali atau Lombok, untuk sewa kapal juga bisa murah jika beramai-ramai," ujarnya.

Alternatif lainnya adalah Pantai Kiluan di Lampung. Ini jadi pilihan backpacking yang murah, dengan budget sekitar Rp700 ribu untuk seluruh perjalanan. "Tidak perlu tiket pesawat karena dari Jakarta bisa menyeberang dari Merak, sisanya jalan beramai-ramai. Sewa mobil bisa menekan bujet," kata Marischka. (umi)

Wisata Mangrove Pemalang

Pemalang Siap Tawarkan Desa Wisata Cikendung

Rencananya ada rumah pohon di desa wisata tersebut.

img_title
VIVA.co.id
10 April 2016