Melepas Penat Lewat Alunan Angklung

Pemain angklung cilik di Saung Angklung Udjo.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Saung Angklung Udjo didirikan oleh budayawan Sunda yang bernama Udjo Ngalagena bersama istrinya Uum Sumiati. Mereka memiliki cita-cita memelihara serta mempertahankan alat musik tradisional khas Sunda Angklung, serta didedikasikan sebagai salah satu tempat cagar budaya Sunda di Jawa Barat.

Menikmati Bandung Plus Plus

Mereka merintis dari saung kecil, luasnya tidak lebih dari 8x10 meter sekitar tahun 1966.

Dari saung kecil tadi, ternyata banyak juga pengunjung yang awalnya ingin tahu seperti apa kerajinan musik angklung tadi. Kemudian, dari tamu yang per harinya jumlahnya tidak lebih dari 4 sampai 5 orang, terus berkembang hingga sekarang jumlah pengunjung untuk per harinya bisa lebih dari 25 sampai 30 orang.

Cara Ridwan Kamil Kembangkan UKM di Bandung

Menurut Taufik Hidayat Udjo, yang sekarang meneruskan usaha almarhum kedua orang tuanya, dulu untuk membuat seni kerajinan musik angklung masih sangat terbatas. 

“Saat itu per harinya hanya mampu membuat 1 buah angklung,” katanya.

Ridwan Kamil Sebut Produk UKM Bandung Sudah Mendunia

Sekitar tahun 1980-an, mulai banyak orang sekitar Bandung berkunjung ke saung angklung Udjo. Dari para pengunjung tadi, rata-rata mulai tertarik pada kerajinan musik angklung buatan keluarga Taufik. Hingga terkumpul uang untuk modal buat membeli tanah di sekitar saung kecilnya.  

Tahun 1992, Saung Udjo mulai dikelola secara profesional hingga bentuk usahanya dijadikan perseroan terbatas. Hingga pada 1995, usaha produksi kerajinan musik angklung dan juga seni pertunjukannya untuk masalah pengelolaannya diserahkan sepenuhnya ke Taufik dan kakak-kakaknya.

Dari pengembangan usaha seni musik tradisional angklung tadi, sekarang Saung Udjo banyak mengembangkan bentuk usaha semisal menjual berbagai bentuk suvenir kerajinan Jawa Barat, semisal wayang golek. 

Bahkan, di lokasi Saung Udjo juga ada kios-kios wisata kuliner. Selain itu, Saung Udjo mengadakan pelatihan yang sifatnya reguler setiap tahunnya untuk belajar memainkan musik angklung. Bicara masalah siswanya, rata-rata yang sekarang banyak peminatnya adalah wisatawan asing. Untuk masalah waktu pendidikannya, Taufik memprogramkan 3 bulan latihan.

“Saung Udjo juga menyediakan sarana penginapan selama 3 bulan dengan biaya sewa per kamarnya ada yang Rp250 ribu dan juga ada yang mahal tergantung fasilitasnya," kata Taufik.

Adapun, tiket pertunjukan musik angklung di Saung Udjo dibanderol Rp100 ribu bagi turis asing, sedangkan wisatawan domestik Rp80 ribu.

Awalnya, pertunjukan angklung di Saung Udjo hampir setiap hari ada, pukul 16.00 WIB.

Sekarang, karena banyaknya pengunjung di Saung Udjo yang ingin melihat pertunjukan musik angklung, ada jadwal penambahan pentas, yaitu pagi dan siang. Selain penonton bisa menikmati pertunjukkan musik angklung, juga bisa menikmati tari-tarian khas Sunda.  

Dalam sebulan, Saung Udjo memproduksi lebih dari 5.000 angklung, yang kemudian dijual sebagai suvenir. Ada juga angklung yang berukuran jumbo yang dijual lengkap satu unit. 

"Harganya Rp6 jutaan," kata Taufik.

Kini, jumlah karyawan di Saung Udjo lebih dari 125 orang, sedang pengrajinnya lebih dari 200 orang. Adapun pemain angklungnya di atas 300 orang, bahkan itu bisa lebih karena sempat dalam sebuah pertunjukan, Saung Udjo bisa memakai pemain lebih dari 1.300 orang. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya