Ini Alasan Masker Harus Diganti Setiap Delapan Jam

Masker N95.
Sumber :
  • VIVA / Tasya
VIVA.co.id
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
- Komponen asap kebakaran hutan terdiri dari gas, mulai dari karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), ozon (O3), sulfur dioksida (SO2) dan sebagainya. Ada pula komponen partikulat yaitu PM10, PM2.5 dan
ultrafine particles.
DPR Pertanyakan SP3 atas Perusahaan Tersangka Pembakar Hutan


Zumi Zola Berikan Eskavator Tiap Kecamatan di Jambi
Bahan lain dengan jumlah yang lebih sedikit antara lain aldehid (alkrolein dan formaldehid), polosiklik aromatic hidrokarbon (PAH, contoh benzo-a-pyrene), benzene, toluene, styrene, metal dan dioksin. Tentu, penggunaan alat pelindung diri seperti masker atau respirator direkomendasikan untuk digunakan oleh orang-orang yang terpapar asap kebakaran hutan.

Penggunaan masker bedah atau
surgical mask
pada kasus kebakaran hutan, memiliki manfaat untuk mengurangi pajanan masuknya partikel ke dalam saluran napas.


Namun, berdasarkan penelitian dan literatur, masker bedah didesain hanya untuk menyaring partikel berukuran besar. Sedangkan 60-70 persen partikel kecil masih dapat masuk ke dalam saluran napas.


Menurut DR. Dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR, Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), masker jenis N95 merupakan masker ideal yang terbilang cukup baik karena dapat menghalangi 95 persen partikel yang masuk ke saluran pernapasan, terutama PM10.


Tetapi, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai penggunaan masker N95 tersebut, salah satunya adalah penggunaannya yang terbatas yaitu maksimal hanya delapan jam (
disposable
).


"Itu karena setelah delapan jam, debu dan partikel yang sudah terfiltrasi menumpuk di maskernya, menempel di pori-porinya. Lama-lama tidak berfungsi dengan baik, bahkan membuat semakin berat napas, semakin tertahan. Itu dinamakan resistansi pernapasan," ujar  Agus usai konferensi pers yang digelar PDPI, bertajuk
Pencegahan dan Penanganan Dampak Kesehatan Asap Kebakaran Hutan
di Rumah Sakit Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur, pada Senin, 12 Oktober 2015.


Itu merupakan salah satu faktor eksternal yang menyebabkan masker harus diganti setiap delapan jam. Sedangkan faktor internalnya adalah uap air dari napas manusia yang menempel di masker juga bisa membuat masker lembap, sehingga menjadi sarang kuman dan penyakit.


Bahkan, terkadang tidak perlu menunggu hingga delapan jam untuk mengganti masker. Agus mengatakan, jika napas sudah terasa berat, masker bisa segera diganti. "Jika Anda berada di wilayah yang ISPU-nya tebal dan baru memakai masker selama satu jam, napas sudah terasa berat. Ya mesti diganti. Tidak perlu menunggu sampai delapan jam," ujar Agus.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya